Kembali ke pertarungan antara dua komandan Pasukan Bintang melawan komandan Pasukan Sanctuary, Alexis vs Adios. Jurus tombak yang diperagakan oleh dua orang dewa perang terkuat ini, menampilkan pertunjukkan yang tidak kalah hebat dengan pertarungan Abimana sebelumnya. Tidak hanya tajam dan mematikan, jurus tombak keduanya memiliki daya hancur yang sangat mengerikan untuk area sekitar mereka. Semenjak pertarungan keduanya dimulai, banyak lobang berukuran besar bermunculan di lokasi sekitar pertarungan mereka. Meski begitu, keduanya masih tampak sama-sama kuat. Dalam hati, Adios mulai gelisah. Karena setelah puluhan menit pertarungan mereka, ia masih belum berhasil mengalahkan Alexis dalam pertarungan satu lawan satu seperti itu. Pertarungan dalam durasi lama, jelas tidak menguntungkan bagi dirinya, karena ia harus segera berada di sisi ketua klannya dan membantu untuk mengaktifkan formasi jebakan naga yang telah mereka persiapkan untuk menghadapi gempuran pasukan aliansi Sanjaya-Pit
*** Sangat kuat! Alexis sampai memuntahkan beberapa teguk darah kental dari dalam mulutnya dan ia merasakan beberapa tulang dadanya ada yang patah, akibat terkena serangan terakhir tersebut. Untuk beberapa saat lamanya, Alexis kesulitan untuk bangun dan bernapas dengan normal. Sampai, ia berhasil menstabilkan pernapasannya dan bangkit, meski sedikit tertatih. Alexis segera mencari tahu. sosok kuat yang baru saja berhasil mematahkan serangannya dan juga menjatuhkannya. Seorang pria dengan penampilan kalem tampak berdiri tidak jauh di depannya. Auranya sulit dijelaskan dengan kata-kata, namun membawa dominasi yang tidak terkatakan. Bahkan, hanya dengan merasakan auranya saja, sudah mampu membuat seorang Alexis Sanjaya tertekan. Alexis sudah berada dipuncak level Grand Master. Namun, ia masih merasakan tekanan yang sangat kuat dari lawan. 'Tidak salah lagi. Orang ini berada di level Unrivalled.' Adios menjadi khawatir dan gentar di saat bersamaan. Bagi seorang kultivator tingkat ti
Kali ini, Alexis menggunakan salah satu jurus rahasianya. Ini merupakan salah jurus andalannya dan sangat jarang ia gunakan.Saat Alexis mengangkat tombaknya ke udara, ratusan tombak muncuk di udara dan bergerak liar mengikuti arah gerakan Alexis. Tidak hanya jumlah, aura yang berada di sekitar Alexis juga turut berfluktuasi dengan sangat cepat dan menjadi sesak oleh ledakan energi tombak Alexis.'Seribu tombak penghancur bumi?'Diam-diam, Ray Elbar mulai serius memperhatikan perubahan jurus Alexis dan ia segera mengenali jurus yang diperagakan Alexis saat melihat bayangan ribuan tombak muncul seiring dengan jurus yang sedang dirapal oleh Alexis.Meski di luar terkesan cuek dan tidak serius, Ray tidak bisa menganggap enteng kemampuan jurus tersebut. Ray Elbar tidak menyangka, jika ia akan melihat salah jurus legendaris dalam klan Sanjaya itu saat ini.'Menarik! Dia pantas menyandang gelar dewa perang terkuat dalam klan sanjaya. Aku penasaran, seber
Krak, krak!Boom.Ray Elbar bersama perisai kura-kura emasnya jatuh dan menghantam Alexis yang sedang berada dalam cangkang bekas Ray Elbar sebelumnya. Kondisi cangkang kura-kura emas tersebut sudah sangat rapuh akibat serangan Alexis sebelumnya, sehingga tidak mampu bertahan lama begitu mendapat tekanan besar dari serangan Ray Elbar.Di dalamnya, Alexis tidak tinggal diam dan menunggu kematiannya begitu saja. Alexis berjuang dengan mengerahkan seluruh sisa kekuatannya. Tampak petir hitam dan aura merah darah menyelimuti seluruh tubuhnya dan seisi cangkang kura-kura emas. Tampak dua kekuatan besar yang saling tumpang tindih dan menyebabkan tanah di sekitar mereka ikut berguncang hebat.Dengan kekuatan yang tersisa, Alexis Sanjaya tidak bisa bertahan lama. Segera, pijakan Alexis tampak goyah dan ia terpaksa jatuh berlutut setengah kaki. Meski begitu, Alexis tidak ingin menyerah begitu saja, ia mengerahkan segala upayanya untuk terus berjuang.Kraak.Terdengar bunyi retakan tulang yang
"Ketua, apa anda datang seorang diri?" Tanya komandan Bintang penasaran, karena ia tidak melihat siapapun bersama Awan. Di tengah pertarungan hebat yang sedang terjadi di sana, sebagai komandan Bintang, Alexis penasaran bagaimana dengan nasib pasukan aliansi mereka yang terpisah sebelumnnya. Awan menoleh ke belakang sesaat dan berkata, "Tidak! Aku sengaja pergi lebih dulu. Seharusnya mereka sudah sampai." "Mereka?" Ujar komandan Bintang heran. Alexis tidak menemukan siapapun di jalur yang dilewati Awan sebelumnnya. "Yah, sebelumnya aku berhasil menyelamatkan pasukan biru dan juga pasukan merah yang sedang bertempur bersama klan Pitaloka. Mereka masih ada ratusan... hmn.." Awan belum selesai meneruskan kalimatnya, saat merasakan goncangan sangat besar datang dari arah yang ia lewati sebelumnya. "Ribuan?" Seru Awan terkejut melihat banyaknya pasukan yang datang bersama komandan pasukan Merah. Tidak! Itu bukan hanya pasukan aliansi. Di sana juga ada empat klan Jepang dengan memb
Di langit, petir dengan dua warna berbeda saling bertabrakan dan membuat bumi seakan menghadapi bencana besar, saat Awan dan Ray saling beradu kekuatan. Kekuatan keduanya berada di ranah yang berbeda di antara semua orang di medan tempur saat itu dan membuat pertarungan keduanya terlihat begitu mencolok dibanding yang lainnya. Area ratusan meter dari keduanya segera dikosongkan. Lagian, siapa orangnya yang cukup gila untuk berada di dekat dua raksasa yang sedang mengamuk seperti mereka?Kerusakan yang terjadi di sekitar mereka, sudah tidak bisa digambarkan. Tanah di bawah mereka terlihat seperti baru saja dibalik oleh kekuatan besar. Hingga beberapa puluh menit berlalu, masih belum ada yang bisa menebak, siapa yang lebih baik dari dua orang ini. Sermentara itu, badai besar dan petir, silih berganti mewarnai pertarungan keduanya.Ekspresi Ray tampak tidak senang. Ia telah menguji Awan dengan beberapa jurus tingkat tinggi. Namun, kepala klan Sanjaya tersebut selalu saja bisa mengimba
"Kamu mungkin bisa memanggil makhluk mistis naga. Tapi, apa kamu bisa mengendalikan kekuatannya?" Cibir Ray meremehkan kemampuan Awan. Makhluk mistis bukanlah sesuatu yang mudah dikendalikan dan selain itu, mereka juga bukan makhluk yang penurut, yang bisa dikendalikan begitu saja.Ray menangkupkan kedua tangannya ke depan dada dan sebuah bola energi besar berwarna biru keemasan muncul di mulut Wariga dan siap untuk ditembakkan ke arah Awan.Satu hal yang tidak diketaui oleh Ray saat itu, adalah Awan bukan hanya sekedar bisa menggunakan kekuatan Naga, tapi juga telah membuat kontrak jiwa dengan naga sebenarnya.Melihat itu, Awan tersenyum acuh tak acuh, "Tembakan api? Kalau soal api, aku masih bisa melakukannya dengan lebih baik darimu!"Awan mengingat cara Dinara menembakkan api dari dalam mulutnya ketika terakhir kali dan itu merupakan salah satu kemampuan andalan dari sososk naga. Dengan mengingat setiap prosesnya dengan hati-hati, Awan membayangkannya dan coba melakukan hal yang s
"Berhentilah mencoba dan menyerah saja! Seperti apapun kamu coba menghancurkannya, nyatanya, kamu tidak membuat kemajuan apapun!" Cibir Ray Elbar mengejek semua usaha Awan untuk menghancurkan perisai pertahanan absolutnya. Jurus perisai pertahanan Ray yang merupakan ajaran dari Wariga, memiliki tujuh tingkatan berbeda. Level pertama adalah perisai emas Wariga. Komandan Bintang klan Sanjaya telah mencoba menghancurkan pertahanan ini sebelumnya dan Alexis tidak berhasil meski telah mengerahkan semua kekuatannya. Namun, Awan berhasil menghancurkannya dengan api birunya saat pertama kali datang. Apalagi, Awan juga bisa menggunakan semburan api naga yang 'aneh', membuat Ray tidak berani meremehkannya dan menghindari resiko yang tidak perlu dan selanjutnya, ia berpikir untuk langsung menggunakan jurus pertahanan puncaknya, 'Pertahanan Absolut Wariga'. Jurus ini terbentuk oleh energi murni Wariga yang ia warisi dan juga penyerapan kekuatan alam. Ini juga pertama kalinya Ray menggunakan ju
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,