Tubuh Burisrawa yang kembali hidup itu melompat dan menerjang punggung Wiro Sabrang yang sedang berpelukan dengan ayahanda Kertajaya. Itulah yang mengejutkan begawan Sentanu serta putra pangeran Singojati. Tapi Wiro Sabrang hanya miringkan tubuh saja ketika serangan itu meluncur dengan sangat cepat menembus tubuhnya.
"Wiro Sabrang !!" "Wuuuuuzzzz" Wiro Sabrang tetap tenang karena yang menembus tubuhnya bukanlah Burisrawa yang masih hidup melainkan arwahnya yang masih gentayangan di dalam istana Singosari. Arwah seorang pendekar yang belum disempurnakan oleh kekuatan dari dewa Brahma. Suasana istana Singosari kembali normal setelah para pengawal serta prajurit yang terluka telah disembuhkan oleh Surogeni dan Wiro Sabrang. "Kalian tidak akan kubunuh asalkan kalian berjanji mau bergabung menjadi tamtama kerajaan Singosari" "Terima kasih Gusti, kami berhanji akan setia menjadi prajurit Singosari,Wiro Sabrang telah berada di daerah pegunungan Barat tempat para penguasa bumi sedang pesta kemenangan dan kekuatan yang digunakan untuk tirany dan penindasan kaum lemah. Wilayah Priyangan yang terkenal banyak perawan cantik dan warganya yang pandai bela diri menggunakan ilmu hitam. Surogeni tidak bisa berpisah dari sahabatnya Wiro Sabrang karena sama- sama dari benua terbesar yang punya riwayat buruk. "Kenapa kamu tinggalkan Singosari Wiro? Bukankah kamu masih ada darah keturunan dari Kertajaya.?" "Aku mulai bosan pada tingkah keluarga itu. Tampaknya ada perseteruan antara ayah dan anak. Bahkan penasehat raja begawan Sentanu juga masih memburu harta dan kekuasaan." "Manusia itu tidak luput dari sifat Angkara dan adigang adigung." "Kurasa memang begitu Surogeni. Ada waktunya aku kembali ke Singosari setelah aku menyelesaikan tugas di dataran tinggi Sunda." Dua pendekar langit itu melesat bagai angin badai y
Raja Diraja Daksaka adalah seorang raja di tanah pasundan yang sangat sakti dan berkuasa terhadap rakyat di pegunungan Barat. Seluruh rakyatnya tunduk dengan apa yang dikatakan raja termasuk undang- undang semua rakyat harus menyetor anak gadisnya kepada raja untuk dijadikan selir. Jika rakyat menolak akan dipidana mati. Dan semua pemuda harus suka rela menjadi prajurit untuk berbakti kepada raja. Karena itulah gadis- gadis di tanah Pasundan ketakutan tinggal dikampung sendiri baik yang sudah umur maupun yang masih belia wajib kawin dengan raja Daksaka yang usianya sudah setengah abad lebih. Saat itu ada dua orang warga yang telah menikahkan putrinya dengan warga diluar tanah Pasundan, maka mereka dilaporkan dan dibawa prajurit menghadap raja. "Betul kalian telah mantu dan keluar dari desa ini?" "Betul Gusti, kan putri kami semua merantau, sehingga harus menikah dengan orang luar." "Bagus! Tapi masih punya anak yang tingga
Pertempuran yang amat dahsyat itu tidak terhalangi oleh para prajurit dan pengawal dari Daksaka, karena berada diatas langit yang makin lama makin gelap. Kemudian ledakan dahsyat itu kembali terdengar saat ular naga raksasa berwarna hijau itu jatuh ke tanah seperti tanah longsor saja. "Bruuukkkggg!!" Dua ekor naga raksasa itu mati dan kemudian lenyap menjelma gulungan asap hitam yang membubung tinggi dan lenyap di angkasa. Wiro Sabrang dan Surogeni kembali berdiri di alun- alun yang dikelilingi para pengawal setia Daksaka. "Ini orang asing itu" "Tangkaaap!!" "Hiiiiaaaaatttt!!" Wiro Sabrang dan Surogeni tidak berpindah dari tempatnya berpijak. Mereka pasang badan ketika dikeroyok dan tubuhnya yang kebal ditebas pedang atau tombak oleh para pengawal yang penasaran. Para pengawal Daksoko tidak terima rajanya telah gugur menjadi bangkai ular. Mereka dengan sekuat tenaga menyerang
Begawan Sentanu sudah mengirim berita duka kepada Wiro Sabrang perihal kegaduhan di Singosari terkait hilangnya pusaka Nogososro dan kepergian pangeran Singoyudo dari Singosari lewat telepati. Wiro Sabrang sudah paham apa yang terkandung dalam berita itu karena ia tahu pasti jika pusaka itu kalau tidak dirawat oleh pemiliknya dengan cara dimandikan dan dibacakan mantra, tentu akan mudah terlepas. Bisa jadi mungkin pusaka itu merasa lapar seperti makhluk hidup yang butuh diberi makan dan minum. Begawan Sentanu juga memberitahu tentang mimpi Gusti Kertajaya yang bermakna firasat akan ada musibah dalam istana Singosari menurut dugaannya. Ternyata semua terbukti setelah kepergian Singoyudo dan hilangnya keris pusaka Nogososro. "Kakang Surogeni, ada baiknya kakang pergi ke Singosari sekarang, Gusti Kertajaya pasti butuh kehadiranmu." kata Wiro Sabrang. "Bukankah engkau yang masih darah keturunan Kertajaya, kalau aku gak ada hubungan apapun."
"Keluarkan saja dari panggung Raden, dia seperti ingin bermusuhan dengan orang Salaka Negara." bisik begawan Salokantara."Tidak paman, orang ini sebenarnya orang baik." kata Wiro sambil membiarkan petarung itu kembali bangkit sambil melompat ke atas panggung lagi. "Ayo..jangan licik, tunjukkan wajahmu kalau engkau ingin bertanding dengan aku." Jaka Bandung kembali melompat ke atas panggung sambil menghunus pedang. Kali ini ia sudah siap menghadapi petarung yang songong itu. Jaka mulai pasang kuda- kuda dan mengawasi gerak kaki petarung itu. Sepertinya petarung itu mau membuat gerak tipu dengan memukul kearah kepala tetapi kakinya menjegal langkah Jaka Bandung. "Hiaaaaaatttt!!" "Bukk Bukk!!" Benar juga Jaka tertipu hingga ia terjungkal jatuh Tapi petarung itu langsung memburu Jaka dengan sabetan pedang kekiri dan kekanan hingga Jaka berguling dan jatuh keluar arena. Saat itu petarung songong langsung me
Prajurit itu memaksa pemilik warung melayani makanan dan minuman mereka dengan kasar dan terlihat arogan. Sedang pemuda yang sedang teler karena mabok masih duduk slonjor diatas kursi panjang. "Brakk!!" "Kurang ajar!!" Ketika prajurit itu memukul pemuda mabok dengan tongkat kayu, pemuda itu membalas dengan tendangan yang sangat cepat hingga prajurit roboh. Pemuda mabok itu seperti tidak terjadi apa-apa kembali meletakkan kepala di meja sambil mendengkur tidur. Tentu saja itu membuat para prajurit kesal dan kembali mengangkat kursi untuk menggulingkan pemabok. "Hiaaahh!!" "Bukk!! Bukk !! Auww!!" Tiga orang prajurit sangat marah ketika mereka kena pukul si pemabok hingga roboh dan kesakitan. Si pemilik warung serba salah mau melayani pembeli yang mana. Prajurit yang bertubuh paling besar dengan kumis panjang sangat marah kepada pemilik warung. "Cepat layani kamii!!" Wiro
Di sebuah desa yang sejuk dan indah pemandangannya Wiro menghentikan langkah karena mengikuti jejak Zui Shen yang ditemuinya di warung. Zui Shen atau Dewa Mabok itu sebutan pemuda yang waktu itu sedang mabok di kedai dan menjadi pahlawan membela kebenaran. Wiro Sabrang penasaran kenapa ia disebut Zui Shen oleh penduduk setempat. Apakah memang ia seorang pendekar yang sangat sakti karena sering mabok atau hanya olok- olok orang untuk melucu. Di saat Wiro duduk diatas sebongkah batu besar ditepi jurang yang dibawahnya ada desa,mendengar sayup- sayup suara keributan. Seperti seseorang yang menangis dan yang lain membentak- bentak. Wiro Sabrang penasaran melompat menuju sumber suara jeritan itu. Sesampai di lokasi dimana terlihat sebuah rumah berpagar kayu setinggi 3 meter yang dijajar rapi, suara jeritan dan pertengkaran itu makin jelas. "Jiu Tong! Papahmu punya utang banyak harus bayar sekarang!" Wiro mengintip dari celah kayu pagar itu melihat di dalam
Wiro Sabrang menginap dirumah Jiu Tong anak dari papah Zui Shen suhu perguruan bela diri Elang Putih. Wiro diperkenalkan dengan tiga putri dari Zui Shen yang membantu membuat miras dan menyuling ke bak besar yang kemudian dipindah ke dalam botol untuk dijual Jiu Tong. Tapi setiap Minggu rumah itu dipenuhi murid- murid papah Zui Shen untuk belajar bela diri dan diharuskan minum ciu. Wiro senang sekali ia kut berlatih jurus- jurus kungfu ajaran Zui Shen yang harus lebih dulu minum miras. "Ha ha ha. mabok semua" Zui Shen sangat hormat kepada Wiro Sabrang yang bisa mengobati sakitnya. Dan Wiro ternyata juga seorang pendekar yang sangat sakti dan mahir bela diri. Wiro Sabrang sendiri hanya mampu bela diri gaya lama yaitu bukan jurus- jurus dari kungfu atau wuzu dari Mongolia. Tapi ia sangat kagum dengan gerakan dari Zui Shen yang lentur bagai tidak bertulang saja. Sedang Jiu Tong yang kemaren tidak melawan para tamunya karena melindungi adik- adik ceweknya.