Awan menendang Richard ke depan, hingga ia tersungkur di lantai.Richard terlihat tidak berdaya dan berkata, "Ma-maaf, bos. Tapi, orang ini yang memaksaku!""Kamu, apa yang coba kamu lakukan? Apa kamu pikir, negara ini tidak punya hukum? Hah!" Tunjuk Prabowo pada Awan."Aku akan memanggil petugas keamanan dan membuatmu menyesali perbuatan sok beranimu ini." Ancam Prabowo dan tangannya sudah bersiap memencet tombol telepon di atas mejanya untuk mengubungi keamanan. Blub.Entah darimana datangnya, sebuah sinar berwarna biru melesat ke arahnya dan menembak kabel telpon di mejanya."Jangan buru-buru! Saya datang hanya ingin menanyakan seseorang pada anda."Saat mengucapkan hal itu, Awan baru saja selesai menekan tombol off di kamera ponselnya.Dengan mata bathinnya, Awan bisa melihat apa yang terjadi dalam ruangan sebelum ia membuka paksa ruangan Prabowo sebelumnya. Karena itu, Awan sudah menyiapkan kameranya sedari awal sebagai alat untuk mempermudah misinya menggali informasi dari Prab
Johan terlihat begitu bersemangat, setelah apa yang diinginkannya berhasil didapatkannya. Johan memerintahkan salah seorang pengawal khususnya untuk menculik Calista. Meski begitu, Johan sama sekali tidak menduga jika Calista memiliki pengawal rahasia yang melindunginya secara diam-diam. Entah itu adalah pengawal Calista, atau pengawal yang disuruh oleh orang lain untuk menjaganya. Jika saja, Johan menyuruh bodyguardnya yang menculik Calista, bisa dipastikan mereka akan gagal. Beruntung bagi Johan, ia membawa pengawal khusus keluarganya bersamanya dan pengawalnya berhasil melumpuhkan dua orang pengawal Calista. Sebenarnya, sempat terlintas rasa penasaran dalam hatinya tentang identitas pengawal tersebut. Hanya saja, bayangan tentang kecantikan Calista, telah membutakan kewaspadaannya. Selanjutnya, Johan tidak sabar untuk segera memetik hasil usahanya. Hanya saja, saat ia kembali ke tempat keluarganya menginap, adik perempuan Johan ternyata sudah menunggu di lobby masuk hotel sa
"Bisnis keluarga Walton bergerak dalam bidang farmasi dan manufaktur. Tapi, bisnis utama utama mereka adalah farmasi.""Aku menemukan catatan kunjungan mereka ke beberapa perusahaan farmasi di beberapa kota. Melihat dari pergerakan mereka, ada kemungkinan mereka akan berinvestasi di sana atau bahkan mengakuisisi perusahaan-perusahaan ini.""Selain itu, aku juga menemukan informasi waktu kedatangan keluarga Walton, lima hari yang lalu, pukul satu siang.""Kedatangan mereka, dipimpin langsung oleh kepala keluarga Walton sendiri, Haris Walton. Putranya, Ariyon Walton dan dua anak Ariyon, Johan dan Jessica Walton. Selain mereka, ada lima orang anggota keluarga lainnya dari keluarga cabang Walton, enam belas orang dengan nama asing yang kemungkinan adalah pengawal mereka. Detailnya sudah aku kirimkan ke mail anda, bos." Lapor Rose dari seberang sana.Saat ini, Rose sudah tidak tinggal di villa Awan lagi. Semenjak Awan memberinya modal pada Rose untuk membangun lembaga independen yang mengk
Semula, mereka mengira akan segera melihat perusuh yang coba menganggu pertemuan penting mereka. Namun, mereka tidak menyangka akan melihat beberapa tubuh dilemparkan ke dalam ruangan dengan cara yang begitu kasar.Bug, bug.Total ada delapan orang yang dilemparkan ke dalam ruangan dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri.Saat Ariyon melihat lebih jelas, ia segera menyadari bahwa mereka yang barusan dilemparkan seperti barang tidak berharga itu adalah para pengawalnya. Hal itu membuat ekspresi Ariyon merah padam."Siapa yang berani melakukan ini?" Teriak Ariyon marah.Johan lain lagi. Melihat para pengawal keluarganya diserang dan dilumpuhkan, ia mendapat firasat buruk dan menduga jika masalah ini ada hubungan dengan Calista yang telah ia culik. 'Sial, apa mereka datang untuk wwanita itu?' Pikir Johan gelisah."Johan, kenapa kamu gelisah begitu? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dan membuat masalah lagi di luar sana?" Tanya Jessica curiga ketika melihat kakak lelakinya berdiri tidak te
Ariyon melirik Johan dengan ujung matanya dan melihat wajah gelisah putranya.Ariyon segera menatap tajam Johan dan mengisyaratkannya untuk diam. Semakin Johan membela diri, orang akan melihat bahwa memang ada sesuatu yang coba dirahasiakan oleh Johan. Segera, Ariyon menyadari bahwa putranya itu lagi-lagi telah melakukan kesalahan dan telah menyinggung seseorang di luar sana. Ariyon marah. Namun, demi menjaga gengsi keluarganya, ia menahan diri untuk menyalahkan putranya.Selanjutnya, bukan hanya tidak menyalahkan putranya, Ariyon justru bersikap bak negosiator ulung dan menganggap bahwa segala sesuatunya bisa diselesaikan dengan uang dan status istimewanya. Sambil mempertahankan ekspresi ramah yang dibuat-buat, Ariyon berkata, "Nona, aku bisa membantumu untuk membujuk putraku dan mengembalikan teman wanita, tuan muda kalian. Jika, memang putraku menculiknya. Tapi, permintaan kedua kalian, bukankah itu terlalu berlebihan?"Xynthia bersikap tidak peduli dan berkata, "Apa kalian pikir
"Bukankah sudah ku katakan untuk menunggu kami sebelumnya?" "Kenapa kalian malah bertindak gegabah dan memaksa menyerang duluan?" "Jika kami tidak datang, siapa yang akan menyelamatkan kalian berdua?" Cecar Lana marah melihat Chiya dan adiknya tidak mengindahkan instruksinya dan berakibat, terlukanya mereka berdua. "Awan-san, Lana-chan, maaf!" Chiya menunduk dan merasa bersalah. Namun, lain halnya dengan Xynthia yang senyum-senyum tanpa merasa bersalah. Ia coba merajuk pada Awan dan berpikir bahwa tuan mudanya itu tidak akan memarahinya, sama seperti kakaknya. "Kan kami mau membersihkan jalan buat tuan muda." "Membersihkan apanya? Kalian malah membuat keadaan menjadi tambah kacau! Kalau kalian terluka parah atau lebih buruk lagi, bagaimana kalian berdua akan mempertanggungjawabkan tindakan kalian pada tuan muda?" Xynthia menatap Awan dengan tatapan memohon perlindungan darinya. Awan menjitak kepala Xynthia, sebelum mengusapnya seperti biasanya, "Xynthia, kamu harus dengar apa y
Awan tertawa ketika melihat tatapan semua orang tertuju pada dirinya. Apalagi tatapan itu mengisyaratkan bahwa dirinya seolah benar-benar melakukan apa yang dituduhkan oleh Jesscia sebelumnya."Hahaha, menarik-menarik! Kalian justru tertarik tentang hubunganku dengan temanku yang diculik oleh Johan Walton, ketimbang mencari tahu fakta yang sebenarnya.""Aku tegaskan, Johan Walton telah menculik temanku. Terlepas bagaimana penilaian kalian atau semua orang tentang hubunganku dengan wanita yang ia culik, jika kalian memang mencurigainya. Aku sama sekali tidak peduli." Lanjut Awan acuh tak acuh dan membuat senyum percaya diri Jessica sebelumnya, langsung memudar.Jessica tidak pernah berpikir bahwa Awan akan setidak peduli itu dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Meski di sana ada paman dari tunangannya dan juga atasannya di Divisi Zero.Meski begitu, Jessica tidak berhenti sampai disitu. Ia kembali menyerang Awan dengan permainan kata-katanya, "Tuan Awan, bagaimana tidak bermor
Awan tersenyum dingin. Dengan kemampuannya, merupakan hal yang sangat mudah baginya untuk mendengarkan apa yang dibisikan oleh Jessica pada Ariyon.Sekarang, mendengar langsung ucapan oleh Ariyon, Awan yakin kalau mereka pasti memandang remeh dirinya karena telah tegas mengatakan bahwa ini adalah urusan pribadi antara mereka sedari awal dan membuat keluarga Walton berpikir, kalau dia sama sekali tidak punya kompetensi yang bisa membuat mereka takut.Karena itu, Awan segera berkata, "Aku bisa mempertimbangkan syarat terakhirku. Hanya saja, putramu bukan saja menculik temanku dengan niat buruk. Pengawal yang ia kirim, bahkan membunuh salah satu pengawalku dan meninggalkan satu orang lainnya dalam keadaan kritis.""Jadi, berhentilah membuang waktuku!" Lanjut Awan tegas."Berhentilah membual, bajingan! Mana buktinya, kalau aku menculik pelacurmu, hah?" Teriak Johan masih berusaha menutupi kesalahannya. Ia tidak ingin membuat semua orang berpikir, kalau dia adalah penculik. Karena itu, bag
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,