Home / Horor / GARIS DARAH WARISAN / BAB-4  NASTITI

Share

BAB-4  NASTITI

Author: UMMA LAILA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa itu Nastiti Pak?" Amanda bertanya yang disambut dengan keheningan dari yang lainnya. Lagi Amanda pun mengeluarkan suaranya.

Namun diantara keempat orang yang duduk di sekitar Amanda, tak ada satupun yang menjawab pertanyaan dari perempuan muda tersebut. Hal itu membuat Amanda tersinggung. Baru saja mulut perempuan muda itu akan terbuka untuk mengajukan protes. Namun suara berat pak Baskoro langsung membanting nyali Amanda.

"Pak Agus! Kenapa dia sangat tidak sopan! Berbicara sebelum disuruh. Apa kau tidak mengajari dia sopan santun! Apa kau belum memberinya pendidikan tentang sopan santun dan adat istiadat keluarga Ningrat Nitis Sukma, Pak Agus!"

"Maaf Kanjeng Romo. Kemarin Amanda demam parah, jadi anak saya sedikit linglung. Sementara tanggal pernikahan sudah ditentukan dan tak bisa diubah. Mohon di maklumi pak." Pak Agus berbicara dengan gemetaran dihadapan besannya tersebut. Berdoa agar sang besan mau menerima alasan yang memang tidak dibuat-buat olehnya tersebut.

Keadaan Amanda alias Nastiti memang agak mengkhawatirkan  karena Amanda demam selama tiga hari dan demamnya itu sangat parah. Bahkan membuat Pak Agus dan sang istri kebingungan.

"Hmmm....!"

Pak Baskoro geram, wajahnya merah padam. Wajah dengan kulit sawo matang itu bercampur dengan warna merah kehitaman. Terlihat sekali jika lelaki tersebut tengah menahan amarah yang begitu besar.

"Maaf Romo, saat itu Nastiti kondisi badannya benar-benar tak memungkinkan Kanjeng Romo.

Maafkan saya. Sayalah yang salah atas kejadian ini." Suara lembut Arjuna terdengar.

"Hmmm.....!" Kali ini Pak Baskoro mengalihkan wajahnya untuk menatap kearah sang anak.

"Kaulah yang harus menanggung akibatnya karena kecerobohan mu ini! Istrimu ini akan menjadi pembangkang jika tidak kau ajari sopan santun. Tak tahukah kau Arjuna, kecerobohan mu ini akan menyengsarakan mu suatu saat nanti!" Suara Pak Baskoro terdengar runtut dan berat. Nampak dengan jelas kecewa di setiap kata-kata yang dia lontarkan.

"Nggih Kanjeng Romo. Maafkan saya. Saya akan menuntun dan mengajarkan tentang sopan santun untuk Amanda agar dia layak menyandang gelar Nastiti Nitis Sukma." Arjuna masih bersuara lembut.

Berharap Romonya luluh.

"Ingat Arjuna, Karena kecerobohan mu ini, sebagai gantinya kau sendirilah yang harus melakukannya.

Sampai istrimu itu layak menyandang nama Nastiti, calon ibu dari penerus trah Ningrat Nitis Sukma!"

"Nggih Kanjeng Romo."

"dan kau Pak Agus!" Pak Baskoro menatap tajam ke arah besannya, yaitu Papah Amanda.

"Kau harus dihukum Pak Agus! Tak ku izinkan kau datang ke Griya Utami untuk menemui anakmu.

Sampai dia layak menyandang gelar Nastiti Nitis Sukma, kau mengerti Pak Agus! "

"Nggih Kanjeng Romo."

"dan kau, aku tidak akan memanggilmu Nastiti Sampai kau layak menyandang gelar tersebut. Aku akan memanggilmu dengan gelar kehormatan tersebut saat kau sudah selesai belajar tentang sopan santun keluarga Nitis Sukma. Sementara itu aku akan memanggilmu cah ayu!" Pak Baskoro suaranya melunak saat memanggil dan menatap Amanda. Namun tetap saja membuat Gadis itu menggigil ketakutan.

Amanda hanya mampu menunduk tak berani menatap pandangan dari mertuanya yang sangat tajam.

"Nggih Kanjeng Romo." Amanda menjawab dengan suara yang sangat pelan karena ketakutan.

Sungguh, Pak Baskoro Nitis Sukmo sang mertua memancarkan aura kewibawaan yang begitu besar. Tak hanya aura kewibawaan dan kebijaksanaan saja yang terpancar. Namun entah mengapa ada aura tersembunyi yang begitu mengerikan. Aura tersebut sama persis dengan yang dimiliki oleh Arjuna. Tapi Amanda sendiri tak paham dengan apa yang dia rasakan tersebut. Aura yang terasa bukan terlihat menyenangkan namun justru seperti memiliki kekuatan yang begitu dahsyat dan mengerikan. "Bersiaplah Cah Ayu, kau harus ikut ke Griya Utami sekarang juga. Tak perlu kau membawa apapun. Tetaplah kau memakai kebaya itu. Sebagai bukti kau telah menikah dengan cucu tertua keluarga Nitis Sukma. Kau paham kan Cah Ayu! "

"Nggih Kanjeng Romo. Saya paham." Amanda menjawab dengan kepala menunduk dan jari yang saling meremas karena rasa takut yang luar biasa.

Tak menunggu lama, setelah percakapan menegangkan itu berakhir. Amanda diboyong ke Griya Utami keluarga Nitis Sukma.

Amanda hatinya teramat sedih karena dirinya tak diperbolehkan memeluk kedua orang tuanya untuk yang terakhir kalinya.

Kanjeng Romo Baskoro bilang, sekarang kedua orang tuanya tak lagi berhak menyentuh tubuh Amanda alias Nastiti. Dirinya tak boleh disentuh siapapun kecuali Arjuna yang telah menjadi suaminya. Itupun Arjuna hanya boleh menyentuh Nastiti saat mereka melakukan ritual malam pengantin. Sebelum ritual tersebut dilakukan Arjuna pun tak boleh menyentuh Nastiti kecuali untuk urusan yang sangat mendesak, itupun harus diawasi oleh sesepuh keluarga ningrat Nitis Sukma.

Kanjeng Romo Baskoro pergi sendiri dengan mobil dan supir. Sementara itu Arjuna dan Amanda menggunakan mobil yang lain. Arjuna tahu Amanda tak nyaman jika harus satu mobil dengan ayahnya. Jadi Arjuna menggunakan berbagai alasan agar Amanda hanya berdua saja dengan dirinya, dan akhirnya sang Romo pun mengijinkan dengan wanti-wanti bahwa Arjuna tidak boleh menyentuh sang istri sampai ritual malam pengantin dilaksanakan.

Di dalam mobil Amanda hanya diam. Pandangannya sengaja diarahkan ke luar jendela. Sungguh perasaannya kali ini campur aduk. Antara takut, benci dan rindu.

Amanda memegangi kepalanya yang tiba-tiba merasa sakit seperti dihantam benda berat. Entah mengapa saat hatinya merindukan sesuatu, kepalanya menjadi teramat sangat sakit.

"Kau tak apa Amanda?" Arjuna bertanya kepada Amanda. Namun hanya suaranya saja yang terdengar khawatir. Wajahnya justru datar dan dingin dengan pandangannya masih tetap fokus ke depan.

"Kau masih pusing?" Lagi Arjuna bertanya.

Amanda tak menjawab, dirinya sibuk mengedipkan matanya dengan cepat dan tangan kanan yang sibuk menekan pangkal hidungnya. Sementara itu kepala dia sandarkan ke jok mobil. Berharap rasa sakit kepala yang tiba-tiba menderanya dapat berkurang dan hilang.

"Minumlah!" Arjuna menyodorkan sebuah botol kaca sebesar ibu jari. Bentuk botol kaca yang begitu kuno dengan cairan kehijauan seperti air sirup di dalamnya.

"Tak bisakah kau memberiku Paracetamol saja Pak Dokter? Kenapa kau justru memberikanku sebuah ramuan aneh ini!" Amanda mengomel, namun tangannya tetap saja terulur menerima botol pemberian sang suami.

"Minumlah, itu akan membuatmu rileks dan tertidur." Amanda tak menyahuti perkataan Arjuna.

Pandangannya sibuk dengan botol kaca digenggamnya saat ini.

"Boleh aku bertanya? Siapa itu Nastiti? Apa dia mantanmu? "

Entah darimana Amanda berani bertanya begitu dengan sang suami. Namun yang diberikan pertanyaan hanya diam tak menjawab. Hal itu membuat Amanda cemberut karena jengkel.

"Minumlah! Aku tak ingin Kanjeng Romo kembali murka karena melihatmu terus melawan Manda! Tak bisakah kau diam dan menurut saja. Karena kau sering melawan dan berkata sebelum disuruh, itulah yang menyebabkan Kanjeng Romo tahu kalau kau belum mempelajari adat istiadat kelurga Nitis Sukma. Seorang perempuan ningrat harusnya tak berbicara sebelum mereka disuruh berbicara. Perkataan yang keluar dari perempuan ningrat juga harus penuh kelembutan dan tidak ada nada yang tinggi, apalagi sampai keluar kata-kata yang menunjukkan perlawanan."

Amanda terdiam, berpikir sejenak. Kalau Arjuna mungkin saja ingin meracuninya. Namun Amanda seolah tak peduli jika benar dia akan di racun juga. 

Dirinya saat ini  merasa tengah merindukan seseorang. Seolah ada seseorang yang menunggunya. Tapi entah itu siapa Amanda tak ingat. Lebih tepatnya tak bisa mengingatnya.

Tanpa sadar Amanda meremas dadanya yang terasa sesak karena merindukan sesuatu yang tak dapat dia ingat.

Amanda berteriak karena kembali kepalanya terasa sangat sakit.

"Minumlah obatnya, Manda! Aku mohon. Jangan siksa dirimu!" Arjuna kembali menyuruh Amanda untuk meminum ramuan tersebut.

Karena rasa sakit yang teramat sangat. Tanpa ragu lagi Amanda menenggak cairan yang ada di dalam botol kecil tersebut.

Tak perlu menunggu lama rasa kantuk menghampiri Amanda.  Matanya terasa begitu berat. Pada detik terakhir sebelum Amanda benar-benar terlelap, perempuan itu melihat raut sedih dari wajah tampan suaminya. Amanda juga mendengar bisikan pelan dari mulut sang suami.

"Tidurlah, dengan begitu kau akan selamat, Nastiti!"

Related chapters

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-5 GRIYA UTAMI KELUARGA NITIS SUKMA

    Pria muda nan rupawan yang bernama Arjuna Nitis Sukma tersebut menghembuskan nafasnya perlahan. Kedua telapak tangannya mencengkram kemudi dengan erat. Seolah ada beban berat yang tengah dia pikirkan.“Aku akan melindungi mu, Nastiti! Apapun yang terjadi.” Lagi Arjuna bergumamKini, sebuah senyuman tulus dia persembahkan kepada sang istri yang tengah tertidur pulas tersebut.Di tengah perjalanan, Pak Baskoro menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Mau tak mau Arjuna yang di belakangnya pun harus berhenti.Nampak supir pribadi keluarga Nitis Sukma keluar dari dalam mobil yang ditumpangi Pak Baskoro. Lelaki tersebut melangkahkan kakinya perlahan kearah mobil Arjuna dan tangannya mengetuk kaca mobil dengan perlahan. Arjuna yang paham langsung menurunkan kaca jendela mobilnya.“Ngapunten (Maaf) Den Bagus, Kanjeng Romo menyuruh saya untuk memberikan ini kepada Den Bagus Arjuna.” Sang sopir berbicara lembut sambil menyerahkan secarik kertas.Arjuna bergegas mengambil kertas tersebut. Saat s

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-6  EYANG PUTRI

    Suara serak namun begitu berwibawa terdengar dari mulut seorang wanita tua yang disebut Eyang Putri.Masih dengan tampilan yang begitu apik. Baju kebaya Kupu Tarung warna hijau tua, dengan jarik batik motif isi mentimun warna coklat keemasan.Wajah bertabur bedak dan make up tipis- tipis. Membuat wajah sepuhnya selalu terlihat segar.Rambut disanggul, dan tertancap tusuk konde emas yang berkilau saat kepala si empunya bergerak. Tak lupa sepasang giwang yang begitu cocok dengan kalung juga bros yang bertengger di bajunya. Sungguh wanita ningrat dengan aura begitu besar dan mengagumkan.Nastiti alias Amanda yang jiwanya kosong hanya diam dengan ekspresi datar. Arjuna yang melihat sang istri menjadi sedikit khawatir. Takut jika Eyang Putri tersinggung karena tak ada jawaban dari Nastiti alias Amanda.“Diajeng Nastiti, tersenyumlah. Sapa Eyang Putri.” Arjuna bersisik.Amanda kemudian menganggukkan kepalanya perlahan, memberikan senyum kaku ke arah Eyang Putri. Senyum yang bagai senyuman s

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-7 SEKAR AYU NITIS SUKMA

    Terdengar suara Amanda yang berteriak lirih sambil mencengkram erat kepalanya seolah menahan sakit yang teramat. Suara rintihan itu bisa menggambarkan dengan jelas jika keadaan wanita tersebut tidaklah baik-baik saja.Mata perempuan yang telah sah menjadi istri Arjuna kini nampak lagi sinarnya. Wajahnya kembali menunjukkan ekspresi. Walaupun kini yang terpancar dari wajah cantiknya justru raut wajah yang menahan rasa sakit.“Diajeng Nastiti, kau merasa sakit lagi?” Arjuna terdengar begitu khawatir.Dia tahu jika efek dari ramuan yang diminum oleh istrinya itu telah mulai memudar khasiatnya. Jika efeknya benar-benar menghilang, maka Amanda akan menjadi seperti sifat aslinya. Dia akan menjadi wanita yang pembangkang dan tidak lemah lembut. Bisa-bisa Eyang Putri curiga kalau Amanda alias Nastiti belum menjalani pendidikan tata krama dan adat istiadat keluarga Nitis Sukma. Jika sampai hal itu terjadi, maka Eyang Putri dapat dipastikan akan marah besar. Arjuna bingung harus bersikap bagaim

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-8 SIAPA!

    “Aduh! Hati-hati donk pak dokter, eh maksudnya, hati-hati Kang Mas. Sakit!” Amanda menjerit saat Arjuna menusukkan jarum suntik ke urat nadinya dengan agak kasar. Mata Amanda membulat sempurna. “Maafkan aku, aku tak sengaja, Diajeng.” Arjuna yang merasa bersalah pun meminta maaf. Ucapan Sekar Ayu barusan sukses membuat lelaki tampan itu kehilangan konsentrasi miliknya. Hingga tanpa sengaja membuat Amanda kesakitan. Arjuna berusaha bersikap setenang mungkin, dan terus melanjutkan aktivitasnya, yaitu memasang infus ke tubuh sang istri. Walau tak dipungkiri jika perkataan adiknya barusan telah membuka luka lama. Arjuna hanya diam, sama sekali tak menanggapi perkataan sang adik. Namun lain halnya dengan Amanda. Dia sangat penasaran dengan perkataan adik iparnya, Sekar Ayu. “Dulu? Kejadian apa memangnya, Sekar?” Amanda begitu penasaran, namun tangannya digenggam erat oleh Arjuna. Amanda menggigit bibir bawahnya. Agaknya dirinya membuat sebuah kesalahan dengan bertanya hal tersebut ke

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-9 MIMPI

    “Aku adalah Nastiti!” Wanita yang berparas bak pinang dibelah dua dengan Amanda itu berucap.Gadis ayu di hadapan Amanda itu tersenyum begitu manis. Amanda bagai melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Bingkai wajah gadis ayu yang mengaku bernama Nastiti itu tersenyum lagi.Angin laut kembali bertiup membelai tubuh para perempuan ayu yang berpakaian pengantin itu. Ronce kembang melati tibo dodo berayun-ayun di tubuh mereka.Amanda yang melihat seseorang dengan wajah begitu mirip dengannya itu berlaku mengedipkan matanya untuk meyakinkan apakah dirinya salah lihat atau bagaimana. Akan tetapi, walaupun Amanda berkedip berkali-kali nyatanya sosok di hadapan Amanda itu tak kunjung menghilang yang menandakan jika dia memang ada dan nyata.Amanda sampai membuka mulutnya agar bisa bernafas karena dadanya berdetak dengan kencang. Pikirannya masih belum bisa menerima dengan apa yang dirinya hadapi saat ini. bagaimana mungkin ada sosok lain yang wajahnya benar-benar mirip dengan dirin

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-10 BELIAU

    “Aku ingin pulang!” Arjuna tersentak mendengar perkataan Amanda, ditarik dengan cepat wajahnya dan menatap wajah Amanda yang telah kembali tertidur. Arjuna mengusap perlahan kepala sang istri, merapikan kembali untaian rambut yang berantakan karena perlawanan istrinya tadi. Selanjutnya, pria berhidung mancung itu menggenggam lengan Amanda yang berdarah akibat jarum infus yang terlepas paksa. Dengan sigap lelaki tampan tersebut membersihkan noda darah yang mulai mengering. Luka yang robek sudah berhenti mengeluarkan darah, tinggal membersihkannya dengan alkohol dan memberikan antiseptik agar tidak infeksi. “Arjuna! Apa yang sedang kamu lakukan?” Terdengar suara Eyang Putri menggema ke penjuru kamar. Ternyata beliau telah berdiri di depan pintu kamar. Agaknya perempuan berkharisma itu datang ke kamar istrinya karena mendengar suara gaduh yang timbul dari suara Amanda. Arjuna yang tengah sibuk mengobati Amanda hanya mendesah pelan tanpa memalingkan wajahnya ke arah sumber suara. “Se

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-11 TAWARAN SEKAR AYU

    Eyang Putri tersenyum, lalu dengan perlahan tubuhnya pun berdiri. Sementara itu Arjuna tetap duduk bersimpuh dengan kepala tertunduk.“Sekar Ayu, cucuku! Masuklah!”Sekar Ayu ternyata sedari tadi berdiri di luar pintu kamar Amanda. Dirinya berdiri dengan tenang dan anggun, menunggu perintah Eyang Putri agar dirinya masuk.Begitu sang Eyang memanggilnya, dia pun dengan anggunnya melangkahkan kakinya memasuki kamar sang kakak ipar.Senyuman lembut selalu terlukis di bingkai wajah Sekar Ayu.Malam ini rambut panjang gadis cantik itu sengaja dia gerai, hingga nampak lurus memanjang menutupi pinggulnya yang apik. Terselip dengan manis jepit rambut berbentuk bunga yang terbuat dari manik manik batu kristal.Sekar Ayu berdiri di hadapan sang Eyang Putri, di sampingnya masih nampak Arjuna yang masih di posisi yang sama, yaitu duduk bersimpuh di hadapan yang putih dengan kepala menunduk.“Nggih Eyang Putri, saya disini.” Suara lembut Sekar Ayu terdengar dan disambut senyuman eyang putri.“Seka

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-12 LUKISAN

    "Ehem, ayo Ayunda Nastiti. Para Abdi sudah menunggu."Suara Sekar Ayu membuat Amanda dan Arjuna tersadar. Semburat warna merah jambu nampak di pipi mulus Amanda. Sementara itu Arjuna berusaha menenangkan hatinya dengan berpura-pura batuk.Sekar Ayu yang menyaksikan adegan tersebut hanya bisa tersenyum kecut."Ayo Ayunda. Jangan membuang waktu terlalu lama. Nanti bisa membuat Eyang Putri marah." Sekar Ayu kembali mengingatkan, kini sambil menarik tubuh Amanda agar segera bergerak.Arjuna nampak masih membantu memapah sang istri dengan memegangi bahunya. Lelaki itu takut jika sang istri akan terjatuh lagi. Namun, begitu keluar dari kamar, Sekar Ayu langsung memperingatkan Arjuna jika tempat mandi lelaki tersebut masih terpisah dengan sang istri. Arjuna mengangguk paham.Dilepaskannya tangan dari bahu Amanda lalu tersenyum lembut."Hati-hati Diajeng, jangan sampai terjatuh.""Nggih Kang Mas."Amanda menjawab dengan nada sehalus mungkin, walaupun dirinya masih belum terbiasa memanggil sua

Latest chapter

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-25 PERJUANGAN TERAKHIR AMANDA (season-1 TAMAT)

    Semenjak kepulangan Amanda. Kini gadis ayu itu tinggal bersama kedua orangtuanya karena Amanda sering menangis dan menjerit ketakutan saat malam hari. Terlebih Bimo suaminya sering keluar kota untuk mengurus bisnis. Membuat Bu Linda dan Pak Agus selaku orang tua Amanda menjadi khawatir dengan keadaan anak mereka.Selama tiga bulan terakhir, Amanda sudah sepuluh kali dibawa ke Paranormal. Semuanya angkat tangan. Mereka bilang jika ada satu makhluk yang mengikuti Amanda. Seorang perempuan cantik berambut panjang yang dikepang satu dengan pakaian kebaya kuno warna hijau tua.Orang tua Amanda sampai bingung, bagaimana cara mereka agar bisa menyelamatkan Amanda. Mereka pikir dengan kembalinya Amanda dari jurang, maka anak mereka akan selamat. Namun kenyataannya anak perempuan mereka justru semakin buruk keadaannya.Amanda berteriak, lalu melamun, kemudian berteriak lagi. Seolah Amanda benar-benar ketakutan. Saat sang suami meminta haknya. Amanda menjadi sangat liar dan berkata jika Bimo bu

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-24 PULANG

    “Kakek!” Amanda berteriak histeris dengan posisi terduduk dan mata melotot“Alhamdulillah!” Terdengar suara serentak mengucap Hamdalah.Amanda yang masih pusing memegangi kepalanya. Pandangannya masih sedikit buram. Gadis ayu itu tersentak saat seseorang tiba-tiba memeluknya dengan erat sambil menangis. Ternyata itu adalah ibunya yaitu Bu Linda. Amanda dapat merasakan jika wanita yang telah melahirkannya itu sangat khawatir dengannya.“Alhamdulillah, Sayang. Kau sudah bangun. Alhamdulillah.” Amanda memeluk balik sang Ibu.Pandangannya yang sudah mulai jelas, kini memindai seluruh ruangan. Ternyata dirinya berada di ruang keluarga yang dikelilingi oleh bapak-bapak yang masing-masing di tangan merek

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-23 PESISIR SEGARA

    Bumi pun bergetar dengan hebatnya. Gelombang laut meninggi, siap menghantam pesisir. Angkasa seolah terbelah, siap menimpa siapapun yang ada di bawahnya. Suara guntur bergandengan tangan dengan sang angin yang sibuk menari berputar-putar siap menerbangkan apapun yang menghalanginya. Amanda yang mulai paham dengan situasinya pun terus-menerus mengucap nama Tuhan. Dia memanglah seorang hamba yang sering lalai dengan kewajibannya. Amanda sangat bersyukur mulutnya masih diijinkan untuk menyebut nama penguasa semesta alam.“Allahu Akbar. Ya Allah. Allahu Akbar!” Amanda terus bertakbir sambil menangis. Dia tak hafal doa apapun. Dia hanya mampu menyebut nama Tuhan dengan setulus hati, berharap kali ini Allah mau menolongnya.Amanda terus menangis karena menyesal. Selama tiga hari ini dirinya sama sekali tak ingat dengan Tuhan. Andai dirinya tak jauh dari Tuhan pasti dia takkan mengalami hal yang sangat mengerikan seperti ini. Amanda mengutuk dirinya sendiri yang baru sekarang ini mengingat d

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-22 SOSOK ASLI TRAH NITIS SUKMA

    “Itu dia! Cepat tangkap!”Amanda terus berlari tanpa berani menoleh ke belakang. Dia yakin jika yang mengejarnya adalah rombongan yang diutus oleh ayah mertuanya.Jatuh bangun Amanda berlari menembus hujan yang tak mau berhenti. Gadis ayu itu tak peduli jika kakinya yang tanpa alas kaki itu terluka karena terus menapaki tanah yang licin.“Cepat tangkap dia! Jangan sampai kabur!” Lagi suara rombongan itu terdengar. Membuat irama jantung Amanda semakin tak karuan.Kini Amanda harus berjuang sendiri karena suaminya tak lagi di sampingnya. Tak ada yang bisa diandalkan kecuali dirinya sendiri. Keselamatan nyawanya tergantung dari tekad yang dia miliki. “Aku harus selamat, aku harus pulang!” Amanda berucap sambil menangis. Berusaha menyuntikan kekuatan untuk dirinya sendiri.“Mamah, Papah, Mas Bimo.” Amanda memanggil satu persatu nama orang yang dikasihinya.Gadis ayu itu kini ingat semuanya. Siapa suaminya yang sebenarnya. Semua kepingan ingatannya yang hilang perlahan kembali memasuki kep

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-21 RADEN AYU KEMUNING

    Amanda tak lagi mampu menahan tangisnya. Dia pikir Arjuna adalah lelaki yang akan melindunginya. Nyatanya, dia hanya lelaki jahat yang bersembunyi dibalik wajah tampannya. Amanda tak menyangka jika dalang di balik semua yang tengah terjadi pada dirinya adalah Arjuna. Amanda menangis tersedu sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Arjuna berusaha menenangkan Amanda dengan memeluknya. Namun tubuhnya didorong oleh Amanda."Jangan sentuh aku!" Amanda berteriak kencang."Tenanglah, Diajeng. Tolong tenang. Jangan sampai suaramu didengar oleh mereka yang tengah mengejar kita." Arjuna berusaha menenangkan Amanda.Amanda berusaha tenang walau isak tangisnya masih terdengar."Aku mengaku, aku memang salah karena telah memanggilmu kemari, bahkan aku berniat memanfaatkan tubuhmu demi kepentingan pribadi. Aku sangat menyesal, Diajeng. Tapi aku tak bisa berbuat banyak karena semua takdir yang kau alami itu terikat dengan beliau, Amanda. Maafkan aku, Diajeng."Amanda mengerutkan dah

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-20 TERUNGKAPNYA RAHASIA

    "Apa! Jadi aku akan dijadikan tumbal oleh keluargamu!" Amanda berteriak tatkala dirinya tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kau adalah titisan dari istriku yang telah meninggal, Amanda. Dalam tubuhmu mengalir darah warisan dari trah istriku.""Tunggu-tunggu!" Amanda menghentikan perkataan Arjuna yang menurutnya sangat tak masuk akal itu."Titisan? Darah warisan? Maksudnya apa? Bukannya tadi kau bilang jika aku adalah tumbal?" Amanda semakin bingung dan frustasi dengan apa yang dihadapinya saat ini."Tenanglah sebentar, Diajeng. Biarkan aku menyelesaikan perkataanku.""Baiklah kalau begitu. Ceritakan semua padaku. Kenapa aku bisa sampai di sini. Maksudku, kenapa harus aku?" Amanda menghembuskan nafas kasar. Dirinya marah serta kecewa dan juga penasaran.Amanda menatap serius Arjuna yang mulai menceritakan segalanya. Dimulai dari kisah mendiang sang istri yang bernama Nastiti hingga dimana gadis ayu itu berakhir menjadi tumbal untuk melahirkan penerus Trah Nitis Sukma."Jadi perempuan ya

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-19 PELARIAN

    Amanda kembali membasuh tubuhnya di sendang setaman. Kulit putihnya yang mulut kini terasa semakin lembut karena air yang merendam tubuhnya itu telah bercampur dengan rempah dan bunga dan juga wewangian yang khas. Entah mengapa Amanda yang awalnya malu-malu dan ragu kini justru menikmati apa yang ada di dalam sendang setaman tersebut. Setelah gadis ayu itu bersih, para Abdi pun mulai mendandaninya dengan cantik. Tubuh Amanda telah wangi, rambutnya tertata rapi serta kini dirinya berbalut pakaian tidur berbentuk gaun putih lengan panjang berbahan satin tipis.Amanda telah berada di sebuah kamar khusus untuk menjalani ritual yang sangat ingin dihindari, ritual malam pengantin.Amanda gelisah menunggu suaminya datang. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada lelakinya itu. Percakapan tadi siang terhenti karena Sekar Ayu yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan menyuruh Arjuna untuk keluar dan meninggalkan banyak pertanyaan dihati Amanda. Dia masih terngiang-ngiang perkataan suaminya tadi si

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-18 INGATAN

    Kini Amanda tengah berpacu kuda bersama sang suami. Sepasang suami istri itu meninggalkan pantai dengan menaiki seekor kuda gagah yang berwarna coklat kemerahan. Sang kuda yang gagah itu melaju dengan cepat membawa Amanda dan Arjuna kembali ke Griya Utami keluarga Nitis Sukma.Di perjalanan pulang Amanda hanya diam tak bersuara. Sementara itu sang suami sibuk mengatur tunggangan agar tetap mematuhi perintah sang tuan.Setiap kata yang keluar dari mulut sang suami ketika di pantai membuat gadis ayu tersebut tak habis pikir. Bahkan sekuat apapun Amanda berfikir, logikanya tak mampu memahami situasi yang terjadi pada dirinya saat ini.“Ayo kita pulang, Diajeng! Sekar Ayu sedang menunggu mu!”“Salah satu abdi melihatmu keluar Diajeng. Kau pergi dengan berjalan kaki, bukan menaiki sebuah kereta kuda seperti yang kau jelaskan barusan. Bukankah kau lihat sendiri, tak ada kereta kuda di pantai ini!”Amanda menutup mata rapat-rapat mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Arjuna. Amanda be

  • GARIS DARAH WARISAN   BAB-17 SEGARA

    “Apa kau yakin tak apa kita pergi sendiri, Sekar Ayu? Aku belum meminta izin Mas dok, eh maksudku Kang Mas Arjuna untuk pergi. Aku khawatir dia akan mencari kita.”Kini Amanda dan Sekar Ayu duduk di sebuah kereta kuda. Amanda menerima ajakan sang adik ipar untuk pergi ke suatu tempat yang menurut adiknya itu bisa memberikan semua jawaban atas segala pertanyaan yang ada dipikirannya. Namun Amanda tak tahu pasti akan dibawa pergi ke mana dirinya. Rasa penasaran di hati gadis ayu tersebut memaksanya untuk mempercayai kata-kata sang adik ipar, Sekar Ayu Nitis Sukma.“Tak apa, Ayunda. Jangan khawatir. Aku sudah menitipkan pesan kepada para Abdi. Aku juga sudah meminta izin kepada Eyang Putri untuk mengajakmu pergi sebentar.”Penjelasan singkat Sekar Ayu membuat A

DMCA.com Protection Status