Gusti Kertajaya sangat bahagia hari ini karena Raden Ayu Gayatri yang baru dinikahinya hamil muda. Gayatri adalah gadis putri dari Adipati Kencaka yang tinggal di daerah Madiun. Taman sari tempat para istri Gusti Kertajaya dan selir berkumpul sedang ngrumpi. Siapa lagi yang dibicarakan kalau bukan Senopati baru yang gagah perkasa Wiro Sabrang yang masih punya keturunan darah Narendra Gusti Kertajaya. Gayatri yang masih berumur 20 tahun itu sebenarnya ingin nikah dengan pangeran Singojati yang lebih muda dan tampan. Tetapi Kertajaya tidak mengijinkan karena Pangeran Singojati masih terlalu muda. Walau begitu Singojati sering menemui Raden ayu Gayatri di taman sari atas ijin wanita itu.
Sebenarnya Gayatri hamil karena sering berhubungan intim dengan pangeran Singojati secara sembunyi- sembunyi. Kertajaya sendiri hanya seminggu sekali datang bercinta dengan gadis cantik itu tetapi hanya sekejap karena harus bergantian memberi jatah kepada lima selir lain.Puluhan prajurit dari Mojosongo tertangkap oleh Bagaspati dan pengawal Surogeni tapi mereka mohon tidak dibunuh hingga dikabulkan dan hanya ditawan. Sedang Lowo Ijo dan Kilimantra yang siluman dedemit tentu tidak semudah itu menangkap mereka. Karena itulah Surogeni menggunakan ilmunya untuk menyedot kedua dedemit itu masuk ke dalam botol. "Ha ha ha.. kau pikir aku ini manusia sepertimu.Aku tidak bisa kau bunuh asal tahu saja" "Baiklah aku juga tudak ingin membunuhmu" "Hiiiiaaaahhhh" Dua dedemit itu kadang lenyap kadang muncul sambil menerkam Surogeni yang mampu menghilang juga. "Wuuuuusss!!" "Heeeeaaaahh." Surogeni kemudian mengangkat botol kaca itu keatas kepala sambil bacakan ajian Jolodemit. "Wuuuuuussstt" Dua dedemit itu seperti melayang diatas awan tetapi ujudnya menjadi kecil yang akhirnya tersedot masuk ke dalam botol yang dipegang oleh Surogen
Gusti Kertajaya sudah berkomunikasi dengan Muninggar melalui mimpi. Karena itulah beliau sangat berbahagia karena Wiro Sabrang telah mencarikan pusaka keagungan dan kewibawaan istana. Namun yang menjadi Gusti Kertajaya Risau adalah jika pusaka Nogososro miliknya memiliki banyak musuh yang akan memburu ke istana Singosari. "Impianku terasa seperti bukan mimpi Bopo Sentanu." " Bagaimana maksud Gusti?" "Putri Muninggar menyimpan dendam kepada orang yang pernah menyakitinya sampai mati. Aku seperti diminta untuk mencarinya." kata Kertajaya. "Gusti Kertajaya bersabar dan tenang dulu, Mungkin maksud Muninggar adalah banyaknya orang-orang yang berburu pusaka Nogososro hingga akan mencari dimanapun berada."kata Sentanu. Tapi tetap saja Kertajaya sangat besar hati karena sudah memiliki pusaka andalan Kraton Singosari. Terlebih pusaka yang dibawa Wiro Sabrang bisa jinak mau ikut bersama Kertajaya. Pusaka
Kejayaan Singosari makin terlihat semenjak Gusti Kertajaya memiliki pusaka Keris Nogososro. Tetapi berita itu telah mengundang banyak lawan yang ingin memperoleh pusaka itu dengan mendatangi istana Singosari untuk bertarung. Seperti Adipati Blambangan Minakjinggo dan Adipati Maespati yang merasa sangat kuat harus bisa merebut keris Nogososro menjadi miliknya. Ridegso dan Guntur Geni, Adipati Maespati sudah datang di depan Beteng Singosari. "Hmm" Kertajaya menarik nafas dalam ketika mendapat berita tersebut. Ada Begawan Sentanu dan tentu Wiro Sabrang walau masih muda tapi bisa berwawasan dewasa. Tidak mudah memecahkan masalah peperangan yang harus dihadapi atau tidak. "Bagaimana Wiro Sabrang, engkau yang lebih tahu masalah strategi peperangan." "Terserah paman Sentanu saja yang bisa meramal apa yang akan terjadi." jawab Wiro Sabrang. Mereka tentu sependapat bila Singosari harus menjaga kedaulatan negara, tetapi juga pertimbangkan kekuatan
Kebo Marcuet tumbang saat disodok kaki pengawal dari Mojosongo. Dalam kondisi demikian Jakasaba langsung menerjang dada pengawal Singosari itu sambil mengayunkan pusaka keris Nogosari ke dada Kebo Marcuet. "Heeeeaaaaahhhh!!" "Heit! Heit!!"Tetapi Surogeni yang melihat dari jarak jauh sudah ada kecurangan dalam pertarungan bergegas melompat menahan serangan Jakasaba. Tentu saja pangeran dari Mojosongo itu terkejut saat tangannya bersentuhan dengan tubuh Surogeni yang menyala seperti bara lava yang dimuntahkan dari gunung berapi. "Kurang ajar!" "Yang kurang ajar tuh kamu. Tahu kalau lawan sedang jatuh dicurangi, kamu malah menerkam dengan keris." kata Surogeni. Pangeran Jakasaba menyipitkan mata memandang wajah Surogeni yang rusak seperti mayat hidup itu dan tubuh yang menyala bagai bara api. Sepertinya ia belum pernah melihat manusia seperti Surogeni. Karena itulah Jakasaba kembali mengerahkan tena
Pasukan Maespati sudah merangsek ke wilayah timur sehingga penduduk desa sekitar gunung Bromo resah. Ada lima orang pendekar dari Maespati masuk desa wilayah Singosari untuk menarik pajak bumi dan memaksa penduduk untuk memberi harta bendanya. Tentu saja itu sangat meresahkan warga dan melapirkannya kepada penguasa kerajaan Singosari. "Siapa kalian?" tanya penjaga gerbang kepada penduduk gunung Bromo yang datang. "Kami warga dikaki gunung Bromo, mau melaporkan jika di daerah kami ada prajurit Maespati yang memaksa penduduk untuk membayar pajak" "Hmm..ya sudah ayo aku antar masuk ke istana." kata Bawor sambil mengantar kedua warga desa itu menghadap raja. Kedua warga Bromo itu sudah duduk bersila dan menyembah kepada sinuhun Kertajaya. "Katakan apa yang kamu ketahui tentang tentara asing itu." "Ampuun Gusti, hamba ingin melapor kalau akhir- akhir ini desa kami dimasuki tentara dar
Suasana di desa Karang Asem di kaki gunung Bromo masih belum kondusif karena desa yang merupakan perbatasan wilayah Gunung Barat dengan Kali Brantas memang sering dijadikan pangkalan para perampok dan orang- orang utusan dari Maespati atau Mojolegi yang bersebelahan dengan Mojosongo. Renggopati yang piket menunggu pos jaga di bale desa Karang Asem didukung lima orang prajurit dan beberapa pemuda desa ternyata masih kecolongan juga oleh begal yang datang di saat warga beranjak tidur. "Rampok!! Rampokk!!" Teriak warga di pinggir desa berbatas bukit kapur. Renggopati yang sudah siaga di pos bale desa terbangun dan bergegas menuju arah sumber suara. "Di kaki bukit kapur Gusti" kata seorang warga. Renggopati dan prajurit langsung memacu kudanya menuju sumber suara. Ternyata disana sudah mulai serangan yang berupa pembakaran rumah warga dengan cara melempar bambu yang diisi minyak jarak dan dibungkus gombal yang dibakar lalu dilempar keatas atap rumah penduduk. "Tolooong!! Tolooong!!"
Kerajaan Maespati cukup besar dan makmur karena seluruh rakyatnya bertani dan patuh kepada raja Burisrawa. Seorang pendekar yang sangat sakti dan kebal terhadap semua senjata tajam adalah Burisrawa. Ia juga memiliki perguruan bela diri yang besar dengan para pelatih yang mumpuni sekaligus merangkap menjadi pengawal raja. Maespati merupakan Kraton yang berpengaruh dan disegani raja lain diluar wilayah kaki gunung Lawu hingga pantai selatan. Burisrawa membawahi para pendekar sakti yang berilmu tinggi dan semua dukun untuk memperkuat Beteng kejayaan Maespati. Tak satupun kekuatan yang bisa masuk menggoyahkan Maespati, karena seluruh kekuatan iblis yang ada di gunung Lawu bergabung di dalamnya. Begawan Surajaya yang senantiasa duduk mendampingi Burisrawa memberitahu jika ada kekuatan dari gunung Timur yang mengancam Maespati. Kekuatan itu berasal dari sebuah kerajaan yang memiliki pusaka keris Nogososro dari Lemah Putih. "Gunung timur itu ada berapa kekuatan
"Hiiiiiaaaaatttt!!!" Renggopati yang mulai berkeringat mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyerang lawan yang juga sangat sakti membuat prajuritnya kocar- kacir dan banyak yang mati terbunuh lawan. Begitu pula penduduk desa yang awalnya sudah senang mendapat dukungan dari kerajaan Singosari, sekarang harus tunduk kepada rombongan begal dari Maespati. "Ayooo bunuh saja yang nekat melawan!!" teriak prajurit dari Maespati sambil mengobat- abitkan pedang kekiri dan kekanan. Penduduk sudah berlutut dan masuk ke dalam rumah. Sedang Renggopati tinggal sendirian pasang kuda-kuda sambil kerahkan ajian sakti miliknya. Sayang sekali pendekar dari Maespati lebih hebat dan jumlahnya banyak sehingga Renggopati akhirnya rubuh terbabat pedang pusaka pendekar andalan Maespati. Bukan cuma Renggopati yang gugur, akan tetapi seluruh bala tentara Singosari yang berjaga di desa itu terbunuh. Pasukan berkuda Maespati lanjut menuju kerajaan Singosari dengan lebih