Share

BAB 71

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Awan-san, apa kita langsung ke kediamannya nenek Chiyo atau kembali ke Villa?" Tanya Chiya saat mereka sudah memasuki gerbang masuk menuju Villa Nirwana.

"Kita langsung ke tempat nenek." Balas Awan.

"Baik, Awan-san."

Awan tidak ingin menunda lebih lama lagi dan ingin segera menemukan jati dirinya yang sebenarnya.

Apalagi dalam telepon tadi, nenek Chiyo mengatakan telah menemukan cara untuk mengembalikan ingatan dan juga kekuatannya. Hal itu membuat Awan menjadi lebih bersemangat dan tidak ingin menyiakan waktu barang sedetikpun.

Awan belum tahu, seberapa kuat dirinya sebelum hilang ingatan seperti sekarang. Tapi, munculnya orang seperti Disa, seakan memberi peringatan bahaya yang membuat Awan bertekad untuk bisa menjadi lebih kuat. Saat itu, Awan merasa menjadi orang paling tidak berguna dan dipaksa melihat teman-temannya terluka.

Semua orang berusaha melindunginya, namun ia tidak berdaya untuk melindungi mereka.

Ia tidak ingin kembali merasakan perasaan yang sama.

Demi menjaga sem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Roman Saputra
pulang kampung nih si awan
goodnovel comment avatar
Awlia Agus
pulang kampuang ciek lu Uda awan Jo annisa... yeeess
goodnovel comment avatar
Doan Herison
setelah berkeliling mencari tahu apa yg bisa di ingat..ternyata harus mudik jawabannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 72

    "Uda yakin tidak apa-apa pulang ke Kampung sekarang?" Tanya Annisa untuk ke sekian kalinya memastikan. Ia terkejut ketika sehari sebelumnya, Awan mengatakan bahwa ia ingin ikut pulang bersamanya ke kampung halaman mereka.Tentu saja Nisa senang mendengarnya, namun ia sadar bahwa pemulihan Awan harus menjadi prioritas utama. Karena itu, ia tidak terlalu menuntut sebelumnya. Sekarang, dengan Awan sendiri yang mengatakan keinginannya untuk pulang ke kampung mereka dengan alasan itu bisa membantu untuk memulihkan ingatannya yang hilang, Annisa tidak lagi memiliki alasan untuk bisa menolaknya.Karena itu, ia ingin memastikan kembali, apa tidak masalah bagi Awan melakukan perjalanan jauh seperti ini?Awan tertawa ringan dan menjawab, "Iya, tidak apa-apa. Aku juga sudah menanyakannya juga pada Amanda dan tidak ada masalah."Tentang rencana kepergiannya ke kampung halamannya juga sudah ia beritahu pada Amanda dua hari sebelumnya. Saat itu, Amanda masih berada di luar jangkauan, karena ia seda

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 73

    Kendaraan tersebut dikendarai oleh seorang pria berusia 40an. Melihat Annisa sudah menunggunya, ia dengan cepat berinisiatif turun dan membantu memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi mobil."Selamat datang, bu dokter!" Sapanya ketikat menyambut Annisa. Semua orang di kampung mereka sudah tahu, jika Nisa sebentar lagi akan menjadi seorang dokter. Tentu saja, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kampung mereka. Itu alasannya, pria tersebut perlu memperlakukan Annisa dengan lebih baik."Bang Somad, bisa saja bercandanya. Saya masih Nisa yang dulu, kok.""Eh, dak bisa bak itu. Nisa adalah permata kampuang kito." (Tidak bisa begitu, Nisa adalah permata kampung kita.)Nisa hanya bisa tertawa ringan dan tidak ingin berdebat saat itu.Selanjutnya, bang Somad melihat ke arah Awan. Ia terkejut mendapati Awan ternyata pulang bersama Annisa. Ia segera menyapanya dengan ramah."Awan, lamo dak pulang? Makin cogah sajo ang!" (Awan, lama tidak pulang? Kamu makin gagah saja).Awan terbengo

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 74

    Bang Somad terkejut dengan betapa santainya Awan dan Chiya bercerita tentang hantu, seolah mereka hanya objek obrolan biasa dan tidak berarti apa-apa. Padahal, saat ini kendaraaan yang mereka kendarai sudah masuk ke hutan yang ia sebutkan sebelumnya. Bang Somad memiliki kepercayaan, harus menjaga ucapan saat memasuki tempat sepi seperti yang mereka lewati saat ini. Karena saat itu, tengkuknya mulai merinding. Ditambah jalanan yang sangat sepi dan hanya ada kendaraan mereka, membuat keadaan semakin mencekam.Karena itu, ia segera meminta Awan dan temannya untuk tidak membahas tentang horor saat itu.Padahal Awan masih tertarik dengan topik itu, tapi melihat bang Somad terganggu dengan pembicaraan mereka, ia memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Awan melihat Annisa yang tampak kelelahan dengan mata mulai sayup, segera berkata, "Nisa, istirahatlah dulu.""Tidak apa-apa, Uda. Nisa masih bisa melek sampai kita tiba di rumah nanti.""Sudah, jangan dipaksakan. Nanti aku bangunka

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 75

    Semalam merupakan pengalaman mistis yang mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Awan. Ia masih terbayang jelas, sosok hewan buas berbadan besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya itu, berlari sangat cepat menembus hutan dan pekatnya malam.Sosok kucing besar yang oleh orang sini di panggil dengan sebutan inyiak tersebut, datang seolah untuk menyambutnya. Karena selain Awan, tidak ada orang lain yang bisa melihat kehadirannya ataupun mendengar aumannya.Karena alasan tertentu, Awan seolah bisa merasakan ada hubungan bathin antara dirinya dengan sosok kucing besar yang dikenal sebagai raja hutan tersebut.Setelah kejadian di mana Awan mendengar auman harimau tersebut, tidak ada lagi peristiwa aneh setelahnya. Sampai ketika mobil mereka memasuki kampung dan hingga mereka sampai di rumahnya Annisa. Itulah alasan kenapa Awan menyimpulkan jika harimau tersebut seolah memberi salam penyambutan kepadanya.Mereka sampai di rumah Nisa jam tiga dini hari.Saat itu, Annisa memaksa aga

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 76

    Raut wajah Fadhil terlihat rumit, ada kesedihan dan kemarahan dalam tatapan matanya.Awan merasa ada yang tidak beres, karena itu ia bertanya lebih lanjut, "Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"Fadhil menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan. Sepertinya, karena peristiwa beberapa waktu terakhir cukup menguras emosinya."Mungkin kamu tidak mengingat ini. Dulu, setelah kematian Angku Abu Fikri, kakekmu. Angku Adli Fikri segera memutuskan pensiun setelahnya, sebagai ketua klan Atmaja. Saat itu, ia sengaja menetap di kampung ini.""Itu semua bukan tanpa alasan, bukan hanya sekedar ingin menikmati masa tua beliau dan bernostalgia di kampung kelahirannya, bukan! Melainkan untuk menjaga sebuah pusaka.""Pusaka?" Kening Awan berkerut heran. Pusaka seperti apa yang membuat saudara kembar kakeknya itu sampai rela meninggalkan klannya dan menetap di kampung ini?"Iya. Pusaka itu dikenal dengan nama pusaka raja harimau.""Pusaka Raja Harimau?" Seru Awan terkejut. Pikirannya dengan

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 77

    "Lalu, kenapa kalian tidak memberitahuku atau klan kita sebelumnya?"Di titik ini, Fadhil hanya bisa tersenyum tidak berdaya. Ia berkata, "Bukannya aku tidak ingin memberitahu kamu atau klan tentang masalah ini, sob.""Tapi, kamu kondisinya sedang begini! Selain itu, masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan urusan klan. Kami tidak ingin memberi klan beban yang tidak seharusnya dipikul."Awan terlihat kesal, "Lalu, kamu anggap apa klan kita ini, Dhil? Bukankah kalian masih bagian dari klan? Masalah kalian juga akan menjadi masalah klan. Aku akan memberitahu paman Joe dan meminta bantuan."Awan sudah mengeluarkan ponselnya dan bersiap menghubungi paman Joe.Buk.Fadhil bergegas berlutut di depan Awan, "Awan, ku mohon jangan kamu lakukan itu!" Pintanya memohon."Berdirilah! Jangan begini. Kamu kenapa, Dhil?" Tanya Awan tidak mengerti dengan sikap keras kepala Fadhil.Fadhil tidak mau berdiri dan berkata, "Aku akan tetap berlutut, sampai kamu berjanji untuk tidak melibatkan klan Atmaj

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 78

    Praktis, hanya Aldo yang bisa di ajaknya bicara siang itu."Apa kamu masih belum bisa mengingat masa lalu mu, sob?"Awan menggeleng tidak berdaya, "Justru kedatanganku kali ini, ada hubungannya dengan pemulihanku."Lebih lanjut, Awan menjelaskan kalau dia mendapat petunjuk untuk menemukan pusaka saja. Tapi, ia belum yakin jika pusaka yang dimaksud adalah pusaka raja harimau. Namun, petunjuk itu dengan jelas mengarahkannya ke kampung ini.Ketika Aldo mendengar Awan menyebutkan pusaka raja harimau, ia menatap Fadhil dan menebak jika Fadhil telah menceritakan apa yang terjadi di kampung mereka pada Awan sebelumnya.Ia tidak mempermasalahkannya.Hanya saja, sama seperti Fadhil, Aldo juga tidak tahu dimana dan seperti apa pusaka raja harimau itu sebenarnya."Angku Rahmad atau Angku Jaludin mungkin lebih tahu. Karena beliau berdualah yang paling lama menemani datuk Adli dulunya."Aldo tiba-tiba bangkit, "Kamu tunggu di sini bersama Fadhil, biar aku yang menemui dan membawa mereka ke sini."

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 79

    "Kami berdua juga tidak tahu persis, seperti apa pusaka raja harimau yang dimaksud oleh mendiang kakekmu. Tapi, baik Datuk Abu maupun Datuk Adli, pernah berkata jika pusaka itu berada di dalam bukit larangan. Itu adalah pusaka raja harimau, raja yang menguasai hutan larangan." Terang angku Rahmad pada Awan.Ini sudah larut malam, saat mereka berkumpul di rumahnya Aldo. Di sana cuma ada mereka berlima, Awan, Aldo, Fadhil, angku Rahmad dan angku Jaludin. Angku Rahmad dan angku Jaludin, tidak berani menunda barang sedetik pun, begitu mengetahui jika Awan sedang mencari informasi tentang pusaka raja harimau.Kedua kakek Awan sudah lama meninggal. Sebagai pewaris mereka, Awan berhak tahu. Jadi, mereka langsung mengikuti Aldo untuk menemui Awan, meski kondisi mereka saat itu masih belum pulih.Awan tercenung beberapa saat lamanya dan bertanya, "Apa kakekku tidak pernah menunjukkan atau menyebutkan petunjuk lain tentang pusaka ini, Angku?"Angku Jaludin menjawab, "Tidak ada yang tahu, bahka

Latest chapter

  • GGAP 3 : THE LAST   EPILOG

    Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 638 (TAMAT)

    Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 637

    Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 636

    Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 635

    Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 634

    Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 633

    Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 632

    Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 631

    Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,

DMCA.com Protection Status