Share

BAB 66

Penulis: sutan sati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Klik.

"Silahkan masuk!" Ucap Inah mempersilahkan Awan dan yang lainnya masuk ke dalam kamar.

Inah tampak bersemangat ketika membawa Awan bersamanya. Di dalam sana, seorang wanita dewasa berusia hampir lima puluhan, namun masih terlihat begitu cantik, dalam keadaan setengah berbaring di atas ranjang, sedang menatap Awan dengan mata penuh kerinduan.

"Awan, anakku... akhirnya kamu datang!" Sambut Lina haru.

Kondisinya masih belum pulih seratus persen, karena sebelumnya ia terlalu lama terbaring di ranjang. Sehingga, perlu waktu untuk membuat seluruh fungsi gerak tubuhnya bisa kembali bekerja dengan normal. Jadi, yang bisa dilakukan mama Lina hanya membentangkan kedua tangannya ke arah Awan.

Awan sempat ragu, tapi segera Karin menyenggol lengannya dan memberi kode padanya. Awan segera tahu apa yang harus dilakukannya, ia berjalan ke arah mama Lina dan menyambut gapaian tangannya dan membalas pelukan mama Lina.

Ibu mendiang Renata tersebut memeluk Awan dengan sangat erat, seolah ia sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Feri Indriyanto
hanna kemana?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 67

    Di dalam kamar putrinya, Lina mengambil sebuah kotak di atas meja rias. Tentu saja, tidak ada yang berubah dari dari dalam kamar itu. Meskipun, Awan tidak mengingatnya. Namun, saat ia berada di sana sedikit lebih lama, kening Awan sedikit berkerut. "Kenapa, Nak? Apa kamu mengingat sesuatu?" Tanya Lina berharap. Awan tampak ragu, "Entahlah, Ma. Ketika masuk ke dalam kamar ini, aku merasa sangat familiar dengan kamar ini. Tapi, aku masih tidak dapat mengingatnya." Jawab Awan jujur dan tampak tidak berdaya. Ia seakan sudah begitu dekat untuk bisa mengingatnya, namun seakan ada kabut tipis yang menghalangi jalannya. Lina tersenyum senang, tentu saja ia berharap Awan akan dapat mengingat lebih banyak. Selanjutnya, Lina mengulurkan kotak yang tadi diambilnya pada Awan. "Apa ini, ma?" "Bukalah!" Saat Awan membukanya, di dalamnya terdapat sebotol parfum merek Caron Poivre. "Ini?" Awan tampak bingung dan bertanya-tanya, kenapa ibu angkatnya itu justru memberinya parfum? "Cobalah!"

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 68

    Sebelum kembali ke Jakarta, Awan mengantarkan Karin terlebih dahulu ke rumahnya.Ketika mobil yang di kendarai Karin sampai di depan rumah orang tuanya, Karin terdiam ragu. Ia mengumpukan keberaniannya untuk bicara, karena ia tidak tahu apa ia masih memiliki kesempatan seperti ini lagi di masa depan."Awan, terimakasih ya untuk beberapa hari terakhir." Ujar Karin membuka obrolan.Awan tergelak, "Kamu hampir celaka karena aku, masa mau terimakasih!"Karin juga tertawa, "Iya, tapi karena itu juga aku bisa dekat dengan kamu."Tawa Awan menjadi canggung sebelum menghilang dengan sendirinya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Karin, karena itu ia menjadi gugup untuk menanggapinya. Sama seperti saat Luna menggoda mereka siang tadi, Awan sengaja mengalihkan topik karena tidak ingin terjebak dengan topik sensitif seperti ini. Ia memang kehilangan ingatannya, namun bukan berarti ia juga kehilangan sensitifitasnya dalam mengenali perasaan orang lain terhadap dirinya.Berulang kali, Awan mendapati

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 69

    "Marah? Kenapa aku harus marah? Lagian, itu adalah masa lalu. Seandainya aku menyadarinya sekalipun, toh aku tidak bisa mengingatnya saat ini." Ujar Awan tersenyum tipis.Karin tersenyum malu, ia tidak ubahnya seperti seorang gadis remaja yang sedang jatuh cinta. "Lalu, apa aku bisa menagih jawaban yang dulu sempat ku tanyakan padamu?"Awan bingung harus menjawab apa?Saat ini, Awan sedang berkonflik dengan hatinya. Ia bisa melihat kalau Karin adalah gadis yang cantik dan menarik. Melihat betapa polosnya Karin dengan semua pemilihan kalimatnya, Awan tahu kalau gadis ini telah setia menjaga cintanya untuk menunggu jawaban darinya. Awan tidak tega untuk menyakiti gadis sebaik Karin, tapi ia juga tidak bisa membohongi perasaannya sendiri."Maaf, Karin. Aku tidak bisa menerimamu."Karin langsung membeku ketika mendengar jawaban Awan. Ia terperangah beberapa saat lamanya, ia seakan sulit mencerna jawaban Awan barusan.Sampai Awan mengulangi jawabannya untuk ke dua kalinya, "Kita, tidak bi

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 70

    Awan keluar dari mobil Karin secara perlahan.Saat itu, Lana dan Chiya baru saja datang dan berhenti tidak jauh di belakang mobil Karin.Karin bahkan masih diam tidak bersuara, saat Awan dengan perlahan melangkah pergi meningalkannya. Melihat tuan mereka melangkah gontai ke dalam mobil, baik Lana maupun Chiya saling tatap. Mereka tahu, jika Awan pasti sedang ada masalah dengan Karin.Ketika Awan sudah berada dalam mobil, ia berkata, "Lana, kamu tinggal lah di sini untuk sementara waktu. Tolong awasi Karin untukku. Jangan biarkan dia menyakiti dirinya sendiri. Aku akan kembali bersama Chiya ke Jakarta." Perintah Awan.Lana tanpa banyak tanya, mengangguk patuh, "Baik, tuan muda."Awan, malam itu kembali bersama Chiya ke ibu kota....Saat dalam perjalanan kembali menuju Jakarta, Awan masih belum bisa tenang. Bayangan tentang Karin yang terpuruk, terputar terus dalam benaknya.Meski baru saja, Lana mengabarkan kalau Karin sudah masuk ke dalam rumahnya. Menurut laporan Lana juga, Karin s

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 71

    "Awan-san, apa kita langsung ke kediamannya nenek Chiyo atau kembali ke Villa?" Tanya Chiya saat mereka sudah memasuki gerbang masuk menuju Villa Nirwana."Kita langsung ke tempat nenek." Balas Awan."Baik, Awan-san."Awan tidak ingin menunda lebih lama lagi dan ingin segera menemukan jati dirinya yang sebenarnya.Apalagi dalam telepon tadi, nenek Chiyo mengatakan telah menemukan cara untuk mengembalikan ingatan dan juga kekuatannya. Hal itu membuat Awan menjadi lebih bersemangat dan tidak ingin menyiakan waktu barang sedetikpun. Awan belum tahu, seberapa kuat dirinya sebelum hilang ingatan seperti sekarang. Tapi, munculnya orang seperti Disa, seakan memberi peringatan bahaya yang membuat Awan bertekad untuk bisa menjadi lebih kuat. Saat itu, Awan merasa menjadi orang paling tidak berguna dan dipaksa melihat teman-temannya terluka.Semua orang berusaha melindunginya, namun ia tidak berdaya untuk melindungi mereka. Ia tidak ingin kembali merasakan perasaan yang sama.Demi menjaga sem

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 72

    "Uda yakin tidak apa-apa pulang ke Kampung sekarang?" Tanya Annisa untuk ke sekian kalinya memastikan. Ia terkejut ketika sehari sebelumnya, Awan mengatakan bahwa ia ingin ikut pulang bersamanya ke kampung halaman mereka.Tentu saja Nisa senang mendengarnya, namun ia sadar bahwa pemulihan Awan harus menjadi prioritas utama. Karena itu, ia tidak terlalu menuntut sebelumnya. Sekarang, dengan Awan sendiri yang mengatakan keinginannya untuk pulang ke kampung mereka dengan alasan itu bisa membantu untuk memulihkan ingatannya yang hilang, Annisa tidak lagi memiliki alasan untuk bisa menolaknya.Karena itu, ia ingin memastikan kembali, apa tidak masalah bagi Awan melakukan perjalanan jauh seperti ini?Awan tertawa ringan dan menjawab, "Iya, tidak apa-apa. Aku juga sudah menanyakannya juga pada Amanda dan tidak ada masalah."Tentang rencana kepergiannya ke kampung halamannya juga sudah ia beritahu pada Amanda dua hari sebelumnya. Saat itu, Amanda masih berada di luar jangkauan, karena ia seda

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 73

    Kendaraan tersebut dikendarai oleh seorang pria berusia 40an. Melihat Annisa sudah menunggunya, ia dengan cepat berinisiatif turun dan membantu memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi mobil."Selamat datang, bu dokter!" Sapanya ketikat menyambut Annisa. Semua orang di kampung mereka sudah tahu, jika Nisa sebentar lagi akan menjadi seorang dokter. Tentu saja, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kampung mereka. Itu alasannya, pria tersebut perlu memperlakukan Annisa dengan lebih baik."Bang Somad, bisa saja bercandanya. Saya masih Nisa yang dulu, kok.""Eh, dak bisa bak itu. Nisa adalah permata kampuang kito." (Tidak bisa begitu, Nisa adalah permata kampung kita.)Nisa hanya bisa tertawa ringan dan tidak ingin berdebat saat itu.Selanjutnya, bang Somad melihat ke arah Awan. Ia terkejut mendapati Awan ternyata pulang bersama Annisa. Ia segera menyapanya dengan ramah."Awan, lamo dak pulang? Makin cogah sajo ang!" (Awan, lama tidak pulang? Kamu makin gagah saja).Awan terbengo

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 74

    Bang Somad terkejut dengan betapa santainya Awan dan Chiya bercerita tentang hantu, seolah mereka hanya objek obrolan biasa dan tidak berarti apa-apa. Padahal, saat ini kendaraaan yang mereka kendarai sudah masuk ke hutan yang ia sebutkan sebelumnya. Bang Somad memiliki kepercayaan, harus menjaga ucapan saat memasuki tempat sepi seperti yang mereka lewati saat ini. Karena saat itu, tengkuknya mulai merinding. Ditambah jalanan yang sangat sepi dan hanya ada kendaraan mereka, membuat keadaan semakin mencekam.Karena itu, ia segera meminta Awan dan temannya untuk tidak membahas tentang horor saat itu.Padahal Awan masih tertarik dengan topik itu, tapi melihat bang Somad terganggu dengan pembicaraan mereka, ia memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Awan melihat Annisa yang tampak kelelahan dengan mata mulai sayup, segera berkata, "Nisa, istirahatlah dulu.""Tidak apa-apa, Uda. Nisa masih bisa melek sampai kita tiba di rumah nanti.""Sudah, jangan dipaksakan. Nanti aku bangunka

Bab terbaru

  • GGAP 3 : THE LAST   EPILOG

    Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 638 (TAMAT)

    Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 637

    Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 636

    Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 635

    Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 634

    Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 633

    Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 632

    Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 631

    Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,

DMCA.com Protection Status