Share

BAB 7 KEJAM

Author: Anna Janitra
last update Last Updated: 2023-11-18 08:46:19

"Mak, aku akan pergi merantau. Emak di rumah sama Lilik, ya, tolong jaga dia! Nanti kalau ada uang aku akan pulang sebentar untuk melihat putriku itu!" Yu Sarni mengutarakan maksud hatinya kepada sang ibu, Mak Siti.

Memang tidak bisa di pungkiri, kehidupan ekonomi Yu Sarni kurang beruntung. Jika hanya di rumah dan mengandalkan panen dari sawah, tidak akan bisa memenuhi kebutuhan yang dia mau.

Apalagi Lusi sudah sekolah, mau tidak mau Yu Sarni harus berjuang keras untuk menghidupi putri kecilnya itu. Sebab, bapaknya tidak ada kabar mau menafkahi putrinya itu.

"Iya, Emak akan jaga anak kamu kok," jawab Mak Siti lembut.

Mak Siti sudah terbiasa mengasuh cucu-cucunya dari kecil. Anak-anak Yu Surti dari dulu memanglah yang mengasuh adalah Mak Siti. Jadi, tidaklah kaget jika Mak Siti dan Pak Sugi selalu saja diberi beban oleh kedua putrinya itu.

Mereka sangat menyayangi cucu-cucunya, namun kasih sayang seorang Kakek dan Nenek itu berbeda jika dengan cucu dari anak-anak lelaki mereka. Entahlah, mungkin sudah menjadi tradisi kalau Kakek Nenek dari pihak Bapak akan terasa jauh.

"Sekalian aku mau beli pakaian di pasar besar untuk nanti aku jual di sana, biar untuk tambah-tambah simpanan. Jadi agak sedikit ringan kerjaannya," kata Yu Sarni dengan duduk di kursi tamu.

"Punya uang nggak, Ni?" tanya Mak Siti serius.

"Nah, 'kan ada gabah, aku mau jual dua karung buat modal dan biaya ke sana," ucapnya enteng.

Mak Siti hanya menggelengkan kepalanya pelan, dengan sesekali memasukkan susurnya ke dalam mulut.

Menjadi kebiasaan Mak Siti, jika ada warna merah-merah di lantai beralaskan tanah itu adalah ludah yang dihasilkannya dari sirih yang selalu di kunyahnya.

Permintaan Yu Sarni tidak pernah ditolak oleh Mak Siti, selalu dikabulkan. Itu yang membuat Yu Sarni besar kepala di dalam keluarganya.

❤️❤️❤️

"Mbah, Ibu dimana?" tanya Lusi kecil saat mengetahui tidak ada ibunya di sampingnya.

"Pergi beli kacang atom, nanti kalau sudah banyak, pasti pulang. Kamu di rumah sama Mbah saja, ya," hibur Mak Siti dengan mengelus lembut rambut keriting Lusi, gadis kecil yang menginjak remaja itu.

Kasih sayang seorang Bapak tidak diterima Lusi karena perpisahan kedua orang tuanya yang saling memegang teguh keegoisan masing-masing.

Sedari balita, dia ditinggalkan oleh sosok seorang Bapak. Sehingga masa kanak-kanaknya dinikmati bersama sang kakek dan nenek dari pihak ibu.

Mak Siti juga Pak Sugi begitu menyayangi cucu termudanya itu dengan penuh kasih sayang yang tak ternilai.

Akan tetapi, kasih sayang kepada cucunya hanya sebelah saja. Sedang pada cucu dari anak lelaki Pak Sugi dan Mak Siti, tidak pernah diterima oleh cucu-cucunya.

Entah apa alasannya, kurang dipahami oleh para menantu wanita.

"Ren, Lusi biar ikut main dengan kalian. Jangan di nakalin, kasihan. Dia tidak punya bapak dan ibunya pun pergi jauh, ingat!" kata Mak Siti suatu saat ketika melihat Lusi kecil pulang dengan tangisnya.

"Iya, Mbah … aku tidak nakal kok sama Lusi. Dia tadi main sama Didik, bukan denganku." Reni meremas jarinya sendiri karena rasa takut yang menjalar.

Reni tahu, apapun yang dia katakan pasti akan salah dan tidak di percaya oleh neneknya itu. Sehingga membantah pun tidak akan ada gunanya, dia berlari menjauh dan pergi bermain bersama teman-teman sebayanya.

❤️❤️❤️

"Heh, Reni … sini kamu!" teriak Yu Surti dengan lantangnya.

Reni yang bermain dengan sahabatnya, mendekati Yu Surti dengan ketakutan yang membara.

"Aduh … sakit Lek … sakit …" Reni menangis kencang dengan sesekali memegangi telinganya yang di jewer oleh Bu Leknya sendiri. Lek Surti.

Tangisannya pecah, saat Yu Surti menjatuhkan tubuh kecil Reni ke tanah dan menginjak jemarinya. Seringai Yu Surti

semakin menakutkan, saat melihat ada sedikit darah yang keluar dari lutut Reni.

Sesenggukan dengan mengelap ingus yang keluar dari hidungnya, Reni memohon ampun untuk menyudahi perbuatan keji Yu Surti. Namun, buka Yu Surti namanya kalau menuruti permintaan keponakannya itu.

Rambutnya yang ikal dijambak lalu dihentakkan ke tanah. Wajah gadis berkulit kuning Langsat itu kotor penuh tanah karena basah oleh air mata.

"Berhenti! Cukup!" teriak Mak Siti saat melihat keganasan putrinya.

"Kenapa kamu siksa keponakanmu? Dia masih kecil, Surti." Dipapahnya untuk berdiri cucunya itu dengan sedikit tenaga yang kurang, sebab tubuh tuanya tidak kuat menahan berat badan seorang gadis remaja itu.

Mata nyalang Yu Surti membuat Reni ketakutan dan beringsut mundur, bersembunyi di balik tubuh sang nenek, Mak Siti.

"Anak kurang ajar seperti dia, seharusnya dibuat kapok, Mak!" lantang Yu Surti tak kalah dari Mak Siti.

Menggelegar bak petir yang menyambar saat hujan hendak turun. Bergemuruh, layaknya badai akan datang dan menyapa siapapun yang menghalanginya.

"Apa salahnya, Ti? Apa? Kamu itu sudah tidak waras, ya? Anak kecil saja kamu musuhi, sadar, Ti … sadar!" ucap Mak Siti dengan mengelus lembut pundak anaknya.

"Dia hendak mengambil bunga yang aku tanam itu, Mak! Gil* itu anak, dasar miskin!" hardiknya yang membuat Reni menangis sambil berlari pulang ke rumahnya.

"Kamu membuat masalah dengan saudaramu sendiri, Ti. Itu akibat hatimu yang telah tertutup oleh rasa hormat kepada yang lebih tua." Mak Siti berlari kecil mengikuti Reni yang pulang dengan penuh kesedihan.

Pintu di tutup rapat oleh Reni dari dalam, sehingga Mak Siti tidak bisa masuk. Dengan mengetuk pelan pintu serta membujuk dengan kalimat yang menenangkan, masih saja tidak bergeming hati Reni untuk membukanya.

Reni menangis di kamar dan menumpahkan segala rasa sakit di hati. Beruntung ibunya tidak berada di rumah, sehingga Reni bisa leluasa meraung-raung melepas segalanya.

"Ren … buka pintunya, Nduk! Embah, mau bicara sebentar!" bujuk Mak Siti dengan lembut.

Bukannya membukakan pintu untuk sang nenek, Reni justru berteriak meminta Mak Siti pulang dan jangan lagi ke rumahnya. Ego sang remaja menguasai hati, sehingga kebencian tertanam lewat perbuatan yang di terimanya.

"Pulang saja, Mbah! Aku tidak akan pernah membukakan pintu untuk kalian semua!" pekik Reni.

Tanpa bicara lagi, Mak Siti pulang dengan rasa bersalah. Akankah semuanya menjadi bara api yang akan berkobar dalam persaudaraan?

Entahlah, langkah gontai Mak Siti membuatnya menangis sepanjang jalan menuju rumahnya sendiri.

"Begitu saja di kejar, Mak, seharusnya biarkan saja dia!" umpat Yu Surti saat Mak Siti sampai di rumah.

Plak.

Tangan ringkih itu menampar keras pipi putrinya, amarah terpancar di raut wajah sepuh itu.

"Seharusnya kamu sadar, jika tidak bisa menghormati Kakakmu, maka hormatilah Emakmu ini selama masih hidup!" bentak Mak Siti dengan wajah kesalnya.

"Mak …"

Tanpa bicara Mak Siti menutup mulutnya dengan jari telunjuk, sehingga Yu Surti yang hendak bicara, langsung terdiam seribu bahasa.

❤️❤️❤️

Bersambung ...

Related chapters

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 8 AMARAH YANG TERPENDAM

    "Apa yang terjadi saat Emak di sawah kemarin, Ren?" tanya Yu Mini kepada putrinya saat selesai belajar.Reni yang kaget dengan pertanyaan sang Emak, hanya terdiam sambil mengemasi buku-buku sekolahnya ke dalam tas. Mata mereka bertemu dan ada gurat kepasrahan di dalamnya."Kenapa diam? Emak sedang berbicara dengan kamu. Ada apa dengan Lek Surti? Kamu buat kesalahan padanya?" ulangnya dengan menatap putrinya yang kelihatan gelisah itu.Reni hendak berbohong kalau tidak terjadi apa-apa, namun hati kecilnya sulit sekali untuk tidak bicara jujur kepada sang Emak. Ingin jujur atas kelakuan Bu Leknya, namun takut kalau terjadi permusuhan antar saudara."Ren ….""Berjanji, ya, Mak … Emak jangan bertengkar dengan Lek Surti kalau Reni bicara jujur! Janji, ya, Mak!" Reni bersimpuh di kaki Emaknya dengan berlinang air mata.Takut kalau Emaknya gaduh dengan iparnya yang sangat kejam itu, takut karena tidak akan ada yang membela. Sebab, Bapaknya sedang bekerja jauh di rantau orang.Mak Siti? Pak S

    Last Updated : 2023-11-28
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 9 MELAWAN

    "Heh, bocah dekil! Apa yang kamu lakukan terhadap Purwo, hah!" pekik Yu Surti dengan menggedor pintu seperti orang yang hendak merampok rumah.Keras. Tanpa salam, Yu Surti masih berteriak kencang dengan suara yang menggema. Seolah dialah orang yang paling keras bicaranya.Yu Mini yang baru selesai mengadu terhadap sang penciptaNya, kaget bukan kepalang mendengar gedoran pintu yang hendak lepas dari penyangganya."Assalamualaikum, Dek …" suara Yu Mini terputus karena Yu Surti masih mencerocos saja tanpa henti.Meski Yu Mini mengucapkan salam, namun dia enggan menjawabnya. Matanya malah tambah membesar saat melihat Reni yang sedang duduk santai sambil membaca buku tanpa menoleh ke arahnya sama sekali.Sesekali Reni mengunyah keripik singkong buatan Emaknya dengan suara yang dibuat-buat. Yang membuat hati Yu Surti semakin dongkol dan ingin ikut mengunyah Reni utuh."Heh, Reni, kamu budek, ya? Dari tadi aku gedor pintu kamu, kenapa tidak di buka? Aku juga memanggilmu, tapi kenapa kamu tid

    Last Updated : 2023-11-28
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 10 KURANG AJAR

    "Mana rumahnya? Yang inikah? Tapi … sepertinya bukan orang sini, soalnya saat aku main ke rumahnya Reni, aku tidak pernah melihatnya," suara segerombolan orang saat tengah malam mengagetkan Kang Tarjo dan berusaha mengintip lewat celah dinding bambunya.Sekitar enam orang dengan mengendarai sepeda motor, para pemuda itu menunjuk rumah Pak Sugi sambil setengah berbisik.Memang malam ini ada hiburan musik di desa sebelah, menjadi kebiasaan pemuda-pemuda itu jika ada salah paham pasti akan terjadi tawuran yang akan mengakibatkan kerugian.Yu Mini yang hendak sholat malam berhenti sejenak saat melihat suaminya sedang mengintip ke luar. Penasaran."Ada apa, Pak?" berbisik, Yu Mini bertanya kepada Kang Tarjo.Kang Tarjo tidak menjawab, hanya menempelkan jemari telunjuknya ke depan bibir. Isyarat agar Yu Mini diam."Kurang ajar sekali dia, omongannya terlalu tinggi. Untung saja tadi dia kabur, kalau tidak … habislah," kata salah satu pemuda yang berdiri mondar-mandir di depan rumah Pak Sugi.

    Last Updated : 2023-11-29
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 11 MARAHNYA ORANG PENDIAM

    Suasana tentram dirasakan keluarga Kang Tarjo, karena para biang rusuh telah pergi dari kediaman Pak Sugi. Purwo serta Tyo pun turut pergi dari sana, sehingga tidak ada niat lagi untuk membalas perbuatan Purwo waktu itu oleh Reni.Reni memang berniat ingin membalas perbuatan Purwo, namun, urung karena dengan sendirinya mereka semua pulang ke rumah barunya yang telah berdiri dengan megah."Tarjo, tolong kamu bantu-bantu di sawah, sebentar lagi panen. Nanti kalau sudah selesai, ambil saja satu karung padi untukmu!" pinta Pak Sugi saat malam tiba. Pak Sugi memang sering berkunjung ke rumah Kang Tarjo saat malam, hanya sekedar bersenda gurau dan bersantai saja dengan anaknya yang kebetulan berada dekat dengan rumahnya.Atau memang hanya ingin meminta kopi hangat, karena jika di rumahnya sendiri. Yu Sarni tidak pernah membuatkannya."Iya, Pak. Memangnya sawah mana yang mau dipanen lebih dulu?" tanya Kang Tarjo dengan menyesap kopi buatan istrinya.Yu Mini pun menyediakan kopi buat mertuan

    Last Updated : 2023-11-29
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 12 MAK SITI SAKIT

    "Mbah Siti, ini mata saya, Mbah!" Yu Mini terperanjat saat melihat mertua perempuannya menyodorkan satu ekor ikan bandeng tepat di depan matanya. Di dorongnya ikan itu terus, hingga Yu Mini bangkit dari posisi jongkoknya yang sedang memilih sayuran.Mak Siti pagi ini belanja karena ada orang sedang menanam padi di sawahnya. Jadi untuk membuat sarapan terpaksa dia belanja sendiri, karena Yu Sarni dan Yu Surti pun ikut menanam padi.Seperti tidak sepenuhnya melihat sempurna, Mak Siti tanpa sengaja memberikan seekor ikan itu tepat menyentuh mata kanan Yu Mini.Semua orang yang melihat kebingungan, entah kenapa Mak Siti seperti itu. Apa mungkin matanya yang sebelah kanan kambuh? Sebab, matanya Mak Siti memang divonis buta sebelah oleh dokter.Tiba-tiba Mak Siti luruh ke tanah, yang langsung ditangkap oleh Mbah Kini beserta Yu Mini dengan sigapnya."Kepalaku pusing, Mini. Tolong aku!" lirih Mak Siti membuat semua yang berada di sampingnya khawatir.Tubuh ringkih itu di bopong Yu Mini dan b

    Last Updated : 2023-11-30
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 13 MAK SITI BERPULANG

    "Mini, Mini … cepat kamu bersihkan rumah Bapak!" perintah Kang Tarjo saat melihat istrinya hendak mengambilnya air di sumur.Tergesa Kang Tarjo berbicara dengan istrinya, raut wajahnya berubah, seakan ada sesuatu yang dipendam."Ada apa, Kang?" tanya Yu Mini saat melihat manik sang suami menitikkan air mata. "Emak telah berpulang," Tangisnya sudah tidak terbendung.Air mata yang ditahan akhirnya jebol juga, jantung Yu Mini berdebar, tangannya bergetar dan tubuhnya nyaris ambruk. "Barusan Paimin dari sana, dan mengabarkan kalau Emak sudah tidak dapat tertolong, sekarang dalam perjalanan, ayo bersihkan rumahnya!" ajak Kang Tarjo dengan menggandeng tangan istrinya.Pak Sugi yang hendak ke rumah Kang Tarjo berhenti saat melihat pasangan suami istri itu hendak keluar bergandeng. "Mau kemana?" Pertanyaan Pak Sugi membuat Kang Tarjo berjingkat kaget. Debaran jantungnya serasa berirama tanpa jeda, raut wajahnya pasi. Berfikir tentang kalimat apa yang akan dikatakan kepada bapaknya."Pak …

    Last Updated : 2023-11-30
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 14 BERPINDAH TANGAN

    "Ayo, Tii, bawa ini semua!" perintah Kang Paimin kepada istrinya."Bentar, Kang … ini, Wo, ambil! Jangan lupa pegang yang kuat, nanti kalau jatuh, 'kan sayang. Barang mahal ini, produk luar negeri kok," ucap Yu Surti pada Purwo anak sulungnya yang sudah duduk manis di atas kendaraan roda dua yang akan membawa barang-barang mini sound milik Lek Pri.Tujuh hari setelah kepergian Mak Siti untuk selamanya, semua anak menantu serta cucu Pak Sugi kembali ke rumah masing-masing. Namun, Yu Surti dan suami serta anak-anaknya malah membawa barang-barang elektronik milik Lek Pri yang dibelinya saat masih bekerja di luar negeri.Dengan cekatan satu keluarga itu memboyong semua barang-barang yang tersimpan rapi di kamar belakang. Semangat mereka melebihi para pekerja yang mendapatkan upah. Membara.Kang Tarjo, Yu Mini serta anaknya Reni, hanya melihat dari rumah mereka dengan tersenyum heran oleh tingkah dan kelakuan keluarga Kang Paimin dan Yu Surti."Lihat, adikmu itu, Pak! Keterlaluan sekali, b

    Last Updated : 2023-12-01
  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 15 OLEH-OLEH BUAT RENI

    "Kamu itu, dasar anak tidak tahu diri! Pulang kok Emak sudah tinggal tulang belulangnya saja, kamu itu! Hih!" pekik Yu Surti saat melihat Lek Pri pulang dari rantau.Ingin saja rasanya menjitak kepala sang adik bungsu, gemas dengan sikapnya. Seperti tidak menghormati orang tua saja, meski sudah berpulang. Padahal dia adalah anak yang paling di sayangi oleh kedua orang tuanya itu."Aku nggak ada duit, Yu, keadaan ekonomiku sedang tidak stabil." Wajah lesu Lek Pri tertunduk."Alasan," bentak Yu Surti dengan mencubit punggung Lek Pri.Lek Pri yang sedang menunduk seketika menengadah melihat sang kakak yang tidak mau tahu alasan yang telah diucapkannya. Hatinya merasa disentil dengan ucapan Yu Surti barusan."Kamu 'kan kerja, masak nggak ada duit. Memangnya kemana semua uang yang kamu dapatkan selama ini? Buat foya-foya? Lupa orang tua?" tanya Yu Surti dengan menatap tajam ke netra sang adik."Biasa, Ti, dia memang selalu seperti itu. Beruntung dulu bisa menabung meski hanya sedikit, jadi

    Last Updated : 2023-12-01

Latest chapter

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 41 TAMAT

    “Ayah, lain kali diam saja nggak perlu mengeluarkan tenaga buat melawan mereka. Sayangi diri sendiri dan keluarga ini, buat apa susah payah membalas ucapan yang nggak masuk akal?” ujar Reni saat melihat sang ayah sudah tenang.“Kita hidup ini bukan hanya sekedar membalas segala umpatan dari orang yang nggak waras, jatuhnya nanti kita sendiri yang gila. Lebih baik perbanyak ibadah dan bulatkan niat buat ke tanah suci, insya allah nanti akan kami bantu sebisanya!” Mata Kang Tarjo membelalak tanpa kedip, lalu menoleh ke istrinya yang juga tak beda dengan apa yang ada di pikirannya.“Iya, kita sudah mendaftarkan kalian untuk ke Mekkah, semoga bisa terlaksana meskipun menunggu lama.” Lagi Reni seolah ingin menjawab apa yang dipikirkan oleh Kang Tarjo dan Yu Mini.“Kamu beneran? Kok nggak bilang-bilang ke kita?” tanya Yu Mini, saking kagetnya dia mendekati sang putri lalu memegang tangan Reni erat-erat.Reni pun mengangguk menyakinkan jika apa yang barus saja dikatakan olehnya itu benar ad

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 40 PANIK

    “Tanah yang kamu buat rumah itu adalah hakku dan seharusnya kamu mengembalikan semuanya apa yang kamu punya pada kami! Dasar nggak punya muka, milik orang kok di klaim!” seru Tyo tanpa embel-embel hormat, malu dan juga sungkan.Kang Tarjo yang sedang minum kopi, tersedak. Semua apa yang sudah di dalam mulut seketika keluar dan membasahi meja. Mata itupun membelalak lebar bahkan nyaris keluar dari lubangnya. Terkejut bukan main mendengar suara yang sudah membuat mendidih darah tersebut.Laki-laki itu lantas berdiri dengan tatapan tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya. Cuaca pun seolah tahu sehingga angin yang tadinya berhembus sepoi-sepoi menyejukkan jiwa kini berubah menjadi panas seperti musim kemarau.“Dasar setan! Kamu itu terlahir dari seorang ibu atau batu?” murka Kang Tarjo lantang.Yu Mini yang sejak tadi sibuk di dapur seketika berlari menuju ke teras, pemandangan yang membuat jantung wanita itu berdetak kencang dari biasanya. Ia pun panik, keringat dingin membasahi pun

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 39 PANAS

    Namun, Kang Tarjo masih enggan untuk bergerak. Napasnya memburu dengan dada yang mengikuti irama jantung. Amarahnya semakin memuncak dan setelah mereka saling beradu pandang, Kang Tarjo mencoba untuk maju selangkah.“Kang, istighfar! Jangan sampai kamu kalah dengan setan yang membisikkan kalimat jahat, ingat jika nggak ada manfaatnya terpancing emosi. Kamu akan menyesal!” bujuk Yu Mini masih setengah berbisik.Dengan hati yang was-was wanita itu berusaha membujuk sang suami supaya tidak tersulut emosi yang tersimpan dalam hati. Dia berharap api itu segera padam dan bisa mendinginkan pikiran yang kacau bersama angin yang datang. Jantung pun mulai tak menentu dengan aliran darah yang mulai cepat hingga membuat tubuhnya terasa dingin.“Kang!” panggil Yu Mini dengan bibir bergetar.“Kamu pikir dengan sikap yang sok hebatmu itu bisa membuat aku takut? Nggak sama sekali!” gertak Tyo dengan pandangan nyalang.“Makan dengan hasil warisan saja mau belagu, ingat jika kamu itu laki-laki kosong,

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 38 TYO

    Kang Tarjo pulang dengan napas memburu, amarahnya masih saja tersisa di dada. Apalagi saat di rumah melihat ayamnya mati semua, dengan menggerutu Kang Tarjo memungut semua hewan ternaknya satu persatu untuk di kubur.“Bagaimana bisa mati dalam bersamaan, apa yang terjadi?” gumam Kang Tarjo dengan tangan cekatan.“Ya Allah, Kang, apa yang terjadi? Kenapa ini?” tanya Yu Mini kaget.Saking terkejutnya Yu Mini terdiam di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun. Ada rasa sakit dan ingin menangis kala melihat semua hewan ternaknya tidak bernyawa. Lalu Yu Mini pun ikut membantu sang suami memunguti hewannya tersebut. Air mata wanita itu pun menetes tanpa henti, ayam adalah salah satu tabungan yang dijaga.“Kang!” Suara Yu Mini terdengar parau. Dia menyapu air yang mengalir deras di pipi tersebut dengan cepat. Hatinya masih sakit melihat kejadian yang terjadi di depan mata itu.“Bukan rezeki kita, nanti kalau ada uang bisa membeli lagi,” hibur Kang Tarjo bijak meski dalam hati sudah teramat pilu.

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 37 MENYINDIR

    Kang Tarjo menikmati kopinya di teras rumah, semilir angin membuat dedaunan kering ikut terbang. Sesekali lelaki itu melihat ke arah langit yang mulai gelap.“Sebentar lagi hujan, Alhamdulillah, berarti pekerjaan sawah akan segera dimulai,” ucapnya sambil menyesap kopinya.Musim kemarau sudah usai dan datanglah musim penghujan yang mana selalu dinantikan para petani yang daerahnya tadah hujan. Hanya mengandalkan air hujan sebab jika musim kemarau tiba maka kekeringan melanda.Wajah sumringah terbit kala gerimis mulai turun diiringi petir yang menggelegar bak irama yang saling bersahutan di sore hari itu.“Kang, hujan, masuk!” ajak Yu Mini pada suaminya yang masih duduk di teras, aroma tanah yang basah di hirupnya dalam-dalam.Kang Tarjo sangat menikmatinya hingga ajakan sang istri hanya dibalas dengan anggukkan kepala. Lelaki itu masih terpejam dan berbisik syukur kepada Tuhan semesta alam yang mana telah menurunkan hujan di sore itu. Harapan dia semoga air yang turun bisa memberikan

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 36 REBUTAN

    "Pokoknya tanah ini adalah milikku, uang dua puluh juta sudah aku berikan pada Pakde Wardi. Dia meminta uangku sebanyak itu, kamu jangan coba-coba serakah!" pekik Tyo saat melihat tanah bagian Kang Wardi akan dibangun sebuah toko oleh Lusi. Dua anggota keluarga saling bersitegang dengan pembenarannya masing-masing. Tyo yang bersuara lantang mencoba untuk mendominasi keadaan dan menang. Sedang Yu Surti mencoba melawan tanpa rasa takut dihatinya.Kang Tarjo yang mendengar suara berisik mencoba untuk mendengarkan dulu dari rumahnya. Hembusan nafasnya yang kasar menandakan kalau pikirannya sedang berkecamuk menahan amarah. Saudara yang seharusnya saling menyayangi dan menghargai harus di nodai dengan perseteruan perihal warisan. Harta yang turun dari orang tua. Bahkan Kang Tarjo menggeleng pelan saat melihat yang bersikukuh atas tanah yang terbentang disamping kanan Kang Tarjo adalah Tyo. Seorang cucu yang seharusnya diam dan berterima kasih banyak kepada orang tuanya yang telah memberi

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 35 KEMATIAN YU SARNI

    Hari ini hujan begitu deras membasahi bumi, wangi khas dari tanah kering yang telah basah membuat hidung begitu senang karena mencium aromanya. Meski petir menggelegar laksana bom atom nagashima namun, tak menyurutkan kegiatan Reni dan Yu Mini untuk membuat cemilan singkong rebus beserta wedang jahe hangat. Angin besar meniupkan segala pepohonan yang sedang berdiri tegak menjulang, terkadang menyapu beberapa daun kering yang berguguran sehingga semuanya berserakan tanpa batas. Suara gemuruhnya seakan membuat nyali menciut hingga anak-anak Reni terdiam duduk di kursi dengan berselimutkan sarung kecil."Kang …" suara Yu Surti memecah keramaian setelah badai menerpa kampung mereka. Dengan tangis air mata dan wajah masam, Yu Surti datang ke kediaman sang Kakak ingin memberitahukan sebuah berita besar. Nafas Kang Tarjo memburu saat semua mata tertuju kepada tamu yang datang dengan kaki yang tanpa alas itu. "Kang, Yu Sarni meninggal," kata Yu Surti dengan bibir bergetar. Kang Tarjo yang

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 34 SAKITNYA SAUDARA

    Pagi ini Tyo datang lagi ke rumahnya sendiri dengan membawa satu jerigen oli penuh. Tanpa bicara dia langsung menumpahkan oli hitam itu di tanah yang ada pohon mangga berdiri dengan kokoh. Sekeliling pohon di siramnya dengan senyum miring. "Oh, seperti itu kelakuan kamu? Nggak ibu, nggak anak kok sama saja. Jahat dan curang!'' pekik Reni dengan mendekati Tyo yang masih duduk dan menyiram.Tanpa menjawab, Tyo terus melakukan aksinya dengan tersenyum miring. Dia bahkan enggan menatap mata Reni yang sedari tadi melihatnya tanpa kedip. "Kamu pikir hidup kamu sudah baik? Hah! Diminta musyawarah dulu nggak mau, orang muda kok pikirannya picik seperti itu, pantas saja kamu nggak punya tetangga disana!" Amarah Reni tersulut dan membara. Ingin saja dia mencakar wajah Tyo yang sangat memuakkan itu. Namun, dengan wajah dingin Tyo tidak menjawab sedikitpun kalimat yang diucapkan oleh Reni meski gemuruh di hati ingin memuntahkan segalanya. Aksinya tetap saja dilanjutkan."Coba kamu lihat itu po

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 33 AIR SUSU DI BALAS AIR TUBA

    "Kang Wardi sakit stroke, Kang. Aku mau dia dirawat di rumah saja. Kasihan, istrinya tidak mau merawatnya sama sekali," ucap Yu Surti saat sedang berkunjung ke rumah Yu Sarni. "Yakin? Masak istrinya tidak mau merawat. Jangan berpikir buruk tentang orang lain kamu!" balas Kang Tarjo dengan menyulut rokok yang sedari tadi dipegangnya.Yu Surti menggerutu dalam hati, niatnya untuk memiliki tanah kosong bagian dari Kang Wardi hampir saja pupus karena tidak setujunya Kang Tarjo atas usulannya. Seperti saat Yu Sumi di rumah dan meninggal dulu. Yu Surti berpikir jika merawat Kang Tarjo dan hingga nanti akan berpulang maka, semua warisan bagian yang dimiliki Kang Wardi akan menjadi hak Yu Surti. Akan tetapi, rencananya terhalang persetujuan Kang Tarjo. Akhirnya Yu Surti pulang ke rumahnya dengan hati yang dongkol. Menggerutu sepanjang jalan dan memaki Kang Tarjo dengan segala sumpah serapah.☀️☀️"Kalau rumah kamu jadi, lalu akan pindah tidur, Sarni?" tanya Kang Tarjo saat melihat barang ba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status