"Keluarkan saja dari panggung Raden, dia seperti ingin bermusuhan dengan orang Salaka Negara." bisik begawan Salokantara.
"Tidak paman, orang ini sebenarnya orang baik." kata Wiro sambil membiarkan petarung itu kembali bangkit sambil melompat ke atas panggung lagi. "Ayo..jangan licik, tunjukkan wajahmu kalau engkau ingin bertanding dengan aku." Jaka Bandung kembali melompat ke atas panggung sambil menghunus pedang. Kali ini ia sudah siap menghadapi petarung yang songong itu. Jaka mulai pasang kuda- kuda dan mengawasi gerak kaki petarung itu. Sepertinya petarung itu mau membuat gerak tipu dengan memukul kearah kepala tetapi kakinya menjegal langkah Jaka Bandung. "Hiaaaaaatttt!!" "Bukk Bukk!!" Benar juga Jaka tertipu hingga ia terjungkal jatuh Tapi petarung itu langsung memburu Jaka dengan sabetan pedang kekiri dan kekanan hingga Jaka berguling dan jatuh keluar arena. Saat itu petarung songong langsung mePrajurit itu memaksa pemilik warung melayani makanan dan minuman mereka dengan kasar dan terlihat arogan. Sedang pemuda yang sedang teler karena mabok masih duduk slonjor diatas kursi panjang. "Brakk!!" "Kurang ajar!!" Ketika prajurit itu memukul pemuda mabok dengan tongkat kayu, pemuda itu membalas dengan tendangan yang sangat cepat hingga prajurit roboh. Pemuda mabok itu seperti tidak terjadi apa-apa kembali meletakkan kepala di meja sambil mendengkur tidur. Tentu saja itu membuat para prajurit kesal dan kembali mengangkat kursi untuk menggulingkan pemabok. "Hiaaahh!!" "Bukk!! Bukk !! Auww!!" Tiga orang prajurit sangat marah ketika mereka kena pukul si pemabok hingga roboh dan kesakitan. Si pemilik warung serba salah mau melayani pembeli yang mana. Prajurit yang bertubuh paling besar dengan kumis panjang sangat marah kepada pemilik warung. "Cepat layani kamii!!" Wiro
Di sebuah desa yang sejuk dan indah pemandangannya Wiro menghentikan langkah karena mengikuti jejak Zui Shen yang ditemuinya di warung. Zui Shen atau Dewa Mabok itu sebutan pemuda yang waktu itu sedang mabok di kedai dan menjadi pahlawan membela kebenaran. Wiro Sabrang penasaran kenapa ia disebut Zui Shen oleh penduduk setempat. Apakah memang ia seorang pendekar yang sangat sakti karena sering mabok atau hanya olok- olok orang untuk melucu. Di saat Wiro duduk diatas sebongkah batu besar ditepi jurang yang dibawahnya ada desa,mendengar sayup- sayup suara keributan. Seperti seseorang yang menangis dan yang lain membentak- bentak. Wiro Sabrang penasaran melompat menuju sumber suara jeritan itu. Sesampai di lokasi dimana terlihat sebuah rumah berpagar kayu setinggi 3 meter yang dijajar rapi, suara jeritan dan pertengkaran itu makin jelas. "Jiu Tong! Papahmu punya utang banyak harus bayar sekarang!" Wiro mengintip dari celah kayu pagar itu melihat di dalam
Wiro Sabrang menginap dirumah Jiu Tong anak dari papah Zui Shen suhu perguruan bela diri Elang Putih. Wiro diperkenalkan dengan tiga putri dari Zui Shen yang membantu membuat miras dan menyuling ke bak besar yang kemudian dipindah ke dalam botol untuk dijual Jiu Tong. Tapi setiap Minggu rumah itu dipenuhi murid- murid papah Zui Shen untuk belajar bela diri dan diharuskan minum ciu. Wiro senang sekali ia kut berlatih jurus- jurus kungfu ajaran Zui Shen yang harus lebih dulu minum miras. "Ha ha ha. mabok semua" Zui Shen sangat hormat kepada Wiro Sabrang yang bisa mengobati sakitnya. Dan Wiro ternyata juga seorang pendekar yang sangat sakti dan mahir bela diri. Wiro Sabrang sendiri hanya mampu bela diri gaya lama yaitu bukan jurus- jurus dari kungfu atau wuzu dari Mongolia. Tapi ia sangat kagum dengan gerakan dari Zui Shen yang lentur bagai tidak bertulang saja. Sedang Jiu Tong yang kemaren tidak melawan para tamunya karena melindungi adik- adik ceweknya.
Kerajaan Salaka Negara makin terkenal setelah dipegang oleh Wiro Sabrang yang suka nyamar menjadi rakyat kecil. Karena itulah Zui Shen sangat mendukung dengan menyumbangkan kemampuannya untuk membela kerajaan. Seluruh murid dari perguruan Elang Putih diterima jadi tamtama oleh Wiro Sabrang. Ternyata Zui Shen masih keturunan Mongolia yang suka didatangi keluarganya dan kawannya dari daratan Mongol. Desa Kowloon. Penghasil minuman arak terbesar saat itu. Wiro Sabrang sangat senang dengan kemajuan kerajaan Salaka Negara yang mulai memiliki banyak perguruan bela diri dan kumpulan pemuda sekte Bangau Putih. Sejak Wiro Sabrang sering blusukan sidak ke desa, tidak ada lagi rampok dan penjahar yang mengancam dan melakukan kejahatan di wilayah Salaka Negara. Namun tiba- tiba hari itu ia kedatangan tamu dari Singosari. Begawan Sentanu melarikan diri setelah Singosari diserang oleh kerajaan besar Mojopahit yang gabungan Mojosongo dan Mojolegi dari sungai Brantas
Singoyudo sudah sampai ke Singosari tempat ayahanda Kertajaya bertahta. Tapi Kini Singoyudo datang bukan untuk berbakti kepada orang tuanya melainkan untuk menyerang dan merebut kekuasaannya. Karena Singoyudo sekarang sudah memegang keris pusaka Nogososro yang memberinya kekuatan dan kesaktian yang luar biasa. Dendam roh ratu pedang Muninggar telah memotivasi Singoyudo menjadi pendekar sangat sakti yang haus kekuasaan. Bahkan ia bisa bergabung dengan pasukan laut dari Mongolia yang bersandar di pelabuhan Tanjung Perak. Dengan kekuatan yang bertambah besar, ia didukung kerajaan Mojosongo tempat dimana ia nikahi putri dari raja Ridekso untuk merebut kekuasaan Singosari. Kebo Marcuet dan Bagaspati yang dulu menghormati pangeran Singoyudo, kini ditantang perang oleh bocah ingusan itu. Untung masih ada Surogeni yang memperkuat Beteng Singosari jika ada musuh yang hendak menggoyahkan istana itu. Siapa yang melawan jika Singoyudo datang ke istana memimpin pasuka
Wiro Sabrang terjaga dari tidurnya ketika ia melihat ada seorang wanita prajurit berpakaian lengkap dengan dua tangan menggenggam pedang. Wanita itu sangat muda dan cantik seperti bidadari saja tanpa cacat. Seumur hidupnya baru kali ini Wiro Sabrang bergetar melihat kesempurnaan wanita. Tidak hanya cantik, wanita itu kelihatan ada garis bangsawan sehingga tutur kata dan sifatnya sangat anggun. Tapi Wiro tetap ingin pertahankan sikap dan bahasanya menghadapi wanita berkasta tinggi seperti dia."Namaku Jian Ling, Engkau Wiro Sabrang kan?"Wiro Sabrang masih ingat saat dalam mimpi, gadis itu memperkenalkan namanya, aneh dia tahu nama Wiro. Wiro jadi penasaran dan mengingat- ingat siapa ya..wanita itu?Bagaimana mungkin jika dalam pertarungan ini ada seorang gadis cantik datang ikut bertanding? Pengunjung yang kebanyakan laki- laki tentu saja bersorak senang memandang kehadirannya. Wiro Sabrang takut bila gadis itu akan terluka jika bermain denga
Sentanu sudah dimintai ijin oleh Wiro Sabrang untuk pergi meninggalkan istana sebentar mengantar Batari Durga bertemu dengan Muninggar. Hanya kepada Sentanu Wiro Sabrang berterus terang perihal skandal Muninggar atau keris pusaka Nogososro yang hanya mau ikut kepada Wiro Sabrang. Bukan malah dipegang oleh raja Singosari. Itulah sebabnya Singosari jadi kisruh dan tidak pernah damai. "Hamba mengerti yang Raden maksud.Selamat bertugas. Hati- hati Raden"*** Singosari telah runtuh. Kertajaya dan keluarga telah mengungsi atau disembunyikan oleh Singoyudo putranya. Sedang seluruh ponggawa istana telah diganti pasukan dari Mojosongo atau Mojopahit baru. Karena itu kedatangan Wiro Sabrang tidak dikenal dan harus bertarung dengan para pengawal kerajaan yang memang didoktrin untuk ketat menerima tamu tak diundang. Jika bukan Wiro Sabrang tidak mungkin bisa menerobos barisan tamtama yang berlapis itu. Tapi Wiro cukup melompat dan terbang diat
Zui Shen atau Dewa mabok itu julukannya karena ia tukang membuat arak untuk mengobati orang patah tulang atau sakit malaria. Tapi Zui Shen juga seorang suhu dalam perguruan bela diri Elang Putih yang sudah menelorkan banyak pendekar di tanah Pasundan. Zui Shen yang bekerja sama dengan pesantren untuk mendidik bela diri kepada para santri agar kuat iman dan kuat tubuh bila menghadapi kedzoliman. Karena itulah kerajaan Salaka Negara mskin maju sejak dijaga oleh pengawal yang sakti seperti keluarga Zui Shen dan Jiu Tong.Istana sedang didatangi pendekar dari Pantura Cirebon yang ingin menakhlukkan kerajaan Pasundan Salaka Negara. Kala itu Wiro Sabrang sedang pergi ke tanah Kulon atau Banten.Rangga Lawe yang sebagai maha Patih Salaka Negara tentu saja menjadi panik menghadapi banyaknya pasukan dari Sultan Cirebon yang punya prajurit gabungan dari para pelaut Malaka yang jumlahnya sangat banyak. "Bagaimana ini begawan Sentanu, paman yang sudah pernah me