Dengan langkah cepat Xavier bergegas keluar dari ruangan dan pergi menuju keberadaan sang istri dan pria yang mereka sulit rekrut untuk menyelesaikan masalahan terjadi diperusahaan. Beberapa orang mengikuti atasan mereka, sama terkejut mendengar nama 'Damian' disebut apalagi membawa adalah Gaia. Kala membuka pintu ruangan tersebut, mereka mendapatkan Gaia yang berdiri di samping lelaki yang tengah duduk. Damian terlihat baru saja menyelesaikan pekerjaannya, ia mengembuskan napas kasar lalu memandang istri Xavier. Komputer menampilkan data perusahaan telah diperbaiki, sang asisten pemilik perusahaan ini begitu takjub melihat hasil di depan mata. "Gila! Masalahnya selesai cuma dengan beberapa menit aja, pantes disebut master," ucapnya pelan. Xavier langsung melirik sang asisten yang membuat lelaki tersebut menundukkan kepala. Keduanya tidak menyadari kedatangan mereka karena fokus ke layar, saat mendengar suara seseorang Gaia lekas menoleh ia segera mengulas senyuman dan mendekati
Keduanya berbicara dengan nada pelan yang hanya terdengar oleh mereka, Xavier memandang dalam manik mata sang kekasih, menyelam ke dalam sana. Menimbang perkataan wanita tersebut lalu menghela napas. Ia pagam niat baik istrinya, tetapi hati tetap dipenuhi kecemburuan yang enggan pergi dari dada membuat dia merasa sesak. Damian menyeringai melihat reaksi suami Gaia. "Baiklah, aku menerima makanan ini sebagai balasan. Tapi ... kamu harus menepati janji dan memasakanku masakan lagi, ini bantuan lumayan lho, masa hanya memberikan sarapan ini," seru lelaki itu. Gaia menganggukkan kepala lalu menoleh menatap lelaki tersebut. "Tentu, asal kamu gak banyak menuntut aja," balas perempuan tersebut.Damian tertawa kecil mendengar perkataan Xavier, ia akhirnya menganggukkan kepala lalu melirik Gaia. "Boleh, kalau gitu aku pergi dulu Gaia," seru Damian.Setelah berkata demikian lelaki itu segera melangkah keluar dari ruangan, sedangkan Gaia memandang suaminya yang mengikuti kakak seperguruan
Wanita itu masih terlihat kesal pada Damian, tatapannya tertuju pada lelaki tersebut. Tetapi mendengar suara sang suami, ia lekas menoleh lalu memandang pria tersebut. Mendapati ekspresi Xavier menunjukkan rasa tidak suka terhadapan kakak seperguruannya membuat dia menghela napas dan perlahan mendekat menyentuh lengan putra Jian-Long."Kenapa? Cemburu?" tanya Gaia dengan nada menggoda.Perempuan ini menatap lekas wajah sang suami, Xavier memasang wajah masam seperti rasa cuka jika melihat ekspresinya. Ia mengembuskan napas kasar dan memalingkan kepala."Menurutmu," balas Xabier sedikit ketus.Gaia tertawa kecil mendengar balasan sang suami, nada suara begitu ketara ketidak sukaan yang sangat jelas. Wanita itu mengusap punggung tangan lelakinya dengan lembut lalu mengecup membuat pria tersebut mengalihkan pandangan melihat aksi perempuan tersebut. "Damian memang seperti itu. Dia sudah seperti kakak bagiku. Lagipula, dia orang yang sangat bisa dipercaya. Kamu nggak perlu khawatir.""Bu
Perkataan Lisha berhenti kala mendapati tatapan tak suka dari Xavier, ia langsung menundukkan kepala. Tak berselang lama nereka tiba di lokasi acara lelang yang diadakan di sebuah gedung mewah dengan arsitektur klasik nan elegan. Lampu kristal menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya yang memperindah suasana. Para tamu mengenakan pakaian terbaik mereka, berbincang satu sama lain dengan anggun.Xavier menggenggam tangan Gaia erat, matanya menyapu sekeliling ruangan dengan tajam. Bai Lisha, yang berjalan di samping mereka, masih menunjukkan ekspresi tak puas. Sejak awal, dia memang tidak setuju Gaia ikut serta dalam acara ini. Namun, melihat bagaimana Xavier memperlakukan istrinya, hati perempuan tersebut penuh akan kedengkian. "Awas aja kamu membuat masalah disini, jangan kampungan!" ucap Lisha tajam dengan nada berbisik kala ia berada di dekat istri Xavier. Gaia menoleh lalu menyeringai mendengar perkataan sinis Lisha, tatapan istri Xavier menatap dingin perempuan tersebut.
Suara seseorang berseru menggema di ruangan mewah ini, membuat semua orang menoleh ke sumber suara. Begitupun Xavier yang hendak membalas perkataan Bai Lisha langsung bungkam dan mencari manusia yang ikut menawar. Pandangannya tajam menyapu ruangan, mencari sumber suara. Begitu pula Gaia, sebuah firasat aneh muncul saat ia merasakan familiaritas suara itu. Matanya melebar tak percaya saat melihat sesosok pria mendekat, tersenyum tipis, dengan sorot mata yang penuh arti."Tuan, kenapa anda menawar? ini hanya barang tiruan, barang asli ada di Tuan Arka," lontar Xavier.Suara Xavier bergetar, campuran amarahan dan keheranan, ia memandang pria yang kini berdiri memandangnya juga.Lelaki berstatus suami Gaia ini masih syok, sedangkan pria yang dipanggil Tuan oleh Xavier ini menyeringai. Ia bersidekap dan menatap sinis menantu Arka."Ini lelang, gak salah doang aku menawar, yang paling mahal itu pemenangnya," balas pria tersebut santai. Xavier mengepalkan tanganya, urat di lengan menegang
"Tapi ini memang asli, kamu meragukan perkataan Kakak Atha," tekan Gaia. "Kamu meragukan perkataanku," ucap Atha dengan nada dingin dan tajam.Perempuan itu langsung menunduk kala mendengar perkataan Atha, Lisha memilih bangkit lalu keluar dari ruangan membuat ia menjadi pusat perhatian. "Kalau kamu masih ingin ikut lelang ayo ikut ke ruangan Kakak, di sini terlalu banyak orang," ajak Atha.Mendengar ajakan Atha, wanita itu tersenyum senang lalu memandang sang suami yang berwajah masam membuat ia menghela napas paham pria berstatus lelakinya cemburu."Gak perlu Kakak Atha, biar aku disini aja bareng suamiku," jawab gadis tersebut.Atha menganggukkan paham lalu dia memilih ikut duduk di sini membuat semua orang memandangnya, tempat very important person ditinggalan dan malah ikut diam di ruangan ini. "Apa status gadis itu? kenapa dia seperti sangat diperhatikan Tuan Atha," bisik seseorang."Sudah, diam aja! Jangan membuat Tuan Atha kesal." Xavier terus menggenggam jemari istrinya
Suara Jian-Long begitu nyaring membuat Gaia langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh memandang mereka mereka. Sedangkan Xinxin berdecak kesal dan memalingkan wajah."Kenapa kamu membeli barang sampah ini! kenapa gak mendapatkan barang yang kita inginkan, kamu sangat bodoh!" maki lelaki itu."Ini pasti permintaan istrimu kan, kamu gak mungkin melanggar janjimu untuk mendapatkan barang untuk hadiah putri Tuan Arka," seru Silvana."Ya, pasti ini suruhan dia, kamu sangat bodoh Kak!" omel Xinxin.Mendengar ia dimaki sang adik, lelaki itu langsung menatap tajam perempuan yang umur dibawahnya. "Kalian gak perlu khawatir, kalung ini asli," jelas Gaia.Semua langsung memandang Gaia, mereka mendelik mendengar perkataan istri Xavier."Kenapa kamu membuat ulah, sudah Ayah bilang jangan membuat masalah! sekarang gimana kita memberikan hadiah buat putri Tuan Arka," geram Li Jian-Long."Kamu begitu mengecewakanku, Gaia!" tekan pria tersebut, ia masih menatap tajam Gaia membuat wanita ini menghe
Wanita itu masih terdiam tidak menlanjutkan perkataannya, ia bahkan mengigit bibir bawah, seolah ragu untuk melajukannya."Karena apa? hah!" desak sang ayah mertua dengan nada mencemooh. "Jangan bilang kamu pernah memilikinya, ah bukan, melihatnya, melihatnya dari mana coba. Dari mimpi!" sindir lelaki tersebut dengan tajam. Xinxin menyeringai mengetahui jika sang ayah terlihat agak membenci Gaia, sedangkan istri Xavier menghela napas berusaha tenang."Terserah apa yang kalian pikirkan, aku hanya menekankan kalung ini asli . Kalau tidak percaya kalian bisa ke ahlinya," seru Gaia. "Kalau gitu aku bakal menelepon untuk meminta dia datang menilai," balas Silvana. Gaia hanya mengedikkan bahu, sedangkan Xavier memandang istrinya lalu menghela napas. "Apa perlu? Kalung itu bahkan aku sempat berebutan dengan Tuan Atha, dia juga bilang kalau ini asli," tutur Xavier. Mendengar nama Atha dengan kedua kalinya, Jian-Long mengerutkan dahi ia memandang putranya dengan heran. "Tuan Atha, siapa?
Xavier segera mengantarkan Gaia dan mertuanya ke kediaman, sesampai di sana lelaki tersebut membantu Arka masuk ke dalam rumah. Kini semua telah berada di ruang tengah, pria ini memandang sang istri, paham akan tatapan kekasihnya ia lekas pamit dan mengajak putra arka ke kamar."Aku menunggu penjelasanmu, aku gak akan menuduh kamu langsung," lontar Xavier kala memasuki kamar.Gaia mendengar hal ini hanya tersenyum, ia mengunci pintu dan meraih lengan sang suami agar ikut duduk di ranjang. "Dia membantu Papaku, dia yang membawa Papaku ke rumah sakit," terang Gaia."Gak perlu memikirkan hal gak perlu, dia punya tunangan dan sebentar lagi menikah. Gak mungkin aku menjadi perusak hubungan orang laian, apalagi aku pernah merasakan hal tersebut, aku sangat paham sak ...."Ucapannya terhenti kala sang suami langsung menariknya dalam dekapan, membuat ia sangat terkejut sampai melotot. "Udah jangan dijelaskan, aku paham. Aku minta maaf karena belum bisa melindungimu sepenuhnya, tapi aku bers
Xavier yang ada dibelakang Bai Lisha langsung mengerutkan dahi, ia menatap ke depan dan menangkap sang istri tengah memandangnya. "Menduakan?" Lelaki ini mengulangi perkataan Lisha dengan nada santai, wanita itu langsung mengangguk sebagai jawaban. "Kamu ini, masih saja berusaha mencari keributan," gerutu Gaia. Dia mendengkus pelan lalu menatap malas Bai Lisha dan kembali memandang sang suami. Tangannya melipat dada dan memiringkan kepala, tanpa pandangan lepas dari Xavier. "Jangan mengelak kamu! Bukti sudah jelas di depan mata," sungut Lisha dengan nada tinggi. Mendengar suara Lisha, beberapa orang di rumah sakit menoleh. Perawat yang ada di sini mendekat dan menegur wanita bermarga Bai tersebut. Sedangkan Xavier melangkah mendekat dan meraih pinggang istrinya membuat jarak di antara mereka terkikis. “Bagaimana bisa istriku mendua, sementara dia selalu jatuh ke pelukanku setiap malam?” bisiknya dengan nada menggoda.Pipi Gaia langsung memerah. Ia mencoba melepaskan diri, tapi
Mata Mona melebar mendengar perkataan Jiang Lie, wanita itu langsung memotong perkataan bawahan sang suami. "Rumah sakit mana? Cepat katakan!" pekik wanita itu. Gaia yang mendengar ucapan sang Ibu langsung memandang wanita tersebut, Jiang Lie yang terkejut dengan teriakan istri atasannya sampai lupa hendak mengatakan apa tadi. Dia lekas menjawab pertanyaan Mona dan setelah itu secara sepihak perempuan ini mematikan sambungan telepon. "Ayo ke rumah sakit! Papamu masuk rumah sakit," ajak Mona. "Apa yang dilakukan lelaki itu, kenapa bisa sampai ke rumah sakit!" ucapnya dengan nada frustasi dan khawatir. Dengan gerakkan cepat wanita itu langsung meraih lengan sang putri dan menariknya. Kedua perempuan tersebut terlihat begitu terkejut tambah panik. "Ayo cepat ke rumah sakit ...." perintah Mona saat memasuki kendaraan. Sepanjang perjalanan, Mona terus-menerus menggigit bibir, ekspresinya menunjukkan kegelisahan yang dalam. Tangan mengepal kuat dipangkuan. sementara mata dia seseka
Waktu berputar begitu cepat, Xavier masih sibuk di perusahaan. Membaca dan menandatangani lalu bertemu beberapa orang membuat kesepakatan. "Apa sudah dapat?" tanya lelaki itu tidak sabaran. Ia memandang asistennya penuh harapan, membuat sang empu menunduk lalu menghembuskan napas. "Mereka menginginkan saham sebagai gantinya, Tuan," balas lelaki tersebut. Mata Xavier membelalak, ia mengepalkan tangan dan membuang wajah. "Lupakan saja, Tuan. Jangan cuma karena keegoisan Nyonya, Tuan memberikan beberapa persen saham pada mereka," tutur sang bawahan.Xavier memejamkan mata, ia bersandar di kursi dan mengibaskan tangan memerintah sang asisten untuk pergi. Suara notifikasi chat masuk, dia segera meraih benda pipihnya. [Sayang, aku lagi perawatan. Biar terlihat cantik dan segar,] [Sand photo] [Lihat, istrimu sangat mempesona bukan. 😁] Senyuman terlukis di bibir Xavier kala melihat pesan dari kekasihnya. Ia memandangi photo Gaia yang sedang menikmati pijatan sambil memejamkan mata.
Senyuman masih melekat di bibir Gaia, ia langsung melingkarkan tangan di leher sang suami. Mata mereka saling memandang dan menyelami, lalu berjinjit agar bisa berbisik di telinga Xavier. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, bodoh. Kamu gak perlu takut, kecuali kamu memang mempunyai kesalahan," lontarnya pelan di dekat telinga Xavier. Xavier menghela napas, menatap wajah istrinya yang begitu tenang seakan tak terjadi apa-apa. Ia memeluk erat pinggang sang istri, membuat keduanya tak ada jarak sedikitpun. Mengecup puncak kepala Gaia dengan penuh rasa sayang.“Aku tidak suka, kalau kamu mengambil risiko seperti itu,” gumamnya pelan.Gaia mengangguk dalam pelukannya. “Aku mengerti. Aku janji, aku tidak akan mengatakannya lagi.”Xavier sedikit tenang mendengar janji istrinya, tapi ada hal lain yang mengganggunya. “Sekarang soal acara Tuan Arka… maaf aku gak bisa mengajakmu pergi,” tutur lelaki itu dengan nada lemah. Gaia melepaskan pelukan dan menatap Xavier dengan mata penuh tekad.
Mendengar perkataan Jian-Long, Gaia langsung mengalihkan tatapannya pada lelaki itu. Sedangkan Xavier menggenggam jemari sang istri, seolah dari genggaman tersebut menyalurkan kekuatan. Senyuman masih terulas di bibir, suami perempuan ini bahkan terkejut dengan aksi pasangan hidup dia. "Batasan?" Gaia mengulang kata itu sambil menatap sang ayah mertua. "Sejak awal, siapa yang lebih dulu melewati batas? Aku hanya membela diri dan menuntut keadilan. Aku sudah lama terus diam, tapi mereka selalu menginjak-injak aku, gak menghargai aku. Ayah kamu tau itu,"Xinxin mendengus marah, ia masih berusaha merampas handphone Gaia. "Hapus rekaman itu sekarang juga, Gaia!"Gaia menggeleng pelan, masih dengan senyum tenang. "Tidak semudah itu. Aku hanya ingin memastikan kamu dan Mama menepati janji, itu saja apa susahnya."Silvana mengepalkan tangannya erat, napasnya memburu karena amarah yang ditahan. "Jangan macam-macam, Gaia. Aku tidak akan membiarkanmu mempermalukan keluarga ini!""Justru aku ya
Istri Xavier tersenyum tipis kala mendengar perkataan sang mertua, sedangkan Jian-Long memandang heran menantu dan kekasihnya. "Kalau terbukti palsu aku bakal berpisah dengan Xavier," ucap wanita tersebut. Mata Xavier membulat sempurna mendengar perkataan sang istri, dia langsung menarik Gaia membuat wanita itu menabrak tubuhnya. "Sayang! Apa-apaan kamu, jangan main-main! Tarik ucapanmu kembali," seru lelaki itu dengan nada tajam. Sedangkan Xinxin dan Silvana menyeringai mendengar perkataan wanita tersebut, dan Gaia ia sedikit terkejut dengan tarikan sang suami. "Kenapa kamu diam aja, tarik ucapanmu! Pernikahan kita jangan dipakai taruhan," kata Xavier sekali lagi. Tatapannya begitu menghunus memandang sang istri, sedangkan Gaia ia tersenyum kecil. Perempuan ini mengelus lembut punggung tangan lelakinya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tenang aja, percaya sama aku," tutur Gaia tenang. Setelah berkata demikian, wanita itu kembali memandang dua perempuan yang terus mengincarnya.
Wanita itu masih terdiam tidak menlanjutkan perkataannya, ia bahkan mengigit bibir bawah, seolah ragu untuk melajukannya."Karena apa? hah!" desak sang ayah mertua dengan nada mencemooh. "Jangan bilang kamu pernah memilikinya, ah bukan, melihatnya, melihatnya dari mana coba. Dari mimpi!" sindir lelaki tersebut dengan tajam. Xinxin menyeringai mengetahui jika sang ayah terlihat agak membenci Gaia, sedangkan istri Xavier menghela napas berusaha tenang."Terserah apa yang kalian pikirkan, aku hanya menekankan kalung ini asli . Kalau tidak percaya kalian bisa ke ahlinya," seru Gaia. "Kalau gitu aku bakal menelepon untuk meminta dia datang menilai," balas Silvana. Gaia hanya mengedikkan bahu, sedangkan Xavier memandang istrinya lalu menghela napas. "Apa perlu? Kalung itu bahkan aku sempat berebutan dengan Tuan Atha, dia juga bilang kalau ini asli," tutur Xavier. Mendengar nama Atha dengan kedua kalinya, Jian-Long mengerutkan dahi ia memandang putranya dengan heran. "Tuan Atha, siapa?
Suara Jian-Long begitu nyaring membuat Gaia langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh memandang mereka mereka. Sedangkan Xinxin berdecak kesal dan memalingkan wajah."Kenapa kamu membeli barang sampah ini! kenapa gak mendapatkan barang yang kita inginkan, kamu sangat bodoh!" maki lelaki itu."Ini pasti permintaan istrimu kan, kamu gak mungkin melanggar janjimu untuk mendapatkan barang untuk hadiah putri Tuan Arka," seru Silvana."Ya, pasti ini suruhan dia, kamu sangat bodoh Kak!" omel Xinxin.Mendengar ia dimaki sang adik, lelaki itu langsung menatap tajam perempuan yang umur dibawahnya. "Kalian gak perlu khawatir, kalung ini asli," jelas Gaia.Semua langsung memandang Gaia, mereka mendelik mendengar perkataan istri Xavier."Kenapa kamu membuat ulah, sudah Ayah bilang jangan membuat masalah! sekarang gimana kita memberikan hadiah buat putri Tuan Arka," geram Li Jian-Long."Kamu begitu mengecewakanku, Gaia!" tekan pria tersebut, ia masih menatap tajam Gaia membuat wanita ini menghe