Segera, Axel segera menghubungi ayah dan pamannya. Dengan berapi-api, ia menjelaskan kalau dia sedang di aniaya."Siapa yang berani menyerang anakku? Mereka pasti sudah bosan hidup." Teriak Bernard Gumilar dari seberang sana.Begitupun dengan adik ayahnya, Andhika Gumilar yang selama ini telah banyak membantu karir Axel di dunia artis.Dua puluh menit kemudian, puluhan kendaraan datang dengan membawa seratus lebih pria berbadan tegap dan seperti orang yang siap berperang.Di depan mereka, berdiri dua pria paruh baya. Mereka adalah Bernard dan juga Andhika.Bernard membawa seluruh pasukan keamanan yang bekerja di perusahaannya untuk menyelamatkan Axel dan membereskan orang yang telah berani menyerang anaknya.Saat melihat Axel yang saat ini terbaring tidak berdaya dibawah kaki seorang perempuan, Bernard diliputi oleh amarah."Kalian... kalian berani menyakiti putraku?" Geram Bernard dengan menggertakkan giginya. Amarahnya siap meledakkan dan menghancurkan orang-orang yang dianggapnya
Seratus lebih anak buah Bernard, kompak menyerang ke arah Nami. Meski anak buah Nami hanya sepuluh orang, mereka bukanlah orang sembarangan. Karena mereka berada dalam pasukan elit Delta, mereka mewakili kekuatan klan Atmaja yang sebenarnya. Jika pasukan biasa dalam klan saja, dipilih dari mereka yang sudah teruji ketangguhannya. Apalagi mereka yang berada dalam pasukan elit klan! Begitu pertempuran antara dua kelompok ini pecah, pertunjukkan yang mengerikan segera tersaji. Ini merupakan pertarungan yang sangat tidak imbang, mengingat jauhnya ketimpangan jumlah pasukan di antara dua kubu. Satu orang anggota tim Delta harus berhadapan dengan sepuluh lebih anak buah Bernard. Namun, perbedaan jumlah bukan berarti mereka kalah dalam hal kualitas. Segera, perbedaan kualitas segera terlihat begitu pasukan Delta mengamuk dan membuat anak buah Bernard keteteran.Kekuatan mereka sangat jauh berbeda. Dalam satu serangan, dua sampai tiga orang anak buah Bernard berhasil dikirim terbang.Meski
Kaki Bernard seolah berubah menjadi jeli. Ia terkulai jatuh, seolah tidak memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya."Kak, a-aku sudah tamat. Aku- aku dipecat dan sekarang tim investigasi perusahaan sedang menyelidikiku. Aku bisa dipenjara jika perbuatanku sampai ketahuan." Ucap Andhika tanpa daya.Andhika baru selesai bicara dan tiba-tiba ponsel Bernard berdering. Panggilan itu dari istrinya, wajah Bernard tampak tegang begitu mendengar laporan istrinya.Istrinya memiliki usaha pabrik tekstil dan sekarang pabrik tersebut terbakar. Petugas DAMKAR tiba-tiba menjadi sangat sibuk, sehingga tidak ada yang dapat membantu menyelamatkan pabrik. Kecil kemungkinan, pabrik istrinya bisa diselamatkan.Padahal, istriya baru saja menghabiskan sebagian besar dana perusahaannya untuk membeli bahan dari Turki untuk kemudian di olah dan di ekspor pada pelanggan perusahaan mereka yang ada Amerika. Tidak berhenti sampai di situ, klien besar istrinya baru saja menelpon dan mengatakan bahwa kerjasama mere
Sejalan dengan tautan berita tentang Axel, di bawahnya ada rekomendasi berita yang berhubungan dengannya. Itu adalah berita pemecatan tidak hormat Andhika Gumilar dari posisinya sebagai wakil direktur Musica Studio, karena terlibat beberapa skandal.Lalu, ada berita tentang mega korupsi di perusahaan Alto Corp, perusahaan keluarga Gumilar. Status Bernard Gumilar ditetapkan sebagai DPO dan sedang diburu oleh pihak kepolisian dan KPK karena beberapa kasus korupsi dan penyuapan beberapa kepala daerah dan juga anggota dewan, demi memuluskan jalan bisnisnya selama ini.Awan terkejut mendapat serangkaian berita tersebut. Dia masih tidak percaya, jika semua itu dilakukan oleh Vannesa. Sampai ketika Vannesa mengirimkan pesan pribadinya, "Saya sudah membereskan mereka, bos."Karin yang berada di sebelah Awan, sempat membaca pesan tersebut. Ia terperangah, tidak menyangka jika Awan akan memiliki kekuatan semengerikan ini. Hanya satu perintah darinya, seluruh kekayaan dan usaha keluarga Gumilar
Awan sampai di kediaman Joe. Namun, saat masuk ke dalam gerbang, Nami dan pasukannya tidak ikut masuk ke dalam. Ia bersama Lana dan Chiya memilih berkelok ke arah taman.Saat Awan datang, ternyata bibinya dan juga adik sepupunya telah bersiap menyambut kedatangannya. Rini, bibinya telah diberitahu oleh Joe tentang kedatangan Awan hari itu. Tentu saja, mereka sangat bersemangat. Di rumah hanya ada mereka berdua serta beberapa pembantu. Noura, jam segini tidak akan berada di rumah. Ia dan Joe sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Semenjak kejadian penyerangan Noura sebelumnya, keluarga menjadi lebih protektif dengan tidak membiarkannya tinggal di apartemen seorang diri.Tapi, karena dasarnya Noura memang seorang yang sulit di atur dan suka hidup bebas, ia sering menghabiskan waktu di luar dan baru kembali saat sudah larut malam.Ini adalah kedatangan Awan pertama kali ke rumah mereka, semenjak ia kehilangan ingatannya. Beberapa hal tampak harus menyesuaikan. Misal, ekspresi Awa
"Yang sabar ya, nak! Yang penting, kamu jangan menyerah dan tetap terus berusaha." Ucap bibinya menyabarkan seraya mengelus lembut kepala Awan dengan penuh kasih sayang. Rini telah lama memperlakukan Awan layaknya anaknya sendiri. Meski kenyataannya ia memiliki dua orang anak perempuan, tapi yang dirasakan oleh Rini dan Joe, mereka memiliki tiga orang anak. Dimana Awan sebagai anak tengah mereka.Awan merasa tersentuh dengan perlakuan mereka terhadapnya. Meski masih tidak memiliki ingatan apapun tentang keluarga ini, ia bisa merasakan betapa dirinya dicintai oleh keluarga ini. Itu semua sudah cukup sebagai bukti, betapa ia diterima dalam keluarga bibinya."Terimakasih, bi. Mohon doanya!" Pinta Awan tulus."Padahal aku berharap kak Awan beneran jadian loh sama kak Karin. Jadi, teman-temanku gak berani nanyain kak Awan lagi." Seloroh Luna dengan gaya polosnya.Awan tergelak, namun di sebelahnya Karin langsung tersipu, dadanya kembali berdebar tidak menentu."Adek, kamu masih saja, ya!
Saat mereka datang, mereka disambut oleh dua orang tenaga keamanan. Mereka adalah orang-orang dari klan Atmaja.Semenjak kejadian dimana Lina, mamanya Renata hampir dilecehkan, Awan saat itu memerintahkan secara khusus orang-orang dari klannya untuk menjaga keamanan mama angkatnya tersebut."Selamat datang, ketua." Sambut mereka kompak.Awan menganggukkan kepala dan tersenyum ke arah mereka. Kendaraan yang dikendarai oleh Karin lanjut terus ke dalam, hingga berhenti di depan pintu masuk utama.Yang membukakan pintu dan menyambut mereka pertama kali adalah Inah. Dia merupakan satu-satunya pembantu yang masih setia bertahan hingga saat ini. Sekarang, berkat kesetiaannya itu, Inah dipercaya Awan untuk menjadi kepala pembantu di rumah tersebut dan bertaggung jawab khusus melayani dan menjaga ibu angkatnya."Tuan Awan, sudah sangat lama anda tidak ke sini. Padahal ada berita penting yang mau Inah sampaikan." Ujar Inah, ceriwis seperti biasanya.Namun saat itu, ia hanya mendapati ekspresi A
Klik."Silahkan masuk!" Ucap Inah mempersilahkan Awan dan yang lainnya masuk ke dalam kamar.Inah tampak bersemangat ketika membawa Awan bersamanya. Di dalam sana, seorang wanita dewasa berusia hampir lima puluhan, namun masih terlihat begitu cantik, dalam keadaan setengah berbaring di atas ranjang, sedang menatap Awan dengan mata penuh kerinduan."Awan, anakku... akhirnya kamu datang!" Sambut Lina haru. Kondisinya masih belum pulih seratus persen, karena sebelumnya ia terlalu lama terbaring di ranjang. Sehingga, perlu waktu untuk membuat seluruh fungsi gerak tubuhnya bisa kembali bekerja dengan normal. Jadi, yang bisa dilakukan mama Lina hanya membentangkan kedua tangannya ke arah Awan.Awan sempat ragu, tapi segera Karin menyenggol lengannya dan memberi kode padanya. Awan segera tahu apa yang harus dilakukannya, ia berjalan ke arah mama Lina dan menyambut gapaian tangannya dan membalas pelukan mama Lina.Ibu mendiang Renata tersebut memeluk Awan dengan sangat erat, seolah ia sudah
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,