Jessie baru saja akan masuk ke dalam ruangan miliknya yang berseberangan dengan ruang milik Mike, ketika Mike menarik lengan gadis itu dan memaksanya masuk ke dalam ruangan Mike.
Jessie tersentak hingga mendorong tubuh Mike sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan Mike pada lengannya ketika mereka sudah masuk ke dalam ruang kerja Mike."Tuan Michael, apa yang kau lakukan?" pekik Jessie dengan suara tertahan."Aku ingin bicara denganmu, Jessie. Dan panggil aku Mike saja, oke?""Kau bisa bicara baik-baik tanpa menyeretku seperti tadi, bukan?" kata Jessie kesal."Oke-oke, aku minta maaf. Jadi, kau mau duduk sebentar, bukan?" bujuk Mike dengan wajah serius.Jessie membuang napas sesaat, kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan Mike yang tidak sebesar ruangan Jack. Meski begitu ruangan mereka dibuat eksklusif, karena hanya ada ruang kerja Mike, Jessie, dan Jack di lantai tersebut. Tidak ada ruangan lain."Baiklah, apa yang ingin kau katakan? Kebetulan aku juga diminta oleh Tuan Jackson untuk menemuimu, untuk membahas rencana pertemuan nanti," ucap Jessie sambil melipat kedua tangan di depan dada serta menyilangkan kakinya, membuatnya terlihat anggun dan tegas."Ya, aku juga ingin membahas tentang itu, tapi sebelumnya aku ingin membahas tentang hal lain dulu denganmu.""Baik, katakan. Kita tidak punya cukup banyak waktu pagi ini, Tuan Michael, kita harus segera berangkat ke pertemuan itu.""Sudah kubilang, panggil aku Mike saja, Jessie!" Mike merasa gemas karena Jessie selalu bersikap formal jika berada di lingkup pekerjaan. "Lagipula kita hanya berdua saja, kau tidak perlu seformal itu.""Ya, baiklah!" Jessie akhirnya mengalah, hanya karena tidak ingin membuang waktu terlalu banyak."Jessie, aku ingin mengajakmu pergi berdua. Aku harap kau mau memenuhi keinginanku ini."Jessie mengernyit. "Bukankah kita memang akan pergi berdua ke pertemuan itu, tanpa Tuan Jackson? Atau sebenarnya kau yang memaksa Tuan Jackson untuk tidak ikut?" tuding Jessie seketika. "Mike, kau tahu orang-orang yang akan kita hadapi itu cukup sulit, jadi untuk apa kau—""Jessie, aku tidak seperti yang kau pikirkan. Jack sengaja memberiku kesempatan untuk mengambil alih proyek ini, dia ingin menguji kemampuanku. Jadi aku sama sekali tidak memintanya untuk tidak ikut serta dalam proyek ini, kau tau?" Mike segera memotong kalimat Jessie dengan cepat.Jessie mengedikkan bahu. "Baik. Jadi apa maksud perkataanmu tadi?""Ya, aku ingin pergi berdua denganmu, di luar urusan pekerjaan. Kau tentu tahu apa maksudku, bukan?"Jessie spontan membuang pandangan ke arah lain. "Aku tidak mengerti.""Jessie, aku ingin mengajakmu makan malam nanti, kau bisa?""Makan malam?""Ya, kau boleh memilih restoran mana yang kau mau," balas Mike antusias, dengan mata yang berbinar."Tapi, Mike, kau tahu aku lebih suka makan di apartemen, bukan? Aku lebih suka memasak sendiri."Ya, semenjak orang tua Jack tinggal di luar negeri, Jessie memutuskan untuk tinggal sendiri dan memilih tinggal di apartemen. Itu karena Jessie berpikir ia dan Jack sudah sama-sama dewasa, sehingga ia merasa tidak nyaman untuk tinggal berdua pada satu atap. Jessie hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."Baiklah, kalau begitu bisakah kau memasak lebih banyak malam ini, aku akan datang ke apartemenmu dan makan malam di sana. Kita pergi berbelanja setelah pekerjaan kita selesai, bagaimana?""Tidak masalah, aku juga akan mengundang Tuan Jackson nanti, untuk ikut makan malam bersama kita."Brak!Tiba-tiba saja Mike menggebrak meja, membuat Jessie terpelonjat, terkejut sekaligus heran."Mike, kau—""Bisakah kau luangkan waktu untuk berdua saja denganku, Jessie? Tanpa Jack! Kau setiap hari selalu bersama Jack, apakah untuk memenuhi permintaanku ini kau juga akan melibatkan Jack?" Mike kehilangan kendali, ia berkata dengan suara meninggi."Maaf, Mike, aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Hanya saja kau tahu, aku tidak terbiasa berdua saja dengan lawan jenis jika berada di apartemenku, bukan?" Jessie berusaha menjelaskan. Sekali lagi Jessie hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Mike membuang napas kasar. Kini ia merasa menyesal telah menggebrak meja dan menunjukkan kemarahannya."Maaf, aku tidak bermaksud marah padamu, Jessie. Aku hanya ...." Mike menarik rambutnya ke belakang, frustrasi.Mike berpikir dia telah keterlaluan. Seharusnya dia bersikap lebih sabar demi mendapatkan perhatian Jessie, bukan malah sebaliknya."Lupakan! Lebih baik sekarang kita menyusun rencana untuk pertemuan nanti," ujar Mike sambil mengangkat tangannya ke udara, pertanda ia mengakhiri obrolan yang bersifat pribadi itu.Jessie mengangguk tanpa suara. Akhirnya Mike mulai menjelaskan rencana yang telah ia susun dengan Jackson, dan Jessie menyetujui tanpa banyak mendebat. Terjadi sedikit berubah rencana, namun mereka mendiskusikan dengan cepat dan mendapatkan kesepakatan dengan tepat.Usai menyusun rencana, mereka segera pergi ke pertemuan yang sudah diatur karena waktu mereka juga sudah semakin dekat dengan waktu yang telah ditentukan."Biar aku saja yang menyetir, Jessie." Mike mengambil alih kunci mobil Jack dari tangan Jessie.Ya, sebagai sekretaris Jackson, Jessie sudah terbiasa menyetir mobil untuk menghadiri pertemuan-pertemuan di luar kantor. Kemampuan menyetirnya tidak bisa diragukan meskipun dia seorang perempuan.Jessie ingin mendebat, namun Mike sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin."Kau tidak akan masuk, Jessie? Kita akan semakin banyak kehilangan waktu jika kau tetap berdiri di sana!" seru Mike dari dalam mobil.Jessie mengangguk. Tanpa banyak kata Jessie segera masuk ke dalam mobil dan detik berikutnya Mike sudah membawa mobil itu melaju membelah jalanan kota yang sudah cukup padat sepagi ini.⚜️⚜️⚜️Mike bertugas untuk mempresentasikan proposal yang sudah dibuat oleh Jack dan dirinya semalaman suntuk. Sebenarnya itu adalah tugas Mike untuk membuat proposal untuk tender kali ini, namun karena satu dan lain hal membuat Mike jadi tidak bisa merampungkan proposal dengan tepat waktu. Hal itu yang membuat Jack jadi ikut lembur, membantu Mike menyelesaikan proposal tersebut.Biasanya Jack tetap akan ikut menghadiri undangan tender meskipun proyek itu mungkin diserahkan pada Mike sepenuhnya, namun kali ini Jack membiarkan Mike membuktikan kemampuannya, sebagai syarat mendapatkan restu untuk mengejar Jessie.Jika biasanya Jessie yang bertugas untuk mempresentasikan proposal pada undangan tender yang mereka hadiri, kali ini Jack meminta Mike yang melakukan semuanya sendiri. Jessie ditugaskan hanya untuk mendampingi dan melengkapi kekurangan saja, serta mengawasi Mike yang seringkali bertindak ceroboh.Mike sudah berhasil menyelesaikan presentasi dengan amat baik, dan pihak pembuat tender merasa puas dan terpukau dengan proposal dari perusahaan Emperor, perusahaan milik keluarga Howard tersebut.Pihak penyelenggara tender telah menyetujui proposal yang diajukan oleh perusahaan Emperor, dan ya, Mike berhasil memenangkan tender tersebut.Mika sangat bergembira karena selain bangga telah memenangkan tender ketika bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya yang tak kalah kuat dibandingkan dengan Emperor, Mike juga merasa ia telah lulus ujian pertama yang diajukan oleh Jack. Mike tidak sabar untuk menagih janji yang diucapkan Jack.Usai mengurus segala hal yang diperlukan untuk keperluan tender yang telah dimenangkannya, kini Mike dan Jessie kembali ke kantor Emperor.Namun sialnya ia mengalami kendala dalam perjalanan.Sebuah mobil yang terlihat sebagai mobil modifikasi, sama halnya dengan mobil milik Jackson, menghadang laju mobil yang dikendarai Mike. Mau tidak mau Mike menghentikan laju mobilnya dan menunggu siapa orang yang berani menghadang perjalanannya.Pria bertubuh tinggi besar berkacamata hitam, turun dari dalam mobil yang menghadang Mike dan Jessie."Mike, dia orang yang sulit untuk dihadapi. Apa rencanamu?""Jessie, kau pindah tempat dan bersiaga di balik kemudi. Aku akan turun untuk meladeni pria itu!" ucap Mike tajam dan penuh penekanan, terdengar seperti perintah yang tidak terbantahkan."Aku tidak akan membiarkanmu bertarung sendiri, Mike. Kau sadar kau ini ceroboh! Aku akan ikut turun." Jessie menolak pada apa yang diperintahkan Mike."Tolong patuhlah! Aku sudah berjanji pada Jack akan melindungimu, memastikan kau aman. Jadi bantu aku menepati janjiku itu, tolong." Nada bicara Mike terdengar sangat serius.Jessie menghela napas mendengarnya. Dia mengalah, namun tetap akan memasang sikap waspada."Kembalilah dengan selamat. Selagi bisa, hindari pertarungan. Jika terpaksa bertarung, jangan gunakan sikap cerobohmu itu!" pesan Jessie tak kalah serius."Akan aku usahakan." Tanpa banyak kata, Mike langsung keluar dari mobil dan menghadapi pengemudi mobil yang menghadangnya."Aku pikir kau pria yang memiliki etika, namun dengan caramu menghadang mobilku seperti ini, kau tidak terlihat memil
Jessie menyerang dengan sebuah tendangan yang dapat dengan mudah ditangkis oleh Matthew, satu kaki Jessie dicekal oleh lawan. Jessie membuat gerakan melompat kemudian satu kakinya yang bebas melayang hingga mengenai dada Matthew, dengan begitu Jessie terbebas dari cekalan Matthew dan kemudian mendarat dengan baik di atas aspal.Matthew terbatuk untuk sesaat, tak lama kemudian pria itu terlihat sudah berhasil menguasai dirinya kembali."Kau cukup kuat, Nona! Aku rasa aku salah karena telah meremehkan dirimu. Sekarang, aku akan serius menghadapimu.""Itu lebih baik! Kau telah melukai temanku, jadi aku tidak akan mengalah denganmu, Tuan!" Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, Jessie melesat menyerang Matthew. Menggunakan tinjunya, Jessie memberikan pukulan bertubi-tubi yang cukup berarti, karena Jessie cakap memberikan pukulan yang berarti, bukan hanya membuang tenaga dengan sia-sia.Matthew mengambil langkah mundur ketika Jessie kembali menendangnya. Dia berhasil menghindar dan kaki J
Jessie sudah sampai di rumah sakit, dan Leon yang sudah dihubungi sebelumnya, sudah siaga di sana. Leon segera menangani luka tembak yang diderita Mike."Ck! Apa kau tidak bosan terus menjadi sarang peluru? Katanya penembak jitu, tapi kau selalu terkena peluru!" Sambil berusaha mengeluarkan peluru dari lengan Mike, Leon mencibir demikian."Akh! Sakit, Bodoh! Tidak bisakah kau pelan-pelan? Perlakukan aku dengan lembut!" Mike melancarkan aksi protes karena merasa Leon sengaja menekan luka tembak yang dideritanya."Cih! Kau bahkan tidak pernah memperlakukan para gadis itu dengan lembut, dan sekarang kau ingin diperlakukan dengan lembut seperti aku memperlakukan seorang gadis, begitu?" tukas Leon dibarengi dengan memutar bola matanya jengah."Hey, apakah kau pernah memperlakukan seorang gadis dengan lembut, seperti yang kau katakan itu? Kau bahkan tidak pernah jatuh cinta, kau adalah kaum jomblo abadi!" balas Mike mencibir."Kau berisik!""Siapa yang berisik lebih dulu?" balas Mike lagi,
Jack sengaja mengantar Jessie sampai ke apartemennya, namun Jessie tidak menyangka ternyata Jack mengikutinya sampai masuk ke apartemen miliknya.Jessie masuk, dan ketika ia berbalik untuk menutup pintu, lebih dulu Jack menerobos masuk dan tanpa menunggu dipersilakan Jack langsung duduk di sofa.Jessie mendesah pelan, menutup pintu dan kemudian menyusul Jack."Kau tidak mengusirku? Tidak biasanya," kata Jack merasa heran. Karena memang biasanya Jessie tidak akan membiarkan Jack masuk ke apartemennya tanpa Mike, begitu pula sebaliknya. Jessie hanya tidak ingin berdua saja dengan lawan jenis di dalam satu ruangan yang sama, di luar urusan pekerjaan."Sebenarnya aku ingin menyeretmu keluar, tapi aku urungkan.""Kenapa?""Karena ada yang ingin aku tanyakan padamu.""Apa yang ingin kau tanyakan?" Jack melempar tubuhnya ke belakang hingga punggungnya bersandar pada sandaran sofa, kemudian melonggarkan dasi."Tentang janji," balas Jessie to the point. "Aku rasa kau berbohong saat mengatakan
Jessie merasakan jantungnya berdegup kencang, dan juga ada perasaan aneh yang seperti membakar dirinya. Menanti Jack berkata, Jessie justru sibuk dengan ekspektasinya sendiri yang terkesan konyol jika dipikir secara logika.Kenapa Jack tidak kunjung berkata-kata? Apa yang sebenarnya ingin dia katakan? Batin Jessie berbicara, masih dengan posisi yang tidak berubah dan tatapan mereka tetap beradu pandang seperti tadi. Jessie meneguk salivanya susah payah, ketika semakin memandang Jessie justru mengagumi Jack hingga tanpa disadari gadis batinnya memuji Jack tampan."Jessie, bisakah kau bangun dari atas tubuhku? Kau kecil, tapi lama-lama aku merasa berat juga," ujar Jack dengan ekspresi yang sangat sulit diartikan bagi Jessie.Malu setengah mati, seketika itu juga Jessie langsung bangkit dan menjauh dari Jack, menggeser tubuhnya hingga ujung sofa yang lain. Jessie merasakan perasaannya semakin tak karuan. Antara kesal, malu, dan ... kecewa? Entahlah, Jessie sekarang tidak tau harus berbu
Sejak petang, Jessie sudah sibuk di dapur untuk membuat beberapa menu makanan yang kemudian akan dia bawa untuk Mike. Meski ditugaskan untuk mengurus makanan untuk Mike, Jessie tetap tidak ingin terlambat datang ke kantor. Rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan sangatlah besar. Meski mengurus Mike juga merupakan salah satu tugas yang diberikan Jack, namun Jessie tetap berusaha untuk mengerjakan semua pekerjaan, termasuk pekerjaan kantor, dengan disiplin waktu.Jessie membuka pintu apartemennya ketika ia sudah siap untuk pergi ke tempat tinggal Mike, dengan membawa rantang berisi makanan untuk laki-laki itu.Betapa terkejutnya Jessie, ketika pintu terbuka, Jack berdiri tepat di depan pintu, dan Jessie hampir saja menabrak tubuh Jack yang berdiri mematung tepat di depan pintu."Jack, kenapa kau ada di sini sepagi ini?" Jessie mengernyitkan dahi. Rasa canggung yang kemarin tercipta, kini masih sedikit tersisa dialami gadis itu."Aku tahu kau tidak nyaman jika datang ke apartemen Mike
Jack dan Jessie berjalan beriringan memasuki gedung Emperor, nampak begitu serasi dan anggun serta berkarisma. Setiap lapisan jabatan di gedung Emperor memuja kekompakan Jessie dan Jack, tak lupa Mike juga ikut menjadi pujaan bagi mereka dalam kekompakan, dan pujaan bagi para gadis tentunya.Bagi mereka yang tidak tahu mereka bersaudara, pasti sudah akan berasumsi mereka adalah pasangan yang serasi. Namun bagi mereka yang tahu mereka bersaudara, akan menilai Jack terlalu posesif menjaga adik perempuannya sampai-sampai membatasi Jessie agar tidak berinteraksi dengan sembarang pria.Mendapat perlakuan yang demikian posesif, bagi sebagian orang menganggap Jessie mungkin akan merasa tertekan. Namun bagi Jessie, itu justru sebuah hal yang dia sukai. Jessie menyukai perlakuan Jack yang demikian, karena sejujurnya Jessie tidak terlalu memikirkan untuk menjalin hubungan dengan seorang pria untuk saat ini.Jessie yang telah dibesarkan dan difasilitasi dengan amat baik oleh keluarga Howard, mem
"Tuan, pakaian yang kau mau untuk pesta nanti sudah siap. Aku akan meminta orang untuk mengirimkannya kemari." Jessie datang melapor, ketika ia telah menyelesaikan tugasnya, membatalkan meeting dengan Vincent dan menangani ocehan kliennya itu yang tidak terima karena Emperor menolak desian dari grup R&B mentah-mentah. Dan itu membuat Vincent murka.Jack bukan orang yang tidak mau menerima pendapat orang lain karena Jack selalu berpikiran terbuka, namun apa yang dilakukan R&B kali ini sangat membuat Jack kecewa. Dan Jack tidak mau menjalin kerjasama dengan orang yang egois."Tidak!""Tidak?" Jessie mengernyitkan dahi, tidak mengerti mengapa Jack berkata tidak."Ya, tidak perlu dikirim kemari. Aku yang akan datang ke sana nanti, bersamamu.""Bersamaku? Tidak, sebaiknya aku mengantarmu ke sana lalu aku pulang untuk bersiap-siap pula," tolak Jessie."Kau akan bersiap di sana bersamaku juga, Jessie. Kau akan datang bersamaku, jadi kau harus tampil beda dari biasanya. Aku bukan Mike, kau me
Kedua orang tua Jack sudah mengerahkan banyak orang untuk mempersiapkan pesta pernikahan Jack dan Jessie dan harus selesai dalam waktu yang singkat. Bukan hanya itu saja, mereka juga menginginkan pesta yang meriah untuk putra putri mereka.Disisi lain, Jack yang sebenarnya memang sudah memesan gaun pengantin dari jauh-jauh hari, kini pria itu sangat puas dengan hasilnya. Selama ini Jack terlihat diam dan tenang, tapi sebenarnya Jack juga merasa khawatir Jessie akan jatuh ke pelukan pria lain. Jack sengaja mempersiapkan segala hal dan dia akan melamar gadis yang dicintainya itu pada waktu dan situasi yang tepat. Jack tidak pernah mengira dia akan dipaksa untuk segera menikahi Jessie oleh ibunya. Beruntung Jack sudah memiliki persiapan yang tersusun rapi sehingga dia tidak perlu kalang kabut sekarang.Usai menyelesaikan konferensi pers, kedua orang tua Jack segera menuju gedung dimana akan diadakannya pesta pernikahan, untuk melihat bagaimana dekorasi yang mereka inginkan, apakah bisa s
Pagi hari, Jessie bangun dan langsung memeriksa seantero kamarnya. Dia khawatir Jack berada di kamarnya semalaman, dan ternyata Jack tidak ada di sana. Jessie bernapas lega.Menyibakkan selimut, Jessie turun dari tempat tidur kemudian keluar dari kamarnya. Jessie belum bertemu dengan ibunya sejak semalam. Setidaknya Jessie juga harus meminta maaf pada ibunya karena bukan hanya Jack saja yang bersalah, namun dirinya juga bersalah.Jessie mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Caroline, James, dan juga Jack, namun Jessie tidak bisa menemukan mereka di mana pun.Jessie kembali ke kamarnya, mencari ponselnya dan segera menghubungi Jack. Tanpa menunggu lama, Jack telah menjawab panggilannya."Kau baru bangun, Jessie?""Jack, kau ada di mana? Di mana semua orang? Kenapa rumah begitu sepi? Aku tidak bisa menemukan Mom dan juga Dad. Kalian pergi ke suatu tempat dan aku tidak ikut? Apa kau sedang diberikan hukuman oleh Mom? Katakan sesuatu, Jack! Mengapa kau diam saja?"Jack sampai sedik
Melihat pintu yang setengah terbuka, Jack mengetuknya dan Caroline segera meminta putranya masuk. Dengan langkah yang dipaksakan untuk berani, Jack masuk sesuai perintah sang ibu."Tutup!"Jack menutup pintu dan segera mendekati ibunya sesuai perintah.Jack berdiri di belakang ibunya yang sengaja membelakangi putranya. Kepalanya menunduk. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun, menunggu ibunya berbicara lebih dulu."Apa yang kau lakukan?" tanya Caroline masih tetap memunggungi."Ap-apa?"Caroline berbalik badan dan memasang wajah garangnya. Jack tercekat, dia benar-benar siap jika ibunya memenggal kepalanya. Tatapannya yang begitu tajam melebihinya ketajaman sebilah pedang yang baru saja diasah membaut Jack tak bisa berkutik."Apa yang kau lakukan selama kami pergi? Kalian berkencan?" Caroline lebih menyeramkan daripada Jessie. Suaranya yang datar seolah mampu meremukkan tulang-tulang Jack."Ti-tidak, itu tidak benar.""Lalu tadi itu apa?"Jack terperanjat ketika tiba-tiba suara Carol
Jessie mengetuk pintu dengan durasi cepat, menandakan bahwa dia tidak sabar ingin dibukakan pintu.Dari arah dalam Jack bergegas melangkah lebar menuju ke arah pintu dengan rasa penasaran, siapakah gerangan yang datang bertamu dan bersikap tidak sopan dengan mengetuk pintu tanpa jeda seperti itu?"Jessie?"Jessie menatap Jack sekilas, kemudian tanpa bicara apapun gadis itu menerobos masuk dan langsung duduk di sofa, melipat kedua tangannya di depan dada serta menyilangkan kaki. Ekspresinya datar dan gadis itu mengunci mulut rapat-rapat.Perasaan Jack tidak enak saat melihat keterdiaman Jessie yang justru membuatnya merinding. Jack tahu Jessie pasti marah besar sekarang. Dengan ragu Jack mendekati gadis itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Kemarahan Jessie yang seperti ini lebih menyeramkan bagi Jack, dibandingkan kemarahan Jessie yang masih mau mengomel. Jack kebingungan, apa yang harus dia lakukan untuk membujuk Jessie agar gadis itu membuka mulut?"Jessie, kau sudah pul
Jessie membawa langkahnya memasuki area restoran yang begitu sepi, tidak ada seorang pengunjung pun di sana. Kecurigaan mulai dirasakan Jessie. Gadis itu pun memasang sikap waspada. Jessie hanya takut jika sesuatu terjadi pada Mike dan Jack.Seorang waiters datang menghampiri Jessie, menyampaikan pesan bahwa gadis itu diminta untuk langsung ke dalam, menuju meja yang telah didekorasi sedemikian rupa.Jessie bertanya pada waiters itu Mengapa restoran itu sama sekali tidak ada pengunjung, dan waiters itu mengatakan bahwa tempat ini sudah di booking oleh seseorang.Jessie berpikir bahwa Jack yang melakukan itu, sehingga ia menurut saja ketika waiters itu mengajaknya untuk segera menuju ke meja yang di sana sudah ada Mike.Namun kening Jessie berkerut ketika Jack tidak ada di sana. Bukan hanya itu saja, selain dekorasi yang tentu saja dapat Jessie tebak apa maksudnya, di sana juga hanya ada dua buah kursi yang salah satunya sudah ditempati oleh Mike."Kau sudah datang, Jessie.""Di mana J
Mike masih tetap berada di ruangan bossnya setelah Jack memintanya dan juga Jessie untuk kembali ke ruangan masing-masing, sedangkan Jessie sudah melangkah pergi."Kau ingin mengatakan sesuatu?" tebak Jack melihat gelagat Mike.Mike tersenyum tanggung. "Kau sangat peka, Boss.""Ck, cepat katakan dan pergilah dari sini. Aku malas melihat wajahmu."Jika saja tidak sedang butuh bantuan Jack, tentu saja Mike akan membalas ucapan pria itu dengan tak kalah tajam. Namun kali ini dia harus mengalah demi tercapainya sesuatu yang menjadi tujuannya."Aku membutuhkan bantuanmu," kata Mike tanpa basa-basi.Jack menghentikan kegiatannya sesaat, lalu menatap Mike dengan tatapan serius. "Apa ini menyangkut Jessie?""Kau sangat pintar, Jack!""Tidak!""Tidak? Maksudmu, kau tidak pintar?""Bukan itu. Aku tidak mau membantumu. Aku sudah berjanji pada Jessie untuk tidak membuat kesepakatan denganmu lagi, diluar sepengetahuan dia.""Jack, ayolah. Bantu aku sekali ini saja." Tidak mau menyerah begitu saja,
Jack menggedor pintu apartemen Josh. Cukup lama menggedor, pintu tak kunjung dibuka. Entah apa yang sedang dilakukan pemilik apartemen itu sepagi ini. Apa mungkin masih tidur?"Josh, buka pintunya! Ini aku!""Hei, apa begitu caramu bertamu?" Josh mencibir sesaat setelah membukakan pintu untuk tamunya."Ada apa dengan kalian? Tahukah, wajah kalian sangat terlihat suram, dan itu menakutkan!" lanjutnya."Jangan banyak bicara!" balas Mike sinis. Pikirannya sedang kacau hingga dia tidak bisa memasang sikap manis."Kami butuh bantuanmu, Josh," kata Jack dengan suara lebih rendah. Setidaknya Jack tahu caranya meminta bantuan."Aku tahu, kedatangan kalian pasti untuk meminta tolong. Masuklah!"Josh mempersilakan mereka untuk duduk kemudian memberikan minuman kaleng untuk ketiganya."Apa yang membawamu kemari, Tuan Jackson?" tanya Josh to the point. Kedatangan mereka tentu bukan untuk sekedar bersilaturahmi, meskipun mereka sudah lama tidak saling sapa.Namun, tidak saling sapa bukan berarti s
Jessie yang mengira Jack tidak ikut turun dan langsung pulang ketika telah mengantar dirinya sampai ke apartemen, lagi-lagi pria itu nyelonong masuk mendahului Jessie ketika pintu itu terbuka."Jack, apa yang lakukan? Pergilah! Aku ingin segera istirahat dan tidak ingin berdebat denganmu!""Jika aku pulang maka kau harus denganku," balas Jack acuh tak acuh."Aku akan pulang ketika orang tua kita datang. Jadi sekarang pergilah!""Kalau begitu biarkan aku di sini untuk malam ini saja." Jack sudah membaringkan tubuhnya di atas sofa."Apa? Tidak!""Kau lupa?" Jack kembali duduk kemudian menatap Jessie serius. "Kau bilang tidak akan menolak permintaanku agar aku memaafkanmu karena kau telah merusak gaun itu, bukan?""Ta-tapi bukan—""Tidak ada tapi! Ayolah, Jessie, aku sangat lelah. Kau tahu, mengatasi diriku yang terkena obat terkutuk itu sangat melelahkan dan hampir membuatku gila!" ada raut frustasi saat Jack mengucapkan kalimat itu. Ya, Jack pasti kesulitan untuk lepas dari pengaruh ob
Tanpa sempat berpamitan pada Christina selaku pemilik acara, Jack menyeret Jessie untuk segera masuk ke dalam mobil. Dengan tergesa Jack menstater kemudian mobil melaju dengan kencang tanpa aba-aba."Jack, kau sedang dalam pengaruh obat, sebaiknya aku saja yang menyetir," kata Jessie yang masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, hingga membuat Jack begitu tergesa meninggalkan pesta yang bahkan belum sampai ke acara inti."Aku baik-baik saja, aku bisa mengatasi," balas Jack, yang fokus pada jalanan di depannya."Baik, tapi apa yang terjadi? Bisakah kau jelaskan? Kau pergi tiba-tiba dari pesta, ini tidak seperti dirimu!""Seseorang mengancam keselamatan kita, mereka mencoba mengeroyokku di koridor, tapi aku mencoba melarikan diri karena aku khawatir mereka menangkapmu.""Mengeroyok? Siapa mereka?" Jessie langsung meningkatkan radar kewaspadaan."Aku tidak tahu! Aku belum bisa mendeteksi karena aku hanya memikirkan dirimu dan berusaha kabur dari kejaran mereka."Jessie bi