Perusahaan Capital Kim, tempat di mana kekuasaan dan ambisi saling beradu, memiliki suasana tegang yang terasa di setiap sudut kantornya. Di sebuah ruangan mewah yang didekorasi dengan nuansa modern, Christian, seorang pengurus penting di perusahaan itu, duduk di belakang meja kayu besar dengan pandangan serius tertuju pada laptopnya. Meski luka di tubuhnya belum sepenuhnya sembuh, ia tak membiarkan itu menghentikannya. Baginya, pekerjaan dan kekuasaan adalah segalanya.Christian baru kembali ke kantor setelah absen selama beberapa hari. Fokusnya kini terpaku pada layar laptop.Mike, asisten setianya, memasuki ruangan dengan langkah tergesa, membawa berita yang tak menyenangkan."Tuan, beberapa hari ini Wakil Direktur bertemu dengan beberapa pemegang saham. Mereka seperti sedang merencanakan sesuatu. Pertemuan mereka sangat rahasia. Bahkan Direktur Utama juga tidak tahu," kata Mike dengan nada yang rendah namun sarat akan kekhawatiran.Christi
Christian menghela napas panjang, namun tidak ada penyesalan dalam tatapannya. "Asalkan kamu menyetujui apa yang aku inginkan, aku bisa saja mengabulkan semua keinginanmu. Selain itu, hidupmu akan berubah dan tidak akan menderita seperti dulu," ujar Christian dengan suara yang lembut namun penuh kendali.Moon hatinya masih dipenuhi oleh luka dan kebencian. "Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Moon akhirnya, suaranya bergetar sedikit.Christian tersenyum menatap mata gadis itu, Senyumannya terlihat licik. Tidak tahu apa permintaan yang dia inginkan dari gadis itu!Christian duduk di sofa dengan santai, senyum tipis yang penuh keyakinan menghiasi wajahnya. Tatapannya tajam namun tenang, seolah-olah ia sedang mengamati mangsanya dari kejauhan. Moon, yang masih berdiri di tengah ruangan dengan raut wajah penuh kebencian, hanya bisa menghela napas panjang melihat sikap pria itu yang penuh percaya diri.“Duduklah,” perintah Christian sambil
Moon yang melihat gerakan Christian, merasa ketakutan mulai merayap dalam dirinya. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan nada cemas, matanya tak lepas dari ponsel di tangan pria itu.Christian mendongak, menatap gadis itu dengan senyum licik yang begitu dikenalnya. “Anak buahku akan segera menjemput Shane,” jawabnya dengan nada santai, seolah-olah ia hanya membicarakan urusan sehari-hari yang tak berarti.“Jangan lakukan itu! Dia tidak bersalah padamu. Kenapa harus mengusiknya?” Suara Moon terdengar putus asa, tubuhnya menegang, merasa terperangkap dalam situasi yang tak bisa ia kendalikan.Christian menatapnya lebih dalam, senyumnya semakin lebar. “Sepertinya dia sangat penting bagimu. Kamu marah karena dia? Dan… nasibnya tergantung pada keputusanmu. Kalau kau menolak, malam ini juga aku akan mengirim dia pergi,” ancamnya dengan nada yang menusuk, mengunci pandangan mata Moon dengan tatapannya yang dingin
Moon terkejut dengan ciuman yang tiba-tiba itu, tubuhnya menegang, namun seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan emosi yang sulit dijelaskan. Ciuman Christian semakin dalam, menguasai setiap perasaan yang bergejolak dalam diri Moon. Ia mencoba melawan, tetapi ciuman itu membuatnya kehilangan kendali, membuatnya tak bisa berpikir jernih.Ketika Christian akhirnya melepaskan ciuman itu, ia tidak langsung menjauh. Wajah mereka masih sangat dekat, dan Christian berbisik dengan suara yang dalam, "Ingatlah, Moon. Aku satu-satunya yang berhak atasmu. Jangan pernah mencoba melawan."Setelah itu, ia berdiri, meninggalkan Moon yang masih terengah-engah, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Moon merasa hatinya berdebar kencang, bukan hanya karena ciuman itu, tapi juga karena ancaman yang jelas-jelas tersirat dalam kata-kata Christian.***Christian kembali ke apartemennya dengan langkah cepat, pintu tertutup keras di belakangnya. Tanpa pikir panjang, ia melempar
Christian menatapnya dengan senyum tipis yang tidak sepenuhnya ramah. "Sebagai wanitaku, kamu harus memiliki segalanya. Semua ini milikmu," jawabnya tanpa sedikit pun keraguan. Nada suaranya jelas menunjukkan bahwa apa yang diucapkannya bukanlah sebuah tawaran, melainkan perintah yang harus dipatuhi.Moon menatap barang-barang itu dengan perasaan bercampur aduk. Rasa tidak nyaman menjalari tubuhnya. "Aku tidak butuh semua ini," ucapnya dengan suara yang bergetar sedikit.Christian mengangkat alisnya, tetap tenang namun tegas. "Tapi, kau harus memilikinya. Tentu, memberimu semua barang ini pasti ada balasannya untukku!" Dia berkata dengan nada yang lebih serius sekarang, matanya mengunci pada Moon, seolah mengamati reaksi gadis itu dengan cermat.Moon merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres di balik kebaikan ini. "Jangan meminta apapun dariku, karena aku tidak memiliki apa-apa," jawabnya, mencoba mempertahankan ketenangan, mes
Moon memalingkan wajahnya, tak sanggup melihat bagaimana tangan pria itu dengan santainya menguasai setiap jengkal tubuhnya yang rapuh. Setiap desahan napas Christian seakan mengiris hati Moon, membuatnya semakin tersiksa dalam dilema yang begitu kelam."Jangan lupa janjimu," bisik Moon dengan nada suara yang bergetar namun tetap tegas. Matanya yang penuh amarah menatap tajam ke arah pria itu, menuntut kepastian. "Jangan sentuh mereka lagi!" lanjutnya, berusaha mempertahankan sisa-sisa keberanian yang masih ia miliki.Christian tertawa kecil, senyumannya semakin melebar seolah menikmati ketidakberdayaan gadis itu. "Tentu saja! Sebagai seorang pria, aku selalu menepati janji," balasnya dengan nada sinis. Dalam satu gerakan cepat, bibirnya menempel di bibir Moon, mencium dengan gairah yang memaksa.Moon hanya bisa pasrah menerima ciuman itu, meski hatinya memberontak. Setiap sentuhan Christian seperti bara api yang membakar habis harga dirinya. Air mata mulai meng
Moon yang tidur hingga malam, setelah melayani Christian. Ia membuka matanya dan bangkit menyadari dirinya tanpa sehelai pakaian dan hanya ditutupi oleh selimut tebal.Ia menepuk kepalanya dan merasa kesal dengan kejadian siang tadi. Dirinya yang harus patuh dan menurut keinginan pria itu membuatnya merasa terhina. Saat ia menyadari tangan kanannya yang tidak terlihat gelang yang biasa dia pakai, ia tersentak kaget."Gelangku? di mana gelangku?" gumamnya sambil mencari di sekitar tempat tidurnya. ia dengan cepat mengenakan pakaiannya dan turun dari tempat tidur.Sementara itu, di ruang tamu, Christian duduk dengan santai di sofa, satu tangan memegang gelas minuman, sementara tangan lainnya memainkan gelang yang diambilnya dari Moon. Tatapannya dingin dan penuh perhitungan saat ia menatap benda kecil itu dengan senyum sinis di wajahnya."Gelang ini begitu berharga baginya," gumam Christian, matanya tak lepas dari kilauan gelang di tangannya. "Andaikan aku me
Mike berdiri tegak di hadapan Christian, merasakan ketegangan yang memancar dari bosnya. Suara detak jam di sudut ruangan menjadi satu-satunya yang terdengar, namun di dalam pikiran Christian, hanya ada satu hal yang terus berputar—gelang itu. Dengan tatapan tajam yang tidak pernah meninggalkan layar ponselnya, Christian mengeluarkan perintahnya, suaranya penuh ketegasan."Selidiki seluruh panti asuhan, apakah mereka mengenal gelang ini!" perintahnya sembari menunjukan foto gelang yang tertera di ponselnya. Pandangannya sesaat teralihkan dari layar, menatap Mike dengan intensitas yang membuat pria itu tidak bisa menahan diri untuk segera melaksanakan tugas yang diberikan."Baik, Tuan. Segera saya lakukan!" jawab Mike cepat, menunduk hormat sebelum beranjak untuk meninggalkan ruangan. Namun sebelum Mike bisa sepenuhnya pergi, suara Christian kembali terdengar, kali ini lebih lembut, namun tetap sarat dengan otoritas."Aku akan mengirim fotonya untukmu," lan