"Tuh kan, Aku bilangin juga apa Kak? Seharusnya kita langsung aja masuk dari pintu depan, itu lebih keren!" Xynthia tampak cemberut.
"Siapa bilang cara ini gak keren? Bahkan mereka yang bodoh ini tidak ada yang menyadari kalau kita sudah ada disini."
Dua wanita yang saat itu sedang asik berdebat adalah Lana dan Adiknya, Xynthia. Bahkan saking asiknya, keduanya tidak mengindahkan tatapan membunuh dari orang-orang disekelilingnya.
"Siapa kalian? Bagaimana kalian bisa masuk kesini?" Tanya Master Jade kesal karena dia tidak dianggap sama sekali oleh dua gadis cantik didepannya. Bahkan keduanya masih asik meneruskan perdebatan yang tidak penting itu tanpa menghiraukan keberadaan mereka disana.
Penghinaan macam apa ini ?
Bagaimana bisa mereka menerimanya? Mereka adalah pasukan The Shadow dan untuk pertama kalinya mereka tidak diindahkan dan yang melakukannya adalah dua orang gadis yang masih ingusan dimata mereka. Bahkan sekela
Melihat Lana dan juga Xynthia, mengingatkan Awan pada Neo. Gadis bermata sipit itu juga keluarga pelayan dalam klan Yamada dulunya, sebelum akhirnya Kenshin Yamada yang menjadi kepala keluarga Yamada menghadiahkan Neo pada Awan setelah memenangkan pertarungan dengan pangeran keluarga Yamada, Kunisada. Jika menilik situasinya, situasi antara Neo dengan Lana dan Adiknya tampak sama. Sama-sama terlahir dari keluarga yang melayani keluarga utama. Bedanya, status strata di keluarga Yamada atau mungkin keluarga besar lainnya di Jepang begitu kentara, sementara di keluarganya lebih longgar dalam membuat batasan. Seperti halnya Awan, Ia selalu menganggap ketiganya sebagai temannya ketimbang sebagai pelayan. Bahkan Awan mulai membandingkan siapa diantara Lana atau Neo yang terkuat, Xynthia mungkin akan belum dihitung karena kemampuannya masih dibawahnya Lana. Lana memiliki kelincahan dan pukulan mematikan yang berasal dari jurus pelayan kuno Tiongkok yang telah diwari
Hanya Awan yang masih terlihat tenang ketika melihat pertarungan antara Lana dengan Master Jade. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan pertarungan dengan intensitas tinggi didepannya dan seolah sudah bisa menebak hasil akhir dari pertarungan tersebut. Walau dari apa yang terlihat, Master Jade begitu mendominasi dengan kekuatan berdaya ledak tinggi layaknya seorang hercules. Tapi sampai detik ini Ia masih belum mampu untuk memasukan satupun pukulan pada lawannya.10 menit berlalu, pertarungan mulai terlihat membosankan dimata Awan. Karena walau Lana berhasil menghindari semua serangan Master Jade, ternyata tidak otomatis membuat posisinya jadi unggul. Karena setiap pukulan balasannya seperti tidak memberi dampak apa-apa ditubuh lawan, seolah tubuh Master Jade terbuat dari baja."Lana, jangan membuatku menunggu lebih Lama. Bertarunglah yang serius." Teriak Awan mulai tidak sabar.Mendengar itu, Master Jade dibuat terkejut. Sedari tadi Ia sudah sangat seriu
Ketegangan mulai melanda Master Jade, padahal Ia sudah dalam mode monster tapi kenapa kekuatannya justru tidak bisa menandingi kemampuan lawannya? Berapa usia pemuda ini ? Bahkan usianya baru awal 20an, tapi kekuatannya seperti diluar nalarnya.Dalam organisasinya sendiri, walau hanya berpangkat kapten pasukan terbawahThe Shadow, tapi jika sudah menggunakan mode monster seperti sekarang ini maka kekuatannya sudah layak untuk menjadi kapten divisi atasnya.Tapi meski secara sebutan kekuatannya sudah dianggap begitu menakutkan, namun semua itu seakan tidak ada artinya dihadapan Awan. Tidak hanya bisa memukul lawannya, tapi sekarang satu tangannya seakan terkunci mati oleh kekuatan yang sangat besar.Tidak peduli seberapa keras usaha Master Jade untuk coba melepaskannya, namun tangannya tidak beranjak sama sekali. Ketakutan mulai melanda Master Jade, sepertinya dia telah salah mencari lawan selama ini. Jika semula Ia menyangka, hanya divi
Satu tamparan, sepertinya nasib Jason sudah ditentukan. 'Tidak salah lagi, mereka datang untuk dirinya.' Pikir Jason cemas. Keputusasaan tampak jelas dimatanya, andai waktu bisa diputar kembali.Jason tidak menyerah begitu saja, dengan segala upaya Ia mencoba memohon Awan untuk keselamatan hidupnya, "Saya salah, ta-tapi saya hanya menjalankan perintah dari Dark Side. Saya adalah korban, sa-saya terpaksa mengkhianati keluarga saya di Sky Light. Mereka adalah keluarga saya, tapi Dark Side memaksa saya untuk mengkhianati mereka. Saya tidak berdaya dan terpaksa mengikuti perintah mereka. Kalau tidak... kalau tidak mereka akan membunuh saya.""Perintah? Jason bangsat! Kamu sendiri yang mengusulkan diri untuk menerima misi ini.." Sela salah orang temannya. Mereka tahu, jika mereka telah diampuni dengan mamatahkan salah satu tangan mereka sendiri. Tapi mendengar Jason memuntahkan omong kosong dan membuat drama seolah dia adalah korban dari kejahatan
Kemampuannya dalam menyembunyikan keberadaannya sudah menjadi kelebihan yang tidak setiap ahli memilikinya. Jika bukan karena ada kekuatan Huo dalam dirinya, mungkin Awan juga luput menyadari keberadaan pria ini sebelumnya. Walau setelah melihat dari dekat pria tersebut, Awan merasakan perasaan yang berbeda. Dia seperti memiliki kedekatan dengan pria tersebut, namun Ia juga tidak bisa mendeskripsikan kedekatan seperti apa yang dirasakannya. "Jadi, bisa jelaskan. Anda siapa? dan apa yang anda inginkan?" Tanya Awan dengan nada lebih melunak dari sebelumnya. "Saya.. Tobias.. Tobias Wijaya." Kening Awan berkerut ketika mendengar pria misterius tersebut menyebutkan namanya. Seakan mengerti dengan arti kerutan di dahi Awan, Tobias melanjutkan, "Seharusnya kamu sudah bisa menyimpulkan siapa saya, karena kamu juga pernah menggunakan nama belakang yang sama, walau tidak dalam waktu yang lama." Deg Awan mulai paham, perasaan dekat sepert
Lingkar mata Awan tampak sedikit menghitam dengan mata agak kuyu akibat kurang tidur. Bukan karena menikmati melon semalaman, justru Ia terpaksa begadang diruang tamu sendirian karena menunggu melon yang Mikha janjikan namun tidak kunjung datang.Sekembalinya ke apartemen, Awan cukup kelaparan. Beruntung dua wanita yang saat itu sedang menunggui kepulangannya begitu pengertian. Beberapa menu makanan yang ada diatas meja begitu menggugah seleranya.Mungkin karena perjalannya malam itu cukup menguras energinya, belum lagi Mikha telah menjanjikan melonnya untuk disantapnya. Sehingga tidak butuh waktu lama, semua makanan diatas meja berhasil disantapnya.Setelah menghabiskan begitu banyak makanan, Awan memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menertibkan cacing-cacing diperutnya yang ikut kekenyangan. Dalam pikiran, Awan sudah membayangkan melon supernya Rose, tapi jelas itu diluar jangkauannya.'Tidak ada melon super, melon standar pun jad
"Jadi kenapa kamu tidak menghubungi saya kemarin?" Tanya Calista ketika Awan baru saja duduk dalam ruangannya. Tempat ini sengaja dipilih Calista untuk menghindari gosip-gosip yang tidak perlu seperti yang beredar saat ini.Padahal kemarin itu, Ia hanya menarik Awan pergi karena mau mengajak pemuda tersebut untuk membeli mobil bersamanya. Walau terkesannya mereka seperti sedang bergandengan tangan dan entah siapa yang memulai, gosip-gosip liar mulai bermunculan dari mulut-mulut yang tidak bertanggung jawab. Utamanya dari mereka yang selama ini jadi penggemar garis kerasnya Calista.Calista sendiri adalah tipikal orang yang tidak peduli dengan gosip-gosip yang tidak penting. Prinsipnya, selama itu tidak merugikannya secara langsung maka Ia tidak akan mengindahkan ucapan orang lain."Saya tidak punya nomor kamu Cal." Ucap Awan lesu."Cal, cal.. ini dikampus, kamu harus manggil saya Bu." Kata Calista sedikit judes.'Duh, nih betina maunya
Ketika Awan kembali ke kantornya, ternyata Zack Lee sudah menunggunya didepan ruangannya. Melihat dari sikapnya, Awan tidak akan heran lagi jika apa yang akan dibicarakan Zack padanya memanglah suatu hal yang sangat penting. Karena ini diluar kebiasaan Zack untuk menyambutnya secara langsung."So, ada hal penting apa yang paman ingin bicarakan denganku?" Tanya Awan langsungto the pointdan melewatkan basa basi yang tidak perlu, begitu mereka berdua duduk dalam ruangan Awan.Zack menghela nafas sejenak, lalu mengajukan sebuah surat kepada Awan.Ketika Awan menerima surat dari Zack, keningnya sedikit berkerut heran ketika membacanya sekilas, "Surat pengunduran diri? Apa maksudnya ini paman?" Tanya Awan terkejut dengan pengunduran diri Zack yang begitu tiba-tiba.Zack tidak langsung menjawab pertanyaan Awan, melainkan meraih kertas note diatas meja sembari mengeluarkan penanya. Sepertinya, ada suatu hal yang tidak bisa d