Kerajaan Maespati cukup besar dan makmur karena seluruh rakyatnya bertani dan patuh kepada raja Burisrawa. Seorang pendekar yang sangat sakti dan kebal terhadap semua senjata tajam adalah Burisrawa. Ia juga memiliki perguruan bela diri yang besar dengan para pelatih yang mumpuni sekaligus merangkap menjadi pengawal raja. Maespati merupakan Kraton yang berpengaruh dan disegani raja lain diluar wilayah kaki gunung Lawu hingga pantai selatan. Burisrawa membawahi para pendekar sakti yang berilmu tinggi dan semua dukun untuk memperkuat Beteng kejayaan Maespati. Tak satupun kekuatan yang bisa masuk menggoyahkan Maespati, karena seluruh kekuatan iblis yang ada di gunung Lawu bergabung di dalamnya. Begawan Surajaya yang senantiasa duduk mendampingi Burisrawa memberitahu jika ada kekuatan dari gunung Timur yang mengancam Maespati. Kekuatan itu berasal dari sebuah kerajaan yang memiliki pusaka keris Nogososro dari Lemah Putih. "Gunung timur itu ada berapa kekuatan
"Hiiiiiaaaaatttt!!!" Renggopati yang mulai berkeringat mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyerang lawan yang juga sangat sakti membuat prajuritnya kocar- kacir dan banyak yang mati terbunuh lawan. Begitu pula penduduk desa yang awalnya sudah senang mendapat dukungan dari kerajaan Singosari, sekarang harus tunduk kepada rombongan begal dari Maespati. "Ayooo bunuh saja yang nekat melawan!!" teriak prajurit dari Maespati sambil mengobat- abitkan pedang kekiri dan kekanan. Penduduk sudah berlutut dan masuk ke dalam rumah. Sedang Renggopati tinggal sendirian pasang kuda-kuda sambil kerahkan ajian sakti miliknya. Sayang sekali pendekar dari Maespati lebih hebat dan jumlahnya banyak sehingga Renggopati akhirnya rubuh terbabat pedang pusaka pendekar andalan Maespati. Bukan cuma Renggopati yang gugur, akan tetapi seluruh bala tentara Singosari yang berjaga di desa itu terbunuh. Pasukan berkuda Maespati lanjut menuju kerajaan Singosari dengan lebih
Burisrawa yang mengawasi dari garis belakang itu merasa khawatir ketika melihat ada serangan badai api dan ajian Bumi saketi yang dikirim dari dalam istana. Hanya orang- orang kuat yang bernyawa serep yang mempunyai ilmu itu. Burisrawa turun lapangan untuk melihat siapa yang telah mengerahkan ajian yang menghancurkan kehidupan dedemit itu. Sejak Maespati disokong oleh raja demit dari lereng Lawu, menjadi kerajaan yang sangat kuat yang ditakuti seluruh Kraton di kaki Merapi. Lalu siapa yang mendukung Singosari hingga berani menantang Maespati. kata Burisrawa dalam hati. "Glegerrrrrkkk" "Bluaaaarrrr!!" Ledakan yang sangat dahsyat itu terasa telah mengguncang bumi yang dipijak Burisrawa. Sedang kilatan cahaya yang berkembang seperti bunga matahari di langit itu adalah ajian Bumi Ajurr milik seorang pendekar yang asing bagi Burisrawa. Wiro Sabrang melompat ke tengah alun- alun dikelilingi 10 pendekar andalan Maespati. "Hiiiaaatttt
Tubuh Burisrawa yang kembali hidup itu melompat dan menerjang punggung Wiro Sabrang yang sedang berpelukan dengan ayahanda Kertajaya. Itulah yang mengejutkan begawan Sentanu serta putra pangeran Singojati. Tapi Wiro Sabrang hanya miringkan tubuh saja ketika serangan itu meluncur dengan sangat cepat menembus tubuhnya. "Wiro Sabrang !!" "Wuuuuuzzzz" Wiro Sabrang tetap tenang karena yang menembus tubuhnya bukanlah Burisrawa yang masih hidup melainkan arwahnya yang masih gentayangan di dalam istana Singosari. Arwah seorang pendekar yang belum disempurnakan oleh kekuatan dari dewa Brahma. Suasana istana Singosari kembali normal setelah para pengawal serta prajurit yang terluka telah disembuhkan oleh Surogeni dan Wiro Sabrang. "Kalian tidak akan kubunuh asalkan kalian berjanji mau bergabung menjadi tamtama kerajaan Singosari" "Terima kasih Gusti, kami berhanji akan setia menjadi prajurit Singosari,
Wiro Sabrang telah berada di daerah pegunungan Barat tempat para penguasa bumi sedang pesta kemenangan dan kekuatan yang digunakan untuk tirany dan penindasan kaum lemah. Wilayah Priyangan yang terkenal banyak perawan cantik dan warganya yang pandai bela diri menggunakan ilmu hitam. Surogeni tidak bisa berpisah dari sahabatnya Wiro Sabrang karena sama- sama dari benua terbesar yang punya riwayat buruk. "Kenapa kamu tinggalkan Singosari Wiro? Bukankah kamu masih ada darah keturunan dari Kertajaya.?" "Aku mulai bosan pada tingkah keluarga itu. Tampaknya ada perseteruan antara ayah dan anak. Bahkan penasehat raja begawan Sentanu juga masih memburu harta dan kekuasaan." "Manusia itu tidak luput dari sifat Angkara dan adigang adigung." "Kurasa memang begitu Surogeni. Ada waktunya aku kembali ke Singosari setelah aku menyelesaikan tugas di dataran tinggi Sunda." Dua pendekar langit itu melesat bagai angin badai y
Raja Diraja Daksaka adalah seorang raja di tanah pasundan yang sangat sakti dan berkuasa terhadap rakyat di pegunungan Barat. Seluruh rakyatnya tunduk dengan apa yang dikatakan raja termasuk undang- undang semua rakyat harus menyetor anak gadisnya kepada raja untuk dijadikan selir. Jika rakyat menolak akan dipidana mati. Dan semua pemuda harus suka rela menjadi prajurit untuk berbakti kepada raja. Karena itulah gadis- gadis di tanah Pasundan ketakutan tinggal dikampung sendiri baik yang sudah umur maupun yang masih belia wajib kawin dengan raja Daksaka yang usianya sudah setengah abad lebih. Saat itu ada dua orang warga yang telah menikahkan putrinya dengan warga diluar tanah Pasundan, maka mereka dilaporkan dan dibawa prajurit menghadap raja. "Betul kalian telah mantu dan keluar dari desa ini?" "Betul Gusti, kan putri kami semua merantau, sehingga harus menikah dengan orang luar." "Bagus! Tapi masih punya anak yang tingga
Pertempuran yang amat dahsyat itu tidak terhalangi oleh para prajurit dan pengawal dari Daksaka, karena berada diatas langit yang makin lama makin gelap. Kemudian ledakan dahsyat itu kembali terdengar saat ular naga raksasa berwarna hijau itu jatuh ke tanah seperti tanah longsor saja. "Bruuukkkggg!!" Dua ekor naga raksasa itu mati dan kemudian lenyap menjelma gulungan asap hitam yang membubung tinggi dan lenyap di angkasa. Wiro Sabrang dan Surogeni kembali berdiri di alun- alun yang dikelilingi para pengawal setia Daksaka. "Ini orang asing itu" "Tangkaaap!!" "Hiiiiaaaaatttt!!" Wiro Sabrang dan Surogeni tidak berpindah dari tempatnya berpijak. Mereka pasang badan ketika dikeroyok dan tubuhnya yang kebal ditebas pedang atau tombak oleh para pengawal yang penasaran. Para pengawal Daksoko tidak terima rajanya telah gugur menjadi bangkai ular. Mereka dengan sekuat tenaga menyerang
Begawan Sentanu sudah mengirim berita duka kepada Wiro Sabrang perihal kegaduhan di Singosari terkait hilangnya pusaka Nogososro dan kepergian pangeran Singoyudo dari Singosari lewat telepati. Wiro Sabrang sudah paham apa yang terkandung dalam berita itu karena ia tahu pasti jika pusaka itu kalau tidak dirawat oleh pemiliknya dengan cara dimandikan dan dibacakan mantra, tentu akan mudah terlepas. Bisa jadi mungkin pusaka itu merasa lapar seperti makhluk hidup yang butuh diberi makan dan minum. Begawan Sentanu juga memberitahu tentang mimpi Gusti Kertajaya yang bermakna firasat akan ada musibah dalam istana Singosari menurut dugaannya. Ternyata semua terbukti setelah kepergian Singoyudo dan hilangnya keris pusaka Nogososro. "Kakang Surogeni, ada baiknya kakang pergi ke Singosari sekarang, Gusti Kertajaya pasti butuh kehadiranmu." kata Wiro Sabrang. "Bukankah engkau yang masih darah keturunan Kertajaya, kalau aku gak ada hubungan apapun."