"Wiro Sabrang?" kata Maesa Danu sambil membulatkan mata terkejut mendengar jawaban Wiro Sabrang. Ada makna yang terkait dengan nama Wiro Sabrang dalam darah keluarga. 1000 tahun silam Wiro Sabrang adalah putra dari Suro Sabrang paman dari Maesa Danu yang kala itu diburu kelompok sekte Merah.
"Kita bersaudara Wiro. Kalau begitu ijinkan aku bergabung denganmu."kata Maesa Danu sambil memeluk Wiro. "Baiklah kalau engkau ingin bergabung denganku. Kebetulan kerajaan Singosari butuh pengawal baru dan banyak tamtama." "Senang sekali mendengar katamu." "Bukankah engkau berasal dari Tibet Maesa?" "Iya. Orang tua kita berasal dari Tibet, tapi engkau yang lebih lama tinggal di tanah ini" Wiro mengingat- ingat masa silam ketika ia masih bersama orang tua dan rombongan sekte putih. Bisa jadi Maeda Danu masih keturunan dari kakeknya terlihat dari gerakan silatnya yang banyak berasal dari keluarga Sekte PIstana Lemah Putih adalah peninggalan raja Maeso Seto 500 tahun yang lalu yang telah mati dibunuh oleh istrinya sendiri yaitu Putri pedang masyur Muninggar. Muninggar adalah pendekar wanita yang Masyur dengan julukan Putri Pedang karena ia sangat mahir mamainkan jurus pedang sehingga tidak terkalahkan. Namun nasibnya tidak sehebat namanya. Muninggar yang sangat mencintai suaminya yang bernama Maeso Seto yang dikenal sebagai Dewa Mabok dalam dunia persilatan karena setiap jurus silatnya diiringi dengan minum tuak dan mabok yang membuat tubuhnya makin kuat dan sakti. Maeso Seto yang tampan itu adalah putra raja di gunung Timur yang suka berkelana ke seluruh jagad untuk mencari ilmu bela diri. Setelah bertemu dengan Muninggar yang awalnya adalah putri raja Mongolia Kaisar Xien yang menyerbu istana Lemah Putih. Tetapi Muninggar yang ratu Pedang itu jatuh cinta kepada Maeso Seto dan tak kuasa untuk membunuhnya. Akhirnya Maeso Seto malah menikahi Putri Pedang itu. Dalam pern
Istana Lemah Putih tampak sangat angker dilihat dari depan. Wiro Sabrang yang sudah berdiri diatas benteng setinggi 10 meter itu mengawasi pepohonan liar yang menyelimuti bagian atas istana Lemah Putih. Sedang Maeso Danu memperhatikan bagian depan istana yang seharusnya alun- alun yang luas itu tidak tampak selain sebuah hutan kecil yang liar dan menyeramkan "Kita lewat jalan dibawah ini Wiro." kata Maeso Danu menunjuk ke bawah dimana ada jalan berbatu menuju pintu gerbang yang terlindung oleh ranting pohon liar di kiri dan kanan nya. Wiro dan Maeso Danu melompat turun dari pagar tembok Beteng setinggi 10 meter itu. "Jlegg!!" "Ggggeerrrrrkkkkrrr!!" Tiba - tiba mereka mendengar suara binatang buas seperti harimau yang menggeram dari dalam pintu gerbang yang sangat gelap itu. Wiro Sabrang tidak takut bila yang keluar dari dalam istana cuma seekor harimau. Karena itu ia langsung melangkah santai menuju pintu gerbang yang terbuka
"Ya, aku Muninggar. Tuan- tuan ini siapa?" tanya pendekar wanita yang sangat cantik itu.Seumur hidup baru kali ini Wiro Sabrang bertemu dengan wanita yang berparas cantik dan berilmu tinggi. Entah apa yang terjadi pada dirinya hingga merasa gugup ketika memandang Muninggar yang terlihat masih muda dan menggairahkan. Mungkin karena Wiro Sabrang masih bujangan, atau karena daya tarik yang luar biasa dari wajah pendekar pedang itu. "Namaku Wiro Sabrang" "Aku Maeso Danu" Maeso Danu juga merasa panik karena baru pertama kali ini dikalahkan oleh seorang pendekar wanita. Walau baru dicolok pedang ikat kepalanya. Tapi itu pertanda ilmu pedang lawan lebih tinggi dari Maeso Danu. "Hmm, lantas apa tujuan tuan Wiro Sabrang dan tuan Maeso Danu masukbke dalam istanaku?" Wiro Sabrang makin gugup ketika mendengar pertanyaan dari Muninggar sambil tersenyum manis. Wiro seperti terbayang saat istana itu masih hidup ratusan
Wiro Sabrang menoleh kebelakang ketika mendengar panggilan dari Maeso Danu. Astaga, seekor ular naga sebesar pohon pisang berdiri tegak dengan kepala menghadap kebawah dimana Wiro Sabrang sedang menuruni tangga sumur tua. Maeso Danu dengan refleks langsung menyerang ular naga raksasa itu dengan pedangnya. Wiro Sabrang sudah terjun kedalam sumur yang cukup dalam dan gelap. Maeso Danu cukup terdesak ketika ular naga yang bermahkota itu mengibaskan ekornya menebas tubuh Maeso. "Weeeessss?!" "Weeeersss?!" Kibasan ekor naga raksasa itu cukup merepotkan Maeso Damu bergerak hingga ia terpaksa menahan dengan aji Pancasona. "Hiiiiaaaaahhh!?" "Weeeeeessss!!" Maeso Danu terdesak ketika tangannya tersambar ekor Petit ular naga itu hingga terluka memar. Ular naga siluman memang tidak seperti binatang biasa. Ia memiliki aura magis dan kekuatan mistik. Sebaliknya Maeso Danu juga bukan manusi
Gusti Kertajaya sangat bahagia hari ini karena Raden Ayu Gayatri yang baru dinikahinya hamil muda. Gayatri adalah gadis putri dari Adipati Kencaka yang tinggal di daerah Madiun. Taman sari tempat para istri Gusti Kertajaya dan selir berkumpul sedang ngrumpi. Siapa lagi yang dibicarakan kalau bukan Senopati baru yang gagah perkasa Wiro Sabrang yang masih punya keturunan darah Narendra Gusti Kertajaya. Gayatri yang masih berumur 20 tahun itu sebenarnya ingin nikah dengan pangeran Singojati yang lebih muda dan tampan. Tetapi Kertajaya tidak mengijinkan karena Pangeran Singojati masih terlalu muda. Walau begitu Singojati sering menemui Raden ayu Gayatri di taman sari atas ijin wanita itu. Sebenarnya Gayatri hamil karena sering berhubungan intim dengan pangeran Singojati secara sembunyi- sembunyi. Kertajaya sendiri hanya seminggu sekali datang bercinta dengan gadis cantik itu tetapi hanya sekejap karena harus bergantian memberi jatah kepada lima selir lain.
Puluhan prajurit dari Mojosongo tertangkap oleh Bagaspati dan pengawal Surogeni tapi mereka mohon tidak dibunuh hingga dikabulkan dan hanya ditawan. Sedang Lowo Ijo dan Kilimantra yang siluman dedemit tentu tidak semudah itu menangkap mereka. Karena itulah Surogeni menggunakan ilmunya untuk menyedot kedua dedemit itu masuk ke dalam botol. "Ha ha ha.. kau pikir aku ini manusia sepertimu.Aku tidak bisa kau bunuh asal tahu saja" "Baiklah aku juga tudak ingin membunuhmu" "Hiiiiaaaahhhh" Dua dedemit itu kadang lenyap kadang muncul sambil menerkam Surogeni yang mampu menghilang juga. "Wuuuuusss!!" "Heeeeaaaahh." Surogeni kemudian mengangkat botol kaca itu keatas kepala sambil bacakan ajian Jolodemit. "Wuuuuuussstt" Dua dedemit itu seperti melayang diatas awan tetapi ujudnya menjadi kecil yang akhirnya tersedot masuk ke dalam botol yang dipegang oleh Surogen
Gusti Kertajaya sudah berkomunikasi dengan Muninggar melalui mimpi. Karena itulah beliau sangat berbahagia karena Wiro Sabrang telah mencarikan pusaka keagungan dan kewibawaan istana. Namun yang menjadi Gusti Kertajaya Risau adalah jika pusaka Nogososro miliknya memiliki banyak musuh yang akan memburu ke istana Singosari. "Impianku terasa seperti bukan mimpi Bopo Sentanu." " Bagaimana maksud Gusti?" "Putri Muninggar menyimpan dendam kepada orang yang pernah menyakitinya sampai mati. Aku seperti diminta untuk mencarinya." kata Kertajaya. "Gusti Kertajaya bersabar dan tenang dulu, Mungkin maksud Muninggar adalah banyaknya orang-orang yang berburu pusaka Nogososro hingga akan mencari dimanapun berada."kata Sentanu. Tapi tetap saja Kertajaya sangat besar hati karena sudah memiliki pusaka andalan Kraton Singosari. Terlebih pusaka yang dibawa Wiro Sabrang bisa jinak mau ikut bersama Kertajaya. Pusaka
Kejayaan Singosari makin terlihat semenjak Gusti Kertajaya memiliki pusaka Keris Nogososro. Tetapi berita itu telah mengundang banyak lawan yang ingin memperoleh pusaka itu dengan mendatangi istana Singosari untuk bertarung. Seperti Adipati Blambangan Minakjinggo dan Adipati Maespati yang merasa sangat kuat harus bisa merebut keris Nogososro menjadi miliknya. Ridegso dan Guntur Geni, Adipati Maespati sudah datang di depan Beteng Singosari. "Hmm" Kertajaya menarik nafas dalam ketika mendapat berita tersebut. Ada Begawan Sentanu dan tentu Wiro Sabrang walau masih muda tapi bisa berwawasan dewasa. Tidak mudah memecahkan masalah peperangan yang harus dihadapi atau tidak. "Bagaimana Wiro Sabrang, engkau yang lebih tahu masalah strategi peperangan." "Terserah paman Sentanu saja yang bisa meramal apa yang akan terjadi." jawab Wiro Sabrang. Mereka tentu sependapat bila Singosari harus menjaga kedaulatan negara, tetapi juga pertimbangkan kekuatan