Yudha mengurut keningnya yang terasa berdenyut tidak karuan. Enggan melirik jam dinding yang menempel di atas kepala tempat tidurnya, pukul setengah lima kurang sedikit. Tidur hanya sebentar saja, itupun mimpinya aneh-aneh.Semalam dia hampir blas gak bisa tidur, gegara fikirannya terus traveling ke kamar sebelah. Beruntung menjelang dini hari, Yudha baru bisa terlelap. Pantas kepalanya terasa kliyengan. Semalaman pikirannya terus mengembara ke dalam kamar dimana Haifa tidur dengan memakai baju yang sangat irit bahan.[Yudha, aku ingatkan untuk berhati-hati dengan istri kampungan mu. Sepertinya dia sudah edan.] Pesan Meri siang tadi dan baru dibuka semalam, sangat misterius.[Apa maksudmu.][ Bukan hanya sudah gila, dia sangat membahayakan.]Yudha
Tahukah engkau, apa hal yang paling menyakitkan dari pada membangun tembok tinggi, merendahkan, menghina dan menolak hubungan dengan seorang wanita yang ternyata bukan hanya baik, cantik tapi juga sangat menggemaskan.Entah berapa kali aku menelan ludah melihat ke arah jendela, dimana ada seorang bidadari yang bukan hanya telah melayaniku dengan sempurna selama ini, tapi juga hampir membuat jantungku melonpat dan berhenti berdenyut, tersenyum tenang ke arah wanita yang dengan buas menggamparku. Sekar.Jika Haifa diam melihatku berpaling kepada wanita lain. Jika Haifa hanya menelan sakit hatinya sendirian, jika Haifa hanya mengadukan lara dan lukanya kepada Allah, Sekar sangat emosional dan reaktif.Seperti saat ini, dia menarikku dengan paksa ke luar. Sekar juga memukul dan mencakarku dengan ganas, membuat bilur ditangan dan dileherku yang menyisakan
"Fa, tidak adakah kesempatan kedua untukku?Aku sadar, hanyalah pria durjana yang sekian lama telah menyia-nyiakanmu. Aku pria lemah yang dengan mudah diperdaya oleh cinta semu seorang Sekar." Aku tersendat.Aku tahu Haifa sakit dan dosaku tak terukur kepadanya, tapi setidaknya di ujung waktu yang tersisa, aku ingin mengatakan yang sesungguhnya, jika sekarang dadaku selalu berdebar jika mengingatnya.Haifa, dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk membiarkanmu tak tersentuh, maafkan.Maafkan jika aku terlambat menyadari rasa cintaku padamu. Maafkan jika aku baru mengerti bahwa kau begitu luar biasa.Maafkan aku, pria tolol yang memuja sampah dan melupakan permata. Dadaku berdebar bukan main, saat Haifa perlahan beringsut menjauhiku.Berulangkali mataku
Yudha tertegun di ruangan kerjanya. Hatinya benar-benar resah. Wajah tampannya terlihat kusut karena Sudah dua hari ini kurang tidur. Berkali mengurut kening yang terasa nyut-nyutan tidak karuan.Entah sudah berapa kali pria itu menghela napas. Meski otaknya meyakini Haifa baik-baik saja, tapi hatinya tidak lah demikian.Secara logika Yudha percaya Haifa sudah dewasa untuk bertahan dan tetap selamat, tapi jiwanya tidak sanggup membayangkan perempuan yang jarang ke luar rumah itu, berjalan sendirian tanpa tujuan dan tanpa uang.Hatinya tak rela jika wanitayang pesona dan ketulusannya mulai menghiasi hati dan mimpinya terdampar di tempat yang tidak seharusnya.Haifa sudah tidak memiliki orang tua, meski masih memiliki beberapa orang kerabat dan beberapa teman.Yudha tahu karena beberapa kali pernah mengantar Haifa menemui mereka, itu pun atas de
Grup WA 17Terlihat Sekar memegang dadanya, sejenak terhuyung dan menahan sesak yang tiba-tiba terasa menindih jiwanya. Matanya memandang murka ke arah pria yang baru saja memutus cintanya sebelah pihakEnak saja. Aku bukan wanita lemah yang bisa seenaknya kau lepeh sesuka hati. Aku tidak biasa ditolak, dihina dan dicampakkan."Kau memutuskan cinta dan harapanku, Mas?" Ulang Sekar yang dijawab Yudha dengan anggukan kecil tapi yakin."Kita selesaikan hubungan diantara kita. Aku muak.""Tidak bisa."Sekar menggeleng. Bagaimana mungkin dia bisa melepas pria yang selama ini memanjakannya dengan limpahan materi dan perhatian."Kenapa tidak bisa? Dulu kau yang merayuku untuk menjadi kekasihmu, tapi kini aku yang memutuskan, kalau ikatan diantara kita bukan hanya tidak halal tapi tidak seharusnya.""Kau bi
Rio memperhatikan wajah Boss nya yang terlihat sangat emosional. Hal yang begitu jarang didapatkan. Selama ini Yudha di mata Rio adalah pria tegas, realistis dan dingin.Bahkan Rio baru tahu wajah istri bossnya lewat foto yang dikirim kepadanya agar dia bisa melacak keberadaannya. Selama ini, Yudha tidak pernah berbicara personal, tertutup dan sangat berwibawa. Satu -satunya perempuan yang pernah Rio temui bersama Yudha adalah Sekar, seorang model dan selebgram ternama di kotanya."Rio, tapi dia baik-baik saja?" tanya Yudha masih diliputi kekhawatiran, mengangkat wajahnya setelah sekian lama terpaku pada potret perempuan berhijab krem yang sedang tersenyum bersama seorang temannya, Yudha sejenak menggerakkan genggaman tangan yang memegang ponsel yang mendadak terasa kaku."Saya lihat baik-baik saja, Pak.""Syukurlah."
Adakah yang paling menyakitkan dari perasaan bersalah dan cinta yang datang terlambat? Yudha tersengal menatap wajah cantik Haifa di balik jendela.Adakah hal paling menyedihkan bagi seorang laki-laki, selain menatap belahan jiwa, berdiri dalam sunyi dan menatap dalam kebisuan?Aku memang pecundang. Bahkan hanya untuk melambaikan tangan pada wanita yang senyum dan kehangatan cintanya begitu ku rindukan. Yudha mendesah lirih.Menatap tak percaya dan tak berdaya pada sosok lembut berhijab yang memandang lepas ke arah horizon hitam yang berhias bintang.Apa yang kau lihat, Cinta?Adakah kau tengah memandang arakan Mega luka kehidupan yang kutorehkan? Atau adakah kau tengah meresapi sepinya hidup karena derita dan penghianatan yang kugoreskan dalam hidupmu sekian lama?&nbs
Haifa berdebar. Sungguh dia tidak menduga kalau harus berputar-putar sampai larut malam hanya untuk menemani atasannya."Pak, katanya kita akan berangkat bersama Bang Iwan dan Mbak Yuyun, kenapa saya sendiri yang berangkat menemani Bapak." Haifa tampak gelisah, menyadari dua rekannya tak kunjung di jemput seperti janji Reno.Padahal jelas Bang Iwan dan Mbak Yuyun adalah senior di perusahaan, mereka akan sangat membantu menghadapi customer baru dibanding dirinya yang baru dan masih awam."Lupakan Iwan dan Yuyun. Aku mau membawamu ke suatu tempat di mana hanya kita berdua yang tahu."Reno tersenyum pelan, mata elangnya menatap jalanan."Kok?"Haifa mengerutkan kening. Mendadak gelisah, perasaannya tidak nyaman.Se
Rio merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Seharian ini agenda kegiatannya begitu padat. Ada beberapa dokumen perizinan yang harus secepatnya selesai. Belum lagi, agenda pertemuan susulan dengan pihak Bank. Cukup melelahkan.Setelah berganti dengan baju santai yang terdiri dari kaos putih dan celana berbahan kaos yang nyaman, Rio memilih merebahkan tubuhnya di depan televisi sambil memeriksa beberapa email masuk yang belum sempat dibaca." Mbeb, lelahkah dirimu?" Surti yang selesai memandikan Raffa, putra mereka yang masih bayi mendekat. Meletakkan Raffa dalam gendongan Rio yang segera menciumi kepala mungil jagoannya. Harum shampoo dan minyak telon, membuat Rio tampak sangat menikmatinya. Surti memang piawai mengurus rumah tangga dan anak mereka. Jangankan hanya mengurus Raffa, urusan ngupas kelapa dan manjat betulin genting bocor pun Surti jagonya. Jangan tanya asisten rumah tangga, bukan karena tidak sanggup menggaji, melainkan gak ada yang betah. Surti
Kalah dan patah hati adalah dua hal yang tidak pernah hadir dalam hidup Elda selama ini. Tapi semua itu kini nyata adanya. Sebulan sejak dia bertemu Surti yang memberinya foto Andrian pria yang diam- diam telah mencuri hatinya bertunangan dengan Erika, Elda dan keluarganya mendapat undangan pernikahan Erika dan hari ini, Elda hadir sebagai tamu undangan.Elda mencelos. Sia- sia Elda menaruh hati dengan Andrian, pengusaha muda tampan itu ternyata memilih Erika yang penampilan nya sudah seperti astronot mau ke bulan. Tidak seperti para seniornya yang mendekam di balik jeruji besi, Erika berubah menjadi lebih santun dan religius. Gadis angkuh dan pemuja pesta itu berproses menjadi gadis yang lebih baik. Erika berhijrah tanpa paksaan, dengan sepenuh hati dia memulai segalanya dari awal untuk berubah. Dengan tekun dan sungguh- sungguh Erika belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Allah kini membalas kesungguhan Erikaa dengan menjodohkannya dengan seo
Karma Si Gadis AngkuhElda menendang daun kering di depannya. Terik matahari dan angin kemarau yang kering membuat kerongkongannya terasa panas dan terbakar.Gadis itu tidak menduga, buntut kedatangan Athira ke rumahnya tempo hari adalah kemurkaan Shaka yang membuat semua fasilitas yang selama ini dia nikmati dengan sangat melimpah dicabut tiba- tiba.Bayangkan, mulai mobil, ATM dan kartu kredit, semuanya di ambil oleh kakak satu- satunya itu. Shaka juga memangkas uang sakunya tinggal separuh saja.Dasar sial. Bagaimana mungkin kakaknya begitu murka sehingga rela melihat dirinya ibarat gembel yang harus mengirit uang saku dan rela jajan di kantin murahan, juga makan siang hanya di warteg mahasiswa yang terkenal murah dan desak- desakan.Seperti hari ini, Elda harus pergi naik angkot dengan uang saku pas- pasan, alih- alih Shaka merasa kasihan saat dirinya mengeluh, malah disuruh membawa bekal nasi dari rumah dan kalau perlu jalan kali. Ja
Wajah Shaka tampak terkejut."Siapa? Athira, Mbok?" Suara Shaka hampir hilang di kerongkongan. Perasaannya bercampur menjadi satu. Ada bahagia, resah juga cemas, dan perasaan lain yang entah bagaimana harus melukiskan nya."Betul, Non Athira dan Neng Cira, Mas." Bi Narti menjawab pasti. Ada getar rindu dalam nada suara perempuan paruh baya itu. Bagi Bi Narti, selain baik, Athira adalah majikan penyayang dan pengertian. Jauh berbeda dengan Nyonya sepuh dan Elda putrinya yang cerewet, kasar dan sombong. Sejak Athira pergi, otomatis yang berkuasa di rumah ini adalah Nyonya sepuh. Belum satu pekerjaan beres, sudah menyuruh ini itu, belum sifat pelitnya bikin Bi Narti pingin berhenti kerja. Beruntung ada Tuan muda Shaka yang masih sangat baik terhadap dirinya."Suruh masuk, Bi." Shaka memerintahkan. Mama hanya diam, ada raut gelisah di mata tuanya yang masih indah. Mama cantik luar biasa, sayang sifatnya tidak secantik wajahnya."Baik, Mas. A
Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-
Athira tampak sedikit terkejut saat menatap wajah mantan Mama mertua nya tanpa polesan make up glamour seperti biasanya.Wajah Mama mertua tanpak layu dan letih, kedua matanya sedikit membengkak, menandakan kalau perempuan paruh baya yang selama ini selalu tampil trendi banyak menangis. Ada luka di netra matanya yang selalu memakai bulu mata palsu, dan lekat dengan tatapan jumawa yang mengintimidasi.Athira sedikit salah tingkah melirik ke arah Raka meminta persetujuan untuk menjawab panggilan video call mantan mertuanya. Atira takut Raka merasa tidak enak hati karena di hari pertama mereka sah menjadi suami istri, mantan Mama mertua tiba-tiba saja hadir mengusik kebersamaan mereka yang baru saja dimulai.Raka yang duduk di samping Athira mengangguk kecil, menandakan setuju dan memberi izin. Perlahan Athira bangkit, dia ingin menerima panggilan mantan mertuanya tidak di meja makan, takut kalau perempuan angkuh itu membuat huru- hara dan menghinanya. Athira
Wajah lembut Athira tampak cantik dalam balutan baju tidur warna Salem yang tampak lembut dan serasi dengan kulitnya yang kuning Langsat. Malu- malu saat sosok kukuh di hadapannya mendekat dan perlahan duduk di sisinya. Ini adalah malam pertama mereka sah menjadi suami istri. Tanpa pacaran dan tanpa persiapan yang ribet dan menguras energi, setelah saling menyadari kalau masing- masing adalah jiwa yang dulu hadir dalam doa, Raka dengan mantap meminang Athira. Tidak seperti Meri yang ribet dan berselera wah, Athira betul- betul sosok wanita yang bersahaja, lembut dan pengertian. Tak ada yang rumit buat wanita itu, bukan semata menyadari statusnya yang sudah janda, tapi Athira merasa tak harus membuat ribet jika segalanya bisa dibuat mudah. Terpenting bagi mereka adalah restu semua fihak dan bisa segera menjadi pasangan yang halal agar bisa saling menguatkan dan menyempurnakan.
Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu
Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be