JRENG! Alanis langsung menyadari sebuah kemungkinan. Kedua orang yang ada di hadapannya saat ini adalah Ibu dan salah satu adiknya Yanto, keluarga pemilik rumah ini.“Ibu ini orang tuanya Yanto?” tanya Alanis dengan sangat hati-hati.“Loh kok kamu bisa kenal sama kakak aku sih?” sambar si anak.BENAR! Wanita paruh baya dan gadis yang ada di hadapan Alanis sekarang adalah Ibu dan adiknya Yanto.“Oh bener ya berarti. Yanto memangnya belum cerita apa-apa bu, kak?” kata Alanis yang kini tampak mulai bingung dengan situasi yang dialaminya sekarang.“Cerita apa? Kamulah yang harusnya cerita kenapa bisa tinggal di rumah saya dan apa hubungan kamu dengan anak saya, Yanto!” sentak si ibu kesal.“Mmm... jadi saya ditawari Yanto untuk menempati rumah ini, bu. Tapi saya janji akan bayar tiap bulannya kok bu setelah saya dapat gaji,” Jelas Alanis.“Lah kok saya tidak diberitahu sama Yanto? Terus hubungan kamu sama Yanto apa? Kamu belum jawab! Kamu pacarnya atau cuma teman saja?” tembak ibunya Yant
TT terpaksa membawa masuk Jenny ke dalam apartemennya karena Jenny tak mau melepaskan diri untuk memeluknya.Ia pun tampak sangat kerepotan, bukan hanya repot tapi risih dan sebal karena jemari Jenny terus menggerayangi tubuh TT, menggoda TT meski dalam keadaan mabuk.“Jenny! Jangan gitu dong!” tegur TT sambil coba menyingkirkan tangan Jenny yang sudah nyaris menyentuh bagian sensitif tubuh TT.Bukan hanya agresif, Jenny pun terus meracau saat dipapah berjalan.“TT! Kamu harus jadi milik aku! TITIK!” kata Jenny dengan suara telernya yang tak begitu jelas terdengar.TT tak menanggapi racauan Jenny. Lalu, dia merebahkan wanita mabuk itu di sofa ruang tengah apartement.“Pagi-pagi udah mabok! Orang tuh cari duit pas terang, ntar kalo gelap baru mabok!” umpat kesal TT dengan nafas yang tersengal kecapean habis memapah Jenny.TT jadi bingung sendiri, dia harus bagaimana sekarang? Sementara dia harus segera kerja, masa iya harus meninggalkan Jenny disini.TT takut ada omongan macam-macam ji
JAM 10.05Alanis baru tiba di kediaman Tresno dan buru-buru menuju ke ruang ganti untuk memakai seragam pelayannya.Beberapa pelayan yang melihat kedatangan Alanis silih berganti mencibir dan bergosip menjelek-jelekkan Alanis.“Tau aturan nggak sih?”“Niat kerja nggak sih?”“Kalo saya bosnya, udah takk pecat koe!”Meski mendengar suara-suara sumbang yang memaki dirinya, Alanis berusaha tak menanggapi.Alanis fokus untuk melanjutkan langkahnya untuk berganti pakaian sebelum Imas mengetahui kedatangannya.Namun belum sempat Alanis berganti pakaian, Imas sudah muncul disana sambil pasang wajah garang dan bersiap untuk memangsa Alanis dengan makian-makiannya yang mengerikan.“Alanis! Kam...”Teriakan Imas mendadak terhenti saat ada suara lain yang menyebut nama Alanis.“Alanis, kamu sudah datang?”Ternyata suara itu adalah milik Verawati yang kini sedang berjalan menghampiri Alanis.Jelas Imas kalah pamor jika harus dihadapkan dengan sang nyonya rumah.Imas tak jadi melanjutkan amarahnya
Sementara itu taksi yang ditumpangi oleh TT tidak bisa melaju dengan mulus karena terjebak kemacetan di jalanan Kota Jakarta.TT berulang kali memaksa si supir untuk lebih gesit menyetir."Pak cepat! Saya udah telat banget nih!" tekan TT pada si supir taksi.Si sopir lama-lama kesel juga melihat tingkah TT dan kali ini dia tak tahan untuk mengeluarkan suaranya yang sedari tadi tertahan di ujung mulutnya karena coba bersikap sabar."Mau cepat gimana Mas? Macet gini! Mas aja yang nyetir deh jangan saya!" Balas si sopir."Yey kalau saya nyetir, bapak dong yang harus bayar saya!" jawab TT tak mau kalah.Si sopir ngedumel tak jelas tapi bisa diartikan sebuah ungkapan kekesalannya pada TT.Kecemasan makin melanda TT takut kalau Alanis sudah sampai duluan di apartemennya.Sempat terpikir ide olehnya untuk menelepon Alanis, namun dia pikir-pikir lagi akan lebih mencurigakan. Mau pasrah saja tapi tetap tidak bisa.Satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh TT adalah kembali bikin gaduh dengan
Alanis dan TT masih saling terdiam, saling menatap dan saling menunggu siapa yang akan menjawab duluan akan pertanyaan Jenny yang mempertanyakan tentang siapakah Alanis.TT tidak enak jika harus bilang bahwa Alanis itu adalah pelayan di rumahnya. TT merasa jika mengatakan itu pasti akan menyinggung perasaan Alanis.Namun dia juga tidak mungkin juga menjawab kalau Alanis itu adalah teman dekatnya, bisa-bisa kalau Jenny mengadu sama bapaknya, Tresno akan makin murka sama Alanis yang pasti akan dituduhnya sebagai gadis yang disukai oleh TT.“Saya pela...”“Dia karyawan di toko saya!”Alanis dan TT serempak menjawab, namun TT spontan mendahului perkataan Alanis.Alanis langsung kasih kode terkejut lewat lirikan mata dan gerakan bibirnya ketika mendengar ucapan TT.“Kok karyawan sih? Gimana kalau ntar ketahuan sama bos?”Itulah suara pikiran dari isyarat yang Alanis berikan kepada TT.TT pun seolah mengerti apa yang disampaikan Alanis. Dia pun jadi sebel sama dirinya sendiri. “Ngasal bang
Tugas selesai! Bak cuci piring sudah bersih dan berkilau tanpa sisa tumpukan piring kotor yang tak sedap dipandang.Alanis melepas celemek dan menggantungnya di tempat yang sengaja dia bikin, karena sebelumnya TT selalu menaruh asal benda tersebut setelah memakainya.“Dasar lelaki! Yang gini aja musti cewek yang ngatur. Padahal gampang banget, tinggal gantung!” gumam sebal Alanis saat menggantung celemek di tempat yang telah dia buat.Alanis menunjukkan gesture bangga agak menjurus angkuh seolah dia telah membuat sebuah mahakarya hebat di apartemennya TT. Cuma gantungan celemek doang padahal. Dasar ya Alanis!Setelah selesai dengan urusan cuci piring Alanis segera menuju ke balkon dimana TT sudah menunggunya disana.TT sudah menyediakan es coffe dan makanan ringan untuk dinikmatinya bersama Alanis sambil mengobrol santai selepas Alanis beres menyelesaikan pekerjaannya.Alanis tiba di balkon dan duduk berdampingan dengan TT terhalang meja kecil tempat TT menaruh makanan dan minuman.“U
WELCOME TO TRESNO BANKBangunan gedung berjumlah 30 lantai dimana lima lantai teratas adalah kantor pusat Tresno Bank. Dan tempat tertinggi yang merupakan lantai paling megah dan berkelas disana adalah ruang kerja milik Tresno di dalam gedung tersebut.Mobil Tresno tiba di parkiran khusus. Puluhan orang bawahannya berdiri berjajar rapih untuk menyambut kedatangan orang nomor satu disana sekaligus pendiri Tresno Bank.Salah satu bawahan membukakan pintu, Tresno keluar dari mobil. Semua orang yang ada disana membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan pada Tresno.Ditemani oleh Andi, lelaki berusia 35 tahunan yang merupakan asisten pribadinya, Tresno langsung menuju ke lift khusus pemilik bank yang akan membawa Tresno ke ruangan kerjanya.Saat tiba di lantai 30, di lobi kantor Tresno sudah ada Jenny yang telah menunggu kedatangan Tresno.“Sudah sampai kamu, Jenny?” sapa ramah Tresno pada Jenny.“Belum lama kok, om,” Jawab sopan Jenny.Tresno pun mengajak Jenny segera masuk ke ruangan
Setelahnya Alanis senyum-senyum sendiri. Dia makin bersemangat untuk pergi ke apartemen TT.Sebelum melangkahkan kaki, Alanis mengeluarkan cermin kecil dari tas selempangnya, CEK PENAMPILAN! Biar keliatan cantik pas ketemu pacar, dandan dulu dikit-dikit.Padahal tidak usah di cek ulang juga, dasarnya Alanis memang sudah cantik natural meskipun tanpa dandanan.“Dandan dulu ah biar sukses menggoda tuan muda!”Tiba-tiba terdengar suara sindiran dari pelayan yang baru saja tiba di sana bersama seorang pelayan lainnya.“Enak ya yang dapet tugas mulia! Pake pelet apa tuh bisa diterima anak majikan buat beres-beres? Padahal kita disini ditolakin semua!” sindir pelayan yang satu lagi.Alanis buru-buru menyimpan cerminnya, tidak menyelesaikan acara dandannya.Dia merasa tidak enak takut tambah disindir meski Alanis sendiri enggan menanggapi komentar-komentar julid dari para pelayan tersebut.Di halaman depan rumah, Verawati sedang melangkah menuju masuk melalui pintu utama. Dia memegang sebuah
Di sebuah masjid di lingkungan perumahan mewah, Boril terlihat sudah berbusana muslim lengkap, bersiap untuk shalat Dzuhur berjamaah. Boril masih sibuk memainkan ponselnya baca-baca postingan orang sambil tersenyum-senyum sendiri“Siapa tahu abis shalat berjamaaah, doa-doa gue buat dapet pacar cewek cantik bisa terkabul! Nggak perlu jadi pacar boongan lagi buat si Alanis! Aamin… Aamiin… Aamiin ya robb… “Boril mengusap wajahnya serius berharap doanya terkabul. Seorang jamaah masjid akan segera iqomah, tanda shalat berjamaah akan dimulai.Akibat masih sibuk mainkan ponselnya, Boril ditegur sama jamaah lain.“Bang, udah komad! Simpen dulu dong hapenya!”“Iya iya bawel!” jawab Boril sebal sama si penegur.Boril menyimpan ponsel di saku baju kokonya. Boril masuk barisan menyusul para jamaah lain yang sudah duluan shalat lalu segera niat sholat bersamaan dia melakukan takbiratul ihram.“ALLAHU AKBAR…” ucap Boril dengan khusyu.Baru saja mau shalat dimulai, terdengar sayup-sayup suara ribut
Tresno agak menciut melihat Verawati sudah marah. Selalu begitu seperti sebelum-sebelumnya. Namun, dia pantang dan gengsi untuk menunjukkan kelemahannya di hadapan banyak orang kalau dia gentar menghadapi sang istri.“Saya akan lepaskan dia, tapi setelah dia bicara dengan mulutnya sendiri kalau dia sudah punya hubungan terlarang dengan si Bagus!” tegas Tresno.Verawati mendelik, dia tak terlalu terkejut. Dia sudah menduganya dari awal.“Kamu tahu dari siapa, mas?” tanya curiga Verawati.Tresno hanya tersenyum sinis. Verawati lalu melihat sosok Yanto di dekat Tresno, sosok yang tampak asing dimatanya.Verawati menduga orang itulah yang memberi tahu meski dia tak tahu apa hubungan orang itu dengan Alanis dan TT.Tresno lalu mengalihkan tatapan tajamnya pada Alanis.“Tapi jangan senang dulu setelah saya lepaskan! Hidup kamu di luar sana akan saya buat lebih menderita!” ancam Tresno pada Alanis.JRENG! Alanis makin ketakutan mendengar ancaman Tresno. Dia tahu Tresno bukan orang yang cuma
“ALAAANIIIIIIIIS!”Teriakan murka Tresno menggelegar di seisi rumah megah miliknya.Tresno melangkah cepat dengan wajah yang garang dan berhenti di ruang tengah rumah. Di belakang Tresno, ada Yanto yang mengekor disana.Imas dan beberapa pelayan berlarian menuju ke ruang tengah saat mendengar teriakan sang majikan. Mereka berkumpul dan menghadap dengan ekspresi wajah yang tegang.“Mana Alanis?” teriak Tresno bertanya pada para pelayannya.Semua pelayan diam, tak ada yang berani menjawab. Hanya saling pandang ketakutan dengan isyarat-isyarat wajah yang menggambarkan rona kekesalan dari kalimat yang sangat ingin mereka katakan.“Pasti si Alanis bikin ulah lagi! Dasar cewek pembawa bencana!” Begitulah kira-kira isi otak para pelayan saat ini.Saat semua terdiam, hanya Imas yang akhirnya berani menjawab pertanyaan Tresno.“Tadi saya suruh untuk bersihin gudang lama di lantai 4, pak.” Kata Imas dengan sangat sopan.“Panggil!” perintah Tresno.Imas menyuruh salah satu pelayan untuk segera m
Mendapat kabar tentang TT, Boril langsung pergi menuju bar sesuai informasi yang Boril terima. Dia di sambut hostes bar yang sebelumnya menemani TT minum dan yang juga menelepon Boril.Boril sempat melirik jahil pada penampilan menggoda si hostes. Dress ketat merah menyala di atas lutut dengan belahan dada terbuka plus tanpa lengan. Body-nya semok pula!“Kacau si TT mainnya sama yang bohai-bohai! Itu pantat tebel banget dagingnya! Tapi soal muka sih jauhlah menang si Alanis!” bisik pelan Boril.Ucapan Boril samar-samar terdengar oleh si hostes yang langsung melirik dan melempar senyum manis nan menggoda pada Boril.“Mau aku temenin minum, mas? Aku masih ada waktu sampai jam 3 malam nanti,” tanya ramah si hostes paada Boril.Boril langsung menyambar dengan gelengan kepalanya.“Langsung aja anter ke temen saya, mbak!” jawab rusuh Boril yang tampak ngeri langsung ditembak rayuan yang bisa saja membuatnya tergoda.“Gue mau tobat main cewek!” lanjut Boril bergumam sendiri, kali ini volume
Alanis tertunduk sembari menutup wajahnya. Tak tahu lagi harus berkata apa. Hanya bisa menyesali kenapa Yanto bisa begitu tega melakukan hal itu kepadanya.Boril memang tidak tahu siapa penyebab kematian kakak dari sahabat dekatnya karena dulu dia berada di Amerika bersama TT. Boril mengikuti sikap TT yang tidak ikut campur dalam urusan hukum tentang kasus kecelakaan tersebut.Meski ada rasa kaget dan juga kecewa bahwa ternyata penyebab kecelakaan itu adalah gadis yang ada di sampingnya, namun Boril tak bereaksi berlebihan. Hanya satu yang kini menjadi pertimbangannya untuk bersikap.“TT melupakan kecelakaan itu dan tulus menerima Alanis sebagai kekasihnya, berarti Alanis adalah gadis spesial. That’s All!” bunyi otak Boril menentukan sikapnya.Boril melebarkan senyumnya, manis saat menatap Alanis namun sinis saat memalingkan wajah kepada Yanto.“Yang justru lebih gue pengen tahu, Apa sih yang lo mau kasitau ke orang lain yang lo maksud? Dan siapa orang lain itu?”Yanto terperangah men
Masih terus berulang terdengar di telinga TT pertanyaan sang ibu yang baru saja dilontarkan. Tatapan TT pada Verawati tetap tak bergerak, sorot mata yang terarah pada wajah cemas sang ibu tampak sangat gelisah namun bercampur rasa harap.TT tetap terpaku dalam diam tanpa kata dan bahasa. Mulutnya rapat terkunci seolah tak yakin.Apakah sosok wanita yang sangat menyayangi TT itu akan menyimpan rahasia ini rapat-rapat jika TT menjawab jujur pertanyaan yang tertuju kepadanya?“Kamu diam, berarti mami tahu jawabannya. Memang Alanis gadis itu,” ucap sang ibu lembut namun terlontar sangat yakin.Jantung TT makin berdetak kencang. Dia seakan tak punya celah untuk mengelak lalu melarikan diri dari situasi ini.Bibirnya kelu tanpa ada rasa ingin untuk menjawab walau sebenarnya dia bisa saja menyangkal apa yang diyakini oleh Verawati.“Kalau tidak bisa, tidak perlu menjawab. Mami sangat tahu kamu dan sangat mengenal kamu, nak. Apa arti gurat cemas di wajah kamu itu, mami sudah paham,” ccap Vera
Di tengah rehat acara anniversary, di private room hotel yang disewa oleh keluarga Tresno kini terjadi pertengkaran hebat antara Tresno dan TT.Ada juga Jenny dan Verawati di sana. Verawati berdiri di tengah-tengah posisi Tresno dan TT. Sang ibu sangat cemas dan berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang lebih parah dari sekedar adu mulut antara sang ayah dan sang anak.Ekspresi wajah TT sudah sangat memerah terbakar emosi. TT tak terima dengan cara Tresno yang tiba-tiba mengumumkan begitu saja soal pernikahan dengan Jenny kepada publik padahal TT sendiri tidak pernah mau menikah dengan Jenny."Bagus memang anak Papi, tapi Bagus bukan boneka yang bisa diperlakukan seperti ini! Papi kan udah tahu sendiri Bagus nggak pernah mau nikah sama dia!" ucap marah TT kepada sang ayah sambil menunjuk telak ke arah Jenny"Kamu terlahir dari darah Tresno Senopati dan selamanya tidak akan pernah berubah! Dan selama saya masih hidup, kamu harus tunduk dalam aturan yang sudah saya buat! Tidak ada alasan u
TT menyeret Boril lebih jauh dari posisi sebelumnya yang masih dalam venue pesta dan kini mereka sudah berada di toilet hotel.TT memeriksa satu persatu bilik WC yang ada di dalam untuk memastikan tidak ada satu pun orang di dalamnya. Boril pun semakin bingung melihat tingkah TT."Lo ngapain sih sampai ke sini-sini segala?" protes boril pada TT.“Sampe semua diperiksain gitu! Nggak bakalan ada bom disini! Intel bokap lo canggih-canggih!” lanjut Boril yang tambah sebal sama kelakuan aneh sahabatnya itu. "Justru gua pengen ngomong apa yang tadi lo omongin!" sambar TT.“Disana aja kan bisa mas bro!”“Harus disini!”“Why bro TT? Why?”“Berisik! Nurut aja apa kata gue!” sungut TT kesal."Gue kan lagi curhat ngapain lu yang sewot!" timpal Boril tak mau kalah."Curhat lo salah sasaran!" balas TT enggan menyerah."Salah sasaran gimana sih? Gue makin nggak ngerti!" tanya bingung Boril.TT memandang sekeliling sekali lagi untuk memastikan bahwa situasi aman, tak ada satupun manusia yang bisa m
Kediaman Tresno Senopati kini tampak sedang sibuk-sibuknya. Persiapan keberangkatan Tresno beserta istrinya dan para rombongan sedang direncanakan dengan matang oleh para staf Tresno.Di saat situasi sedang serius-seriusnya datang seorang lelaki muda seumuran dengan TT berpenampilan santai persis seperti stylenya Ariel Noah. Celana jeans serta jaket denim dan kaos bermerek EH RIGO melekat di tubuhnyaLelaki itu langsung menghampiri Tresno dan Verawati sambil menyalami lalu menyapa dengan santai dan sudah terlihat dia cukup akrab dengan dengan kedua orang tua TT."Apa kabar om, tante?"“Syahril! Apa kabar?" jawab heboh Verawati yang senang menyambut kedatangan lelaki itu."Boril, tante! Di depan umum jangan panggil nama asli aku ya," protes Syahril alias Boril.“Halah kamu ya! Masih ngefans aja sama vokalis band itu. Apa sih namanya? No Ah?” canda Verawati sambil tertawa ceria.“NOAH, tant! Jangan dipisah! Masa sih nggak tahu sama band terbaik se Indonesia?” lagi Boril protes sama Vera