Seorang pria negro menyambut kami didepan pintu masuk sebuah rumah di sebuah villa elite. Suasana disini sangat hangat dari segala aspek, kemungkinan karena orang-orangnya yang lebih ramah dari Claudia.
Kami dipersihlakan masuk dan duduk ditempat yang kami kehendaki, lagi-lagi kami disuguhkan hidangan yang menakjubkan.
Sup Lobster dan segala jenis makanan laut.
Sangat mewah dan tanpa pikir panjang kami menikmatinya,
“ Demender Jhonny” ucap seseorang yang berjalan memasuki ruang makan itu.
Mereka seperti sekelompok mafia menurutku. Paman Jhonny berdiri dan menyambutnya.
“ Senang bertemu denganmu, Sheldon” balas Paman Jhonny.
Aku sangat terkejut melihatnya, aku berfikir kalau Sheldon adalah orang Eropa berkulit putih, tapi yang aku lihat saat ini adalah seorang pria besar berkulit hitam. Terpancar senyum dari kedua bibir Sheldon.
“ Aku sudah menduganya, tidak mungkin seorang Jhonny bisa dikalahkan
Malam menjelma menjadi fajar yang cerah, aku bangun tanpa petunjuk sedikitpun. Hari ini aku akan menemani Liliana untuk mendaftar kuliah di Universitas Lostcity. Sudah hampir seminggu aku tidak menginjakkan kakiku di kmpus tercintaku. Liliana tampak memakai kacamata dengan lensa High index, terlihat bahannya yang tipis dan pipih. Dia memakai hoodie dengan jeans cokelat. “ Bisakah penampilanmu sedikit seperti wanita.” Ucapku padanya yang duduk disofa. Dia menaikkan satu alisnya, dan menepuk pundakku. “ Ayo kita berangkat” sambutnya. Pagi itu suasana masih dingin, dan jam menunjukkan pukul 6.30, dia membuatku harus bangun pagi-pagi hari ini. Kami berjalan menuju kearah garasi mobil. Dia membuka Folding gate garasi mobilnya. Aku menatap Liliana yang berjalan kearah Mustang Boss 429 Berwarna cokelat kegelapan dengan garis tengah hitam yang menjalar dari depan ke belakang mobil itu. Sekilas warna mobil itu sangat clop dengan
Aku menyesal berjumpa dengan makhluk aneh seperti mereka, terkecuali Liliana dan Paman Jhonny. Aku juga tidak bisa membayangkan jika Jack datang dan mencabik-cabikku dengan taringnya. Sungguh menakutkan. Mobil melaju cepat membawaku kerumah sakit terbesar di Lostcity. Aku benar-benar tak bisa menahan rasa sakitnya. Beberapa kali mobil menghantam sebuah lubang, dan membuatku semakin kesakitan. Sebagai pria aku hanya diam dan menahan rasa sakitnya. “ Kita sampai” beritahu Liliana padaku. Bahkan aku tidak merasakan nyaman saat kepalaku berada diatas paha Liliana, pahanya sangat padat dan sedikit keras. Sebelum Estelle menurunkan kami didepan pintu masuk rumah sakit, aku memohon satu hal pada Liliana. “ Liliana tolong rangkul saja aku.” Pintaku memohon. Dia mencoba meyakinkan keinginanku namun aku tetap ngotot untuk dirangkul dan berbohong kalau aku sudah tidak merasakan sakit yang terlalu, alhasil dengan sangat amat berat a
Disisi lain, Arin, Rakhisa dan Bashra telah beristirahat disebuah rumah sederhana di Lostcity. Mereka selalu mendapat informasi terpanas tentang seorang Landers yang baru-baru ini muncul di Lostcity, Jason Landers memberitahukan kepada mereka tentang pesan-pesan yang muncul di mimpinya. Selama ini sebagian besar mimpinya hanya menjorok tentang kemunculan Landers lainnya, dan hanya sedikit dia mendapat pesan tentang kejadian masa lalu yang menjadi kunci sejarah. “ Benar, namanya Kenshin. Itu yang diberitahukan Jason Landers, dia sedang menjalani studinya di Universitas Lostcity.” Bashra berucap memberitahukan hal tesebut pada Arin dan Rakhisa. Aeri masih sedang dalam perjalanan menuju Lostcity menggunakan mobilnya, dia hanya membuang-buang waktunya dengan berada didalam mobil sepanjang hari. Malam telah tiba, setelah Dawan selesai mengompresku, dia mulai bangkit meninggalkan kamarku. Aku mencoba mendudukkan diri; merogoh ranselku dan menga
Musik mendayu-dayu terdengar dari luar kamar, aku membuka sedikit jendela kamar ini. Angin menjengukku, dia berbisik mesra kepadaku. Aku sangat mencintai angin, dia selalu saja menenangkan jiwaku. Kalian belum bertemu dengan air, jika kalian bertemu dengannya mungkin kesedihan kalian akan hilang hanyut bersamanya. Meski, haya segelas air yang dibawa Dawan, namun aku menikmati setiap tetesnya yang menjalar keseluruh organ tubuhku. Jika bertanya apa yang akan kulakukan hari ini. Tentu, aku akan beristirahat menggemukkan badan. Berbaring rasanya nikmat, aku membaringkan diriku diatas kasur empuk tua yang disediakan untukku. Setelah membaca seluruh bab, aku harus memaksa seluruh tubuhku untuk tidur dan mendengar pesan dari Immanuel, sudah sangat jelas kalau Immanuel Witjk adalah Immanuel Landers. Dawan kembali kekamarku untuk mengambil mangkuk yang tidak menyisakan bubur lagi. Dia menatapku yang tertidur sembari menghembuskan sedikit nafasn
Terhitung, hanya ada tiga bab lagi yang belum terselesaikanku. Dengan keadaan mental yang seperti ini, aku hanya bisa menunggu hingga pikiranku benar-benar pulih. Sepanjang hari aku hanya membaca ulang isi dari Gresognian, aku mencoba mencari tahu dan mengkaitkan satu per satu mimpi yang ada. Namun, rasanya masih banyak sekali informasi yang belum aku dapatkan. Kalau itu langit sore terpancar jelas di sepetak jendela kamar, dengan jerjak yang memiliki pola indah. Terdengar samar-samar suara mobil berhenti didepan rumah, sudah pasti mereka berhenti dirumah Paman Jhonny sebab tidak ada satupun rumah didaerah sini kecuali rumah keluarga Marsum, suara itu sepertinya bukan hanya suara yang keluar dari satu mobil. Brak Brak. Suara hentakan kaki Liliana yang berlari menuju kekamarku, dia menatap tajam kearahku dan tampak sedikit bingung. Dia juga terlihat ingin menjelaskan sesuatu kepadaku, namun keinginannya itu tertahan entah oleh a
Apa aku akan berfikir yang membakar rumah kami adalah orang yang sama, orang yang telah membakar rumah kami terdahulu sebelum kami tinggal di Lostcity. Tentu jawabannya, kemungkinan. Didalam mobil menuju rumah Dawan aku banyak berfikiran aneh tentang Jason dan Rytme, wujud mereka terbayang kembali dikepalaku. Bagaimana bisa aku tenang, sedangkan mereka sangat persis dengan bayangan yang aku lihat didalam mimpiku sembilan tahun yang lalu. Kecurigaanku semakin menjadi sebab mereka adalah Dorrothy. Satu sisi, aku juga harus mencari banyak bukti-bukti yang akan menguak fakta terbakarnya rumahku, orang yang berbadan besar seperti mereka, tentunya sangat banyak. Kami menuju kerumah Dawan ditemani langit malam. Ferdinand hanya fokus mengikuti arahan Dawan. Dawan memiliki rumah minimalis, rumahnya bisa dibilang tidak bertingkat dan hanya memiliki dua kamar. Sangat jelas terlihatku, sebab kami telah berada dirumahnya sekarang. Da
Gresmory adalah sebuah kota besar pada zamannya, sebuah pusat peradaban. Melebihi kota-kota lainnya, mereka perantauan yang tidak tahu menahu nama kota itu, mulai mengatakan Gresmorie, mereka belajar huruf Gresogn dan dialeknya semata-mata agar mampu berkompetisi di kota itu. Mereka menyebutnya Gresmorie kemanapun mereka berada. Siapapun orangnya, dimanapun dia. Jika dia membawa kata Gresmorie maka orang-orang akan menganggapnya berilmu dan telah sukses. Dulunya kota itu tidak memiliki nama, perantauan lah yang menyebutnya Gresmorie dan menyebar luaskannya. Mereka mengambil kata Gresmorie dari bahasa Gresogn. Gresmorie berarti keabadian. Karena mereka menganggap bahwa kota itu tidak akan pernah mati dalam keilmuan dan perkembangan. Hingga pada akhirnya kota tersebut di beri nama Gresmory. Si kembar salah memaknai kata Gresmorie, abadi menurutnya adalah sesuatu yang eksistensinya akan terus ada di zaman, dia memberikanku ide evolusi manusia. Dia m
Tidak selamanya sesuatu yang dapat kau lihat adalah hal yang mengagumkan, bahkan Immanuel saja menyembunyikan penjelasan Gresognian melalui buku dan mengkhususkannya untuk anak keturunan Landers. Meski terlihat bertele-tele, namun sebenarnya, Immanuel pula menginginkan kalau aku harus mencari tahu dari sumber lainnya, dan dia tidak menjamin bahwa isi buku yang dia tulis adalah kebenaran mutlak. Burung bersiul dilangit sore, ditemani suara mobil yang mulai berhenti didepan rumah secara perlahan. Paman Jhonny keluar dari mobil itu dan berjalan memasuki rumah Dawan sembari melirik kearah mobil Erina yang terparkir rapi disebelahnya, “ Kita sudah bisa kembali ke Tarling” pesannya kepada kami. Dia berjalan sembari meletakkan ponselku diatas meja, “Syukurlah ponselku tidak kenapa-kenapa” ujarku, Hari itu juga kami berangkat menuju Tarling dengan Chevrolet Cruze milik Paman Jhonny. Sebelum kami berangkat, Erina sempat mengusulk
Elenorie adalah salah satu marga dari segelintir marga yang ada di kota Gresmory di masa lalu, setelah kejadian ledakan itu, mereka hanya beberapa kali terlihat dan kemudian hilang berabad-abad hingga muncul saat ini. Yang jelas, mereka berpihak pada Who dengan alasan yang tak bisa dipahami. Ombak ganas beberapa kali menghantam kapal mereka, keadaan diatas semakin tidak stabil. Namun Reinhard terlihat santai mendengar penjelasan dari Hernandez. Hernandez menceritakan bahwasanya dia tidak pernah tahu menahu tentang kejadian-kejadian yang terjadi didaratan karena selama ini mereka hampir tak pernah berada ditanah Gresmory. Selama berabad-abad menghilang mereka hanya terus-terusan mencari daratan baru dan melakukan ekspedisi ke negara-negara lain untuk melakukan sejumlah bisnis kapal, hal itu dapat mereka lakukan karena William atau suami Clara, yang memberikan izin kepada mereka dengan mengatasna
Swooosh Ia melangkahkan kakinya mendekati reruntuhan itu, sembari melindungi pandangannya dengan lengan kanannya, angin kala itu cukup kuat hingga mulai menerbangkan dahan – dahan besar pepohonan bahkan beberapa puing reruntuhan. Dengan kekuatan lengannya, Paman Jhonny mencoba mengangkat beberapa puing hingga ia menemukan seorang pria yang tertindih reruntuhan bangunan. Dia menarik seseorang itu dan membawanya ke mobil, Bruakk Suara tubuh yang jatuh di bangku depan mobil, “ Dia masih berdetak, tapi sangat lemah” ucap Dawan sembari mengecek detak jantungnya. Tak lama kemudian, sesosok makhluk mengetuk kaca mobil. Makhluk itu adalah salah seorang Tarmus. Ia hanya penasaran dengan mobil yang masih bisa terparkir rapi disana sehingga ia mencoba memastikan keberadaan orang didalamnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan Paman Jhonny dan anak-anaknya. Mereka
Semua hanyalah kehampaan sejauh mataku memandang, tidak ada solusi, tidak ada keyakinan, tidak ada keberanian, semua hanyalah bayang-bayang yang menyelimuti dan pula aku benar-benar dalam kebingungan saat ini. Aku bangkit dari kursi dan menatap keluar jendela rumah, langit hitam kemerahan menyelimuti atap Lostcity dan beberapa kota disekitarnya termasuk Tarling dan Brimhall. Bahkan aku bisa mendengar suara angin yang memaksa dirinya untuk masuk kedalam rumah yang aku injak sekarang ini melalui jendela yang aku menatap jauh keluarnya. Kraack Perlahan kaca-kaca jendela mulai retak secara pasti dan menyebar, Ctasss Hingga para angin akhirnya pun berhasil masuk kedalam rumah, untungnya aku cepat menghindari serpihan kaca yang pecah, sehingga aku masih dalam keadaan tak tergores sedikitpun. Gusar masih mengelilingi wajahku, tak ada sedikitpun
Setidaknya begitulah imajinasiku saat berada dihadapan Laire kali ini, tapi siapa aku, berani-berani berfikiran hal aneh seperti itu. Laire hanya menatapku kemudian memanggilku,“ Selamat datang kembali anakku!” sapanya kepadaku.Dia menatap sedikit kearahku, lalu dia mengucapkan beberapa kalimat kekami semua, kalimat yang menandakan bahwasanya perang akan dimulai.“ Berhati-hatilah dengan badai darah. Atmosphere kali ini jauh lebih brutal dari yang aku dengar. Bukankah begitu Landers?” beritahu Laire kepada semuanya dan mencari fakta penguatnya dari ku. Aku mengangguk dan seluruh kepala keluarga keluar dari ruangan tersebut. Mereka mengepalai keluarga masing-masing dan mengambil posisi. Ada satu hal yang membuatku takjub, mereka yang tak memiliki evolusi penuh akan memakai topeng untuk menyamarkan identitasnya.Laire menyaksikan para tetua keluarga yang sedang bersiap dan mulai menuju pusat kota, begitupun keluarga G
Maaf untuk semua, karena sudah sangat lama tidak update. Saya benar-benar minta maaf untuk para pembaca sekali lagi. Tapi, sebisa mungkin saya akan update cerita ini secepatnya. Dan juga saya telah merevisi cerita ini dari awal. karena saya rasa sangat banyak penulisan dannkarakter huruf yang bersalahan termasuk tanda bacanya. Jadi saya sangat berharap untuk kritik dan sarannya dikemudian hari. sekali lagi saya hanturkan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya untuk para pembaca cerita saya ini. Jujur saya sangat senang dengan reaksi dan respon para pembaca. Demikianlah kata-kata yang dapat saya sampaikan. Terima kasih banyak semua nya. Tetap semangat untuk kita semua. **
Tidak ada yang mencurigakan bagi Aeri, Rakisha, Arin bahkan Lidya dan ibu setelah beberapa menit aku dan Bashra meninggalkan rumah, mereka terlihat tampak asyik dengan selimut tebal yang menemani mereka di hari yang berangin dingin ini. Perlahan, Arin mulai merasakan keberadaanku yang semakin surut melalui indra penciumannya yang lumayan tajam, dia juga merasakan keberadaan Bashra yang ikut surut secara bersamaan. Sebagai seorang wanita plegmatis, Arin tidak ingin menimbulkan rasa cemas kepada ibuku dan mencoba memberitahukan hal itu kepada Rakhisa, dengan alasan bahwa dia ingin melihat keluar sebentar bersama Rakhisa. Aeri juga merasakan hal yang sama dan ikut menyusul mereka. Hari ini adalah puncak dari bencana, setidaknya begitulah menurutku. Setelah Arin dan kedua temannya berbincang. Rakhisa mencoba mencari kami dengan penglihatan yang sangat tajam miliknya untuk memantau dan mencariku dengan Bashra. Kali ini barulah timbul kecurigaan pada hati mereka.
Xanna adalah seorang pria dimasa lalu, sebelumnya aku mengira Xanna adalah seorang wanita karena dari namanya dia terlihat seperti sosok wanita. Namun, setelah Rakhisa menjelaskan tentang garis keturunan Landers barulah aku sadar bahwa Xanna adalah pria dan dia adalah kakek buyutku. Tidak ada pilihan bagi mereka selain mrmpercayai ucapanku, meski kabar kematianku telah menyebar. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku berhasil melarikan diri dari cengkraman Clara dan bersembunyi selama seminggu tetakhir ini. Mendengar penjelasanku yang mendetail mereka semakin yakin. Tuan Adian Derborra mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang, “ Laire, berhati-hatilah disana dan jangan gegabah. Seseorang mendatangi markas kami dan mengaku sebagai Landers, dia menjelaskan bahwa badai itu bukan badai biasa!” begitu ucap Adian. Dia bahkan tidak berbasa-basi dalam panggilannya, kemudian dia hanya menjawab seluruh pertanyaan dari wanita yang dia telpon.
Awan mulai tergiring angin menuju Lostcity, seakan-akan mereka sedang mengadai pertemuan besar disana. Langit sore yang memerah kini mulai berdampingan dengan gelapnya awan. Aku masih tidak tahu apa yang akan terjadi di Lostcity, namun setelah melihat jauh kearah awan gelap yang menuju ke Lostcity, aku bisa memprediksi bahwa badai yang akan terjadi sangatlah besar. Pastinya kota-kota disekitarnya juga akan terkena dampak badai tersebut, meskipun tidak akan menimbulkan kerusakan yang terlalu besar dari titik badai. Hati menjadi kalut dan dibayangi akan orang-orang yang ku kenal disana. Aku jadi teringat dengan Meelan, Kyo, Rinski dan lainnya, tapi jika itu Liliana dan para Gresmonian, aku tidak terlalu mengkhawatirkan mereka sebab mereka bahkan bisa selamat dari tembakan peluru. Dari tadi aku merasakan seperti ada sesosok yang mengikuti aku dan Bashra, beberapa kali aku melirik kearah sekeliling, akan tetapi aku tidak menemukan siapapun disana, bahkan suara kak
Aku yakin sekali bahwa itu bukan hanya sekedar badai biasa, angin merah yang bertiup kencang dan menusuk setiap senti permukaan kulitku, tak bisa aku lupakan. “ Aku tidak yakin tapi gumpalan awan yang terlihat dimimpiku seperti perpaduan antara darah dengan langit malam. Dia hitam kemerah-merahan, angin itu juga membawa air yang dengan kecepatannya mampu menghasilkan rasa sakit ketika terkena kulit. Aku melihat disebuah banner yang terbang, dia tertulis sebuah alamat dan lokasinya di Lostcity.” Aku tersadar berkat sebuah banner, aku tersadar bahwa dimasa lalu banner tidak terlihat semodern didalam mimpiku, entahpun tidak ada. “ Aku sangat khawatir tentangmu, tapi setelah melihatmu datang hari ini, khawatirku telah hilang.” Jelas Lidya, dia sedikit menundukkan wajahnya. Apa yang dia jelaskan telah membuktikan bahwa dia memiliki mimpi yang sama denganku, dan itu menjadikanku yakin bahwa mimpiku bukanlah dari masa lalu, melainkan pertanda bencana