Ting! Tung!
"Siapa?" ucap tuan besar George dari tempat yang berbeda. Pria paruh baya yang terlihat begitu segar setelah selesai mandi bergegas membuka pintu. Tuan George cukup senang karena mengira kalau Sean lah yang datang karena berubah pikiran. Namun ketika pintu dibuka.Kriet!"Siapa anda?" Tuan besar George dikejutkan dengan datangnya seorang pria memakai jas berwarna putih lengkap dengan kaca mata hitamnya yang kini berdiri di depan pintu bersama kedua anak buahnya.Pria itu terlihat masih gagah walau seumuran dengannya. "Ada perlu apa anda datang kemari?" Tuan Gultaf hanya tersenyum melihat wajah tuan George yang ketakutan."Kau tidak perlu khawatir! Aku ke sini bukan untuk menyakitimu, tapi aku mau mengajakmu untuk bekerja sama. Perkenalkan, saya Gultaf. Semua orang memanggilku dengan sebutan, Tuan Gultaf." Dia mengulurkan tangannya pada tuan George.Tapi tuan George enggan untuk membalas uluran tangan itu. Tanpa disuruMalam harinya Natasya menelepon Naura untuk meminta tolong padanya. Suara itu terdengar panik yang membuat Naura begitu khawatir. Dia takut terjadi apa-apa pada teman baiknya itu seperti kejadian buruk yang pernah dia alami.Kring! Kring!"Sya, kamu baik-baik saja?" Naura menanyakan itu mengingat temannya itu tidak datang ke kampus."Nau, tolong aku! Apa kau bisa datang kemari? Aku ada di restoran Berlian.""Restoran Berlian? Sedang apa kamu di sana?""Ceritanya panjang. Nanti aku ceritakan padamu. Tolong aku, Nau." "Sya, Natasya!"Tut!Tut!Wanita itu justru mematikan ponselnya yang membuat Naura semakin panik. Dia terus memanggil-manggil Natasya tapi wanita itu tidak menjawabnya.Naura takut kalau teman baiknya itu menjadi korban penculikan seperti yang dialaminya 2 kali.Namun untuk sampai ke sana dia bingung. "Mana ada taksi malam-malam seperti ini, ck!""Bu, Ibu! Aku izi
Naura paksakan tersenyum dan mengangguk yang membuat Sean spontan meloncat girang hampir lupa memeluknya. Melihat Sean yang diterima cintanya, dari arah belakang bersorak bahagia. Satu persatu mulai menampakkan diri dari mulai Natasya, Lucas dan ketiga anak buahnya muncul sambil bertepuk tangan senang.Baru Sean seperti mempunyai keluarga yang utuh walau tanpa kehadiran Daddy-nya di momen bahagia itu. Sean mengambil telapak tangan Naura dan menyelipkan cincin tersebut di jari manis sebelum mencium tangan tersebut."Thanks, Babby. Aku janji akan menjadi calon suami yang baik untukmu.""Cieee," goda Natasya yang mengundang gelak tawa semuanya.Lucas mendekat dan menghadap Sean dengan wajah sendunya. "Aku minta maaf! Aku sempat berpikir jelek tentangmu, tapi sekarang aku sadar kalau cintamu padanya begitu besar." Kedua sahabat itu kembali berpelukan.Tak bosan ketiga anak buah itu bertepuk tangan haru dengan kebersamaan ini. Mereka semua men
"Aunty! Kau tidak perlu menghawatirkan putri anda. Putri Aunty dalam keadaan baik-baik saja.""Hah?" Naura mengangkat dagunya. Dia teringat kalau belum sempat menghubungi ibunya."Ibu? Itu Ibu? Astagfirullah hal adzim! Ibu aku lupa memberitahu Ibu kalau ..." Sean lalu memberikan ponselnya pada Naura."Halo, Ibu.""Naura, kamu dimana, Nak? Ibu cemas memikirkan kamu.""Ya Allah, aku minta maaf, Bu. Naura lupa bilang kalau Naura baik-baik saja di sini. Ibu nggak usah khawatir yah.""Alhamdulillah kalau kamu baik-baik saja. Tapi kamu sedang bersama, Nak Sean?"Mana mungkin bu Ningrum membiarkan putrinya dengan laki-laki hanya berdua begitu saja. Dia khawatir hal itu terjadi."Banyak, Bu. Ada Natasya." Natasya mendekat dan bersuara agar bu Ningrum percaya. "Halo, Ibu. Kau tidak perlu khawatir! Naura aman bersama kami.""Alhamdulillah, syukurlah kalau bagitu, Ibu tenang sekarang. Kalian baik-baik di sana."
Tok! Tok! Tok! Tuan besar George mengira kalau tuan Gultaf datang kembali. "Iya sebentar." Bagitu dia membuka pintu bukan tuan Gultaf melainkan ... "Sean, dari mana kau tau aku tinggal di sini?" Sean menerobos masuk begitu saja. Sementara ketiga anak buahnya menuggu di depan kamar tersebut. "Apa itu penting? Apa kau nyaman tinggal di sini?" Mata Sean menelisik ke dalam kamar hotel yang tidak terlalu besar. Tuan George kembali bersuara. "Untuk apa aku tinggal denganmu sementara kau tidak menganggap aku ada!" Sean memicingkan matanya. Bisa-bisanya tuan George bicara seperti itu, bukankah dia sendiri yang memutuskan untuk pergi. "Kenapa kau bicara seperti itu? Kau sendiri yang memilih untuk pergi. Lagipula apa susahnya kau menerima Naura sebagai calon istriku." "Dadd, Naura bukan gadis yang buruk! Dia baik, kau hanya belum mengenalnya saja." Sean berusaha meyakinkan d
"Kalau begitu Aunty tentukan saja tanggal pernikahannya, aku pasti setuju.""Izinkan Ibu untuk bicara dengan Pak Kyai Hanif terlebih dahulu untuk menentukan tanggal kalian menikah." Sean mengangguk, tak sabar rasanya menunggu hari itu datang.Pak Kyai Hanif mengatakan, lebih cepat lebih baik, bukankah Sean sudah punya segalanya? Lalu untuk apa mereka mengulur waktu yang hanya akan membuat fitnah untuk Sean dan Naura.Maka pesta pernikahan itu akan di laksanakan dua hari lagi. Sean dan Naura begitu bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya."Kau tau Babby? Kalau aku sudah tidak sabar menunggu dua hari lagi," ucap Sean pada sambungan telepon."Serius?""Apa kau masih tak percaya denganku?" Mereka terdengar begitu romantis."Setelah kau resmi menjadi istriku, aku akan membawamu dan mertuaku pulang ke rumahku."Tiba saat itu datang dimana di kediaman pak Danu sudah dihiasi dengan dekorasi pernikahan bernuansa puti
"Saya terima nikah dan kawinnya, Naura binti Bapak Danu Atmaja dengan mas kawin tersebut dibayar. Tunai." "Bagaimana saksi. Sah?" Hanya sekali tarikan nafas Sean berhasil mengucapkan ijab qobul dengan suara lantang terdengar sampai ke dalam kamar. Naura menghela nafas lega dengan mata yang berkaca-kaca. "Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah engkau mudahkan semua urusan kita. Semua yang terjadi atas kehendak mu, ya Allah." Selalu saja wanita itu melibatkan Tuhannya dalam segala urusan dia. Perias masuk dan meminta Naura untuk keluar, dia mengikuti di belakang sambil membawakan buntut gaun yang menjuntai. "Shit!" ucap Sean sambil menyerkitkan bibirnya melihat istrinya datang bak bidadari yang turun dari syurga. Gaun putih dengan cadar transparan berwarna senada membuat dia terlihat begitu cantik sampai membuat Sean mengeluarkan keringat dingin. Wanita itu duduk di samping sang ma
"Sssttt! Hei, kenapa kau berteriak?" Sean menyunggingkan senyumnya. Wajah Naura tampak memucat saat Sean mendekatkan wajahnya untuk mencium. Dia begitu grogi dihadapkan dengan seorang laki-laki dalam satu kamar.Secepat mungkin dia mencari alasan untuk menutupi kegugupannya itu. "Aku tadi ..., aku anu ..., em aku ..., aku mau ke toilet dulu. Iya, ke toilet dulu." Tanpa permisi wanita itu beranjak dari hadapan Sean dan masuk ke dalam kamar mandi. Sean tertawa sambil menggeleng karena tau kalau istrinya itu sedang salah tingkah.Dengan nafas yang memburu Naura berdiri di depan cermin sambil melihat pantulan dirinya sendiri. Menahan senyumnya saat merasakan sentuhan jari kokoh di lengan tangannya."Ya Allah, bagimana ini. Apa aku harus ..." Padahal dia tau kalau itu kewajiban istri terhadap suaminya. Naura merapikan dirinya sebelum keluar menemui suaminya."Hufh! Bismillah, aku pasti bisa!"Dengan malu-malu dia keluar kamar mandi, tapi yang
"Uncle, kau di sini?" Lucas terlihat gelagapan memandang wajah tuan besar George yang terlihat tak bersahabat. Sepertinya dia tau kalau hari ini putranya menikah padahal Sean sengaja tidak memberitahukannya."Dimana Sean?" Lucas hanya diam. Dia menoleh sesaat pada Natasya yang juga bingung harus berbuat apa. Terpaksa tuan George mengulang pertanyaannya kembali sambil menunjuk ke wajah Lucas."Aku bilang dimana Sean? Kau jangan coba-coba menyembunyikan dia dariku. Aku tau sekarang dia ada dimana." Pria tua itu bergegas untuk pergi, Lucas dan Natasya berusaha mencegah, berusaha bicara baik-baik dengannya tapi tuan George sama sekali tidak menghiraukan panggilan itu.Mereka hanya takut kalau tuan besar George berbuat semena-mena di sana dan mengganggu kebahagiaan pengantin baru."Eh, Uncle. Tunggu! Kau mau kemana?""Uncle dengarkan aku dulu!""Kalian dan Sean sama saja! Aku benci pada kalian. Aku yakin kalian pasti tau dimana Sean.