Sambil ngopi dulu, lur... Lagi badai, jadi nulisnya kemalaman. Ditunggu, ya! ^^
"Tuan putri, anda tidak bisa ke sana dan mencampuri perang ini begitu saja!""Jika ratu mengetahui apa yang kita lakukan semalam, itu saja sudah cukup membuat tuan putri dan kami semua mendapat hukuman yang berat!"Seorang pria tua dengan aura yang sangat kuat, sedang mengingatkan seorang wanita muda di depannya. Wanita tersebut mengenakan pakaian serba hijau dengan perhiasan khusus yang sekaligus menjadi zirah kebesarannya. Figurnya tampak begitu menawan dengan tubuh sempurna serta aura yang tidak terbantahkan. Kecantikan seperti itu, membuatnya tidak hanya terlihat sebagai seorang bidadari, tapi juga kharisma seorang bangsawan yang membuat siapapun yang menatapnya akan segan dan takut secara bersamaan.Pria tua dengan aura kuat serta tiga orang lainnya yang juga mengenakan zirah khusus berwarna kehijauan, bahkan tidak berani menegakkan kepala mereka saat bicara dengan wanita muda ini.Wanita tersebut adalah Rhaysa alias putri Raine.Setelah menghancurkan banyak pasukan klan Royal p
Saat ratusan petir berwarna keemasan tersebut mengenai tubuhnya, Awan bisa merasakan jika kematian sedang menjemputnya saat itu juga. Listrik dengan daya jutaan volt, seperti ditembakkan ke dalam tubuhnya dalam satu waktu. Rasa sakitnya tidak terhingga dan membuat Awan merasa seperti dibunuh puluhan kali dalam satu waktu.Ini merupakan ujian kesengsaraan petir yang sangat langka dan hanya terjadi satu kali dalam beberapa abad.Tidak hanya tubuhnya yang serasa hancur total, seluruh panca inderanya seakan tidak berfungsi dan membuat semua lobang di tubuh Awan memancarkan cahaya putih terang dengan kilat kesengsaraan di dalamnya.Wus!Tubuh Awan mengejang hebat, sebelum akhirnya ia melihat cahaya yang sangat terang muncul dari atas langit. Saking terangnya, membuat Awan tidak bisa melihat dengan jelas. Sampai ia merasakan tubuhnya tiba-tiba melayang dengan sendirinya.Saat itu, tidak ada lagi rasa sakit, seperti yang ia rasakan sebelumnya. Yang ada hanya ketenangan total, layaknya perasa
Berbeda dengan Amanda, meski levelnya juga meningkat berkat ritual tersebut, sejatinya Amanda hanya mengulangi menaiki level yang sudah pernah ia naiki sebelumnya, berkat semua warisan serta memori ratu Iduna yang tertinggal di dalam dirinya.Lalu, setelah memperhatikan jejak energi Alis Singit yang tertinggal di lengan Arnold, Awan pun paham dengan apa yang sebenarnya telah dilakukan Alis Singit untuknya.Alis Singit rupanya telah menangkap sisa energi dari serangan Awan, saat mereka bertarung di pulau kabut Abadi. Lalu, dengan cara tertentu, Alis Singit menggunakan energi Awan dan menanamkannya ke dalam mantera yang ia tempel ke lengan Arnold.Tentu saja, semua itu tidak terjadi begitu saja. Jika tidak, Alis Singit tidak perlu repot-repot menanamkan mantera seperti itu pada Arnold dan ia bisa saja melakukannya sendiri. Alis Singit sudah memperhitungan pertarungan antara Awan dan Arnold dan mantera yang ditanam Alis Singit baru akan aktif, begitu terdesak oleh volume energi yang san
"Rhaysa." Panggil Awan lembut menyadarkan wanita yang sedang berada di dalam pelukannya.Tidak jauh dari tempat Arnold berdiri saat ini, tampak Awan sedang memangku tubuh Rhaysa alias Raine.Anehnya, Arnold tidak merasakan energi apapun dari Awan. Seolah Awan hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun dalam dirinya. Namun, mengingat Awan baru saja berhasil membuatnya terpental dan hampir mencelakainya, Arnold tidak berani berbuat gegabah dan memilih menunggu sambil mempelajari situasi yang sebenarnya.Di sisi lain.Mendengar namanya dipanggil, Rhaysa segera membuka matanya dan menemukan jika dirinya sedang berada dalam pelukan seorang pria. Beberapa saat yang lalu, Rhaysa sempat berpikir jika dirinya akan mati setelah terkena serangan mematikan Arnold.Serangan terkuatnya berhasil dihancurkan Arnold dan tidak berhenti sampai di situ, kekuatan kegelapan Arnold membuat seluruh indera Rhaysa menjadi tumpul untuk sesaat dan Rhaysa terjebak di dalamnya. Membuatnya mustahil
Begitu Arnold berhasil merapal puncak jurusnya, bayangan iblis raksasa bertubuh merah muncul dari atas langit. Aura Arnold terlihat mengerikan dan menekan seluruh pulau Arcadia. Mereka yang berada di luar penjara alam ruh sekalipun, bahkan bisa merasakan betapa mengerikannya aura kegelapan yang dipancarkan Arnold saat itu.Rhaysa yang melihat itu, diam-diam berdoa dan berharap jika Awan bisa mengatasi serangan Arnold. Anehnya, orang yang didoakannya masih terlihat begitu tenang. Seolah semua pertunjukan Arnold, hanya terlihat seperti pertunjukan mainan di matanya.Tidak seperti Arnold, Awan tidak terlihat merapal jurus apapun dan hanya melayang di udara. Ketenangannya, membuat siapapun sulit untuk menebak apa yang sedang dipikirkannya saat itu.'Apa yang direncanakan mas Awan sebenarnya? Kenapa mas Awan tidak menggunakan jurus apapun?' Pikir Rhaysa khawatir.Rhaysa mencemaskan jika reaksi Awan saat itu, karena berpikir bahwa serangan Arnold terlalu kuat dan membuat Awan hanya bisa pa
Saat dua orang dewa bertarung, alam hanya bisa menanggung kerusakan.Istilah seperti itu, sangat cocok untuk menggambarkan apa yang terjadi di pulau Arcadia saat ini. Begitu Arnold merapal jurus puncak kitab Paras Sewu, pulau Arcadia seketika berguncang hebat dan seluruh pulau dipenuhi oleh aura kegelapan.Perlahan, retakan-retakan besar banyak bermunculan di atas permukaan tanah dan semakin lama semakin lebar. Bangunan-bangunan megah keluarga Royal adalah yang pertama menjadi korbannya.Permukaan tanah yang tiba-tiba merengkah, mulai menelan bangunan megah ini ke dalamnya dan mereka yang telah mati dalam pertempuran besar hari itu, juga ikut tenggelam ke dalam tanah."Gempa? Kekuatan seperti apa yang mampu menimbulkan gempa sebesar ini?"Pasukan aliansi dan prajurit Istana Es Abadi, tidak bisa menutupi kecemasan dalam hati mereka. Tanpa ada yang memerintahkan, insting mereka seolah mendorong mereka untuk segera menjauh dari pusat pertarungan
Melihat keganasan jurus terkuat Arnold, ekspresi Awan langsung dipenuhi oleh konflik. Ia tidak takut dengan jurus maut Arnold, melainkan dampak yang akan ditimbulkan setelahnya, jika serangan mereka saling beradu. Tidak diragukan lagi, bentrokan serangan mereka, akan menimbulkan bencana yang sangat luar biasa dan dapat menimbulkan bencana alam. Tidak hanya pulau Arcadia, pulau-pulau dan juga negara yang berada di dekat pulau Arcadia akan ikut menanggung akibatnya. Saat itu, jatuhnya ribuan bahkan jutaan korban dari orang-orang tidak bersalah, tidak akan dapat terhindarkan.Tapi, untuk diam dan tidak melakukan apa-apa, juga bukan pilihan yang bijak. Orang seperti Arnold, jika dibiarkan hidup lebih lama, akan semakin merajalela dan membuat kerusakan di mana-mana.Untuk itu, Awan dipaksa untuk mengambil keputusan cepat, sebelum bencana mengerikan terjadi.Di tengah amukan badai kegelapan Arnold, aura keemasan menyelimuti tubuh Awan dan membuatnya terlihat sebagai satu-satunya cahaya di
Saat itu, Awan ingin melawan. Namun, begitu melihat semua pasukan istana Es Abadi dan juga Raine ditekan oleh kekuatan empat orang penjaga hitam Tanah Dewa, membuat Awan terpaksa harus menahan diri dan memikirkan jalan keluar lain."Apa kamu masih ingin menolak untuk berlutut di hadapan penjaga agung?" Bentak salah seorang penjaga hitam dengan nada mengintimidasi."Kamu didakwa telah mencampuri urusan duniawi terlalu jauh. Sebagai hukumannya, kamu dan seluruh orang yang mendukungmu akan dihukum sangat berat. Kultivasi kalian akan dilenyapkan dan siapa yang menentang akan dihukum mati." Lanjut salah seorang dari penjaga hitam dengan kalimat tegas."Sekarang, berlututlah dan akui semua kesalahanmu! Dengan begitu, kami mungkin saja akan mempertimbangkan untuk meringankan hukuman kalian!" Ucap penjaga hitam lainnya dengan nada angkuh."Berlutut?" Awan tertawa dingin mendengar perintah para penjaga hitam.Betapa tidak masuk akalnya keputusan mereka? Jika para dewa penguasa di tanah dewa b
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,