"Kamu tahu sendiri, kakakmu itu lebih suka tinggal di Apartemennya. Jadi, kami tidak tahu pasti siapa yang ditemuinya sehari sebelumnya."
"Meski begitu, Ia tidak pernah melewatkan seharipun untuk mengubungi kami, paling tidak adiknya untuk sekedar menanyakan kabarnya."
"Tapi, dua hari ini Noura tidak memberi kabar sekalipun. Semalam dia mengirim sebuah pesan WA pada bibi, isinya kami tidak usah mencarinya karena dia akan kembali. Bibi sedikit lega karena dia sudah memberi kabar, namun siapa yang menyangka jika Noura akan mengalami nasib seperti ini." Terang Rini sambil terisak, Ia menyodorkan hpnya pada Awan dan memperlihatkan pesan WA dari Noura.
"Selama dua hari tidak ada kabar, apa paman Joe tidak mencari kak Noura?" Meski terkesan menyudutkan, namun Awan hanya ingin mengetahui gambaran utuh tentang menghilangnya Noura.
Saat ini yang paling dibutuhkan adalah ketenangan, agar mereka bisa mengambil kesimpulan yang jelas sebelum memutuskan tindakan apa ya
Joe sendiri tidak tahu apa yang hendak dilakukan oleh Awan, tapi jelas kalau ponakan mereka itu sangat tahu apa yang sedang dilakukannya. Karena itu Ia tidak berniat menganggunya dan membiarkan Awan berkonsentrasi melakukan apa yang hendak dilakukannya."Mas?" Panggil Rini menatap Joe tidak mengerti.Joe hanya membalas dengan sedikit anggukan kecil dan memberi kode untuk tidak menganggu Awan saat ini. Ia pun membawa Rini agak menjauh dan kembali duduk di sofa, dimana Luna sendiri sudah terlihat ketiduran karena kelelahan setelah seharian tidak istirahat karena mencemaskan keadaan kakaknya.Dengan adanya Awan, seluruh keluarganya sudah lengkap disana. Itu membuat Luna sedikit tenang, sehingga Ia bisa beristirahat seperti sekarang. Meski kondisi Noura masih belum stabil, tapi Ia percaya, dengan berkumpulnya semua keluarganya disana, maka keadaan kakaknya itu akan menjadi lebih baik dan Ayah serta juga Kakak Awannya pasti bisa membalas orang-orang yang telah menyak
... Keesokan harinya, Calista mengajar disebelah kelas Awan. Meski Ia sudah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan fokusnya untuk mengajar dikelas, tapi tetap saja bayangan tentang ciuman itu masih saja menghantui pikirannya. Tidak peduli seberapa keras Calista coba melupakannya. Saat Ia keluar, Ia sempat mengintip kekelas Awan. Ternyata Awan juga tidak ada di kelasnya hari ini. Sudah dua hari Awan tidak datang ke kampus, Calista mau tidak mau bertanya-tanya, 'Ada apa dengan Awan? Kenapa dia tidak masuk lagi hari ini?' Sempat terpikirkan olehnya, apa Awan merasa bersalah karena telah menciumnya? Sehingga Ia tidak masuk ke kampus selama dua hari terakhir? Saat Ia kembali ke dalam ruangannya, Calista mengambil hpnya dan terlihat ragu untuk mengirimi Awan pesan. Namun rasa pedulinya mengalahkan rasa marahnya saat ini, Calista mengirim sebuah pesan pendek, "Kamu dimana? Kenapa tidak masuk kuliah?" Calista diam sejenak, Ia tampak seperti g
Meski hanya sekedar perform untuk persiapan mega konser yang akan diselenggarakan dua hari kedepan, namun Hanna tetap tampil maksimal dan itu membuatnya terlihat begitu totalitas. Kehadiran Hanna sendiri dalam latihan ini memberi warna tersendiri, Ia tampak begitu bersinar diantara para penyanyi lainnya.Siapa yang tidak bersemangat ketika mereka bisa perform bareng sang Diva yang sedang naik daun itu, banyak para penyanyi tanah air yang mendambakan bisa tampil bareng dengan Hanna. Sekarang kesempatan itu terbuka lebar dan itu membuat setiap orang berusaha untuk mengeluarkan kemampuan terbaik mereka, agar penampilan mereka tidak malu-maluin sebagai tandem sang diva nanti.Hanna sendiri, meski berstatus sebagai Diva. Namun dia terlihat begitu humbel dan rendah hati. Ia bisa membaur dengan para penyanyi lainnya, meski kebanyakan dari para penyanyi tersebut adalah pendatang baru dalam dunia hiburan. Sikap low profile Hanna, membuat setiap orang terlihat beg
"Kak, tungguu.. Jangan cepat-cepat jalannya, capek tauu." Ujar Hanna sambil menyusul langkah Rachel."Loh, kakak kira kamu gak ada capeknya? Masih terlihat bersemangat gitu.""Yee, emang aku manusia super apa? Latihan seharian, yah pasti capek lah. Aku tuh bersemangatnya, karena ini demi Kak Awan." Ucapnya dengan wajah tersipu. Rasanya Hanna sudah tidak sabar memotong dua hari dan langsung loncat ke hari konsernya dan bertemu Awan nanti."Kakak sudah memberi tiket yang kutitipkan sebelumnya pada Kak Awan kan?" Tanya Hanna memastikan."Sudah.""Kak Awannya juga sudah memastikan bisa datang kan?""Iya, sudah.""Kak Awan tau kalau itu konsernya Aku kan?""Iya, dek. Sudaahh.." Jawab Rachel greget.Hanna kalau sudah membahas Awan pasti tidak akan ada habisnya, 'apa Ia segitu cintanya sama Awan ya?' Pikir Rachel tidak mengerti.Rahcel hanya bisa geleng-geleng melihat harapan besar adiknya tersebut terhadap Awan.
Saat Awan masih menunggu Noura, Devi masuk ke dalam ruangan. Setelah menyapa bibinya dan yang lainnya, Devi berjalan ke arah Awan.Devi berbicara pelan untuk melaporkan sesuatu pada Awan, "Kami sudah menemukan tempat persembunyian mereka."Mendengar itu, mata Awan tampak menyala. Selama dua hari terakhir Ia telah memerintahkan seluruh orang dalam klannya untuk mencari tempat persembunyian orang-orang yang menyerang Noura, akhirnya usaha mereka membuahkan hasilnya.Saat Awan berhasil masuk ke dalam alam bawah sadar Noura, Ia berhasil mengidentifikasi musuh yang telah menyerang Noura. Dia adalah Meilin, bagian dari keluarga Atmaja dan juga adiknya Zidan.Saat melihatnya pertama kali dalam alam bawah sadar Noura, Ia melihat Meilin berada disana. Tapi bukan dia yang melumpuhkan kakaknya, melainkan beberapa orang anak buahnya.Meilin sendiri justru terlihat sangat menikmati ketika Noura dihajar oleh anak buahnya. Tidak terlihat ada kesedihan
"Bos, ada mobil yang mengikuti kita dibelakang." Ucap Pengawal sekaligus supir yang sedang mengendarai Camry hitam miliknya Joe.Joe melirik di kaca spion tengah dan benar saja, ada dua mobil Land Cruiser hitam yang sedang mengikuti kendaraan mereka dari belakang."Mereka sudah mengikuti kita, sejak kita keluar dari area rumah sakit, Bos""Semula saya menduga mereka kebetulan searah dengan tujuan kita. Namun, ketika saya melambatkan kendaraan, mereka selalu menyesuaikan kecepatan kendaraan mereka dengan kendaraan kita." Tambah si Pengawal curiga.Joe yang sudah berpengalaman, merasakan jika musuh yang mengikuti mereka pasti sudah tahu tentang siapa dirinya.Fakta bahwa mereka berani menguntitnya saat ini, menunjukan kalau mereka punya kemampuan untuk menghadapi Joe. Dugaan Joe, jika mereka masih menguntitnya saat ini dan belum bertindak, semata karena mereka menunggu kesempatan yang baik untuk bisa menyerang.Bisa jadi mereka akan lang
"Siapa kalian dan apa tujuan kalian sebenarnya?" Tanya Joe datar.Orang yang bicara barusan tersenyum sinis, "Tujuan kami sederhana, mengambil kembali apa yang harusnya menjadi milik kami."Joe mengernyitkan kening heran, jelas mereka tidak saling mengenal. Seingat Joe, meski mereka adalah Klan Gengster terbesar ditanah air namun mereka punya kode etik sendiri dalam bertindak dan mereka belum pernah bersinggungan dengan orang-orang dari negeri ginseng itu sebelum ini."Mengambil apa yang menjadi milik kalian? Tolong perjelas maksud kalian, karena seingatku kita belum pernah memiliki konflik sebelum ini."Mereka menertawakan pertanyaan Joe, mereka tampak meremehkan Joe dan tentu saja semua orang yang saat ini berada dalam Klan Atmaja."Karena kamu sebentar lagi akan kami lenyapkan, maka baiklah. Kami akan memberitahumu sebuah kenyataan, Kami akan mengambil alih Klan Atmaja dari orang-orang palsu seperti kalian dan mengembalikan pada pewaris sahnya."
Melihat dari situasinya, keempat orang tyersebut pastinya memiliki kemampuan yang lebih baik dari semua musuh yang menyerang mereka saat ini. "Sudah terlambat! Kita habisi mereka semua hari ini." Komentar Joe dengan dinginnya. Dengan amarah yang sedang membakar dalam dirinya, tidak ada kata mundur bagi Joe saat ini. Ia sudah bertekad menghadapi semua musuh dan menghabisi mereka semua untuk meredakan amarahnya. Namun begitu, Ia sadar jika dua pengawalnya sudah hampir mencapai batas kemampuan mereka. Karena itu, Joe yang mengambil inisiatif serangan kali ini. Kedua pengawalnya terkejut setengah mati, meraka saling melirik satu sama lain. Mereka memiliki pemimiran yang sama, jika Bos mereka pasti sudah sangat marah dan tidak lagi mempedulikan keselamatannya sendiri. Mereka sadar jika kemarahan Joe berawal dari provokasi lawan. Meski begitu, mereka tidak punya kesempatan untuk berpikir lebih lama. Mereka berdua pun bertindak nekat, "Lindungi, Bos!"