Share

tiga puluh empat

Author: Puspita852
last update Last Updated: 2022-12-23 16:13:59

"Kalau begitu undang saja dia ke rumah, Yan. Ibu juga pingin lihat, seperti apa orangnya. Heran aku sama lelaki seperti itu, nggak ingat apa bagaimana dulu berjuang dengan istrinya," gerutu Farida.

"Kenapa ibu yang sewot? Katanya nggak baik ngomongin orang," sahut Vina.

"Dari cerita Iyan, ibu menyimpulkannya gini, Vin. Dia manejer baru kan, Yan?" tanyanya yang dijawab anggukan anak lelakinya. "Itu berarti dia merintis karir dengan istri pertamanya. Jauh dari istri lalu terpikat wanita lain. Lelaki macam apa itu? Bagaimana dengan istrinya? Bagaimana dengan anaknya, jika mereka sudah mempunyai anak?" imbuhnya berujar.

Untuk sesaat tak ada yang manyahut. Semua diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing, bahkan ketiga orang itu seolah bisa merasakan sakitnya menjadi mantan istri sang manejer.

"Kita kan nggak tahu bagaimana permasalahan, Bu. Jadi nggak usah menilai sepihak, seperti yang ibu katakan tadi. Tak baik kalau kita membicarakan orang lain." Handoko mencoba mendinginkan suasana.

"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tiga puluh lima

    Rahayu datang dengan membawa mangkuk berisi minyak kelapa dan irisan bawang merah. "Sudah dikasih obat?" tanyanya pada Ambar yang duduk di pinggir ranjang sambil memijat kaki Alif."Sudah, Bu," sahutnya, kemudian menggeser duduknya, memberi ruang pada Rahayu agar bisa duduk di pinggir ranjang yang sama.Setelah menambahkan beberapa tetes minyak kayu putih pada minyak yang dibawanya, Rahayu mulai membalurkan campuran minyak itu ke perut dan kaki Alif."Tengkurap dulu, Lif," titah Rahayu pada cucunya. Alif pun menurut, bocah itu menikmati setiap olesan dan pijitan dari tangan neneknya."Ini kamu kecapekan, Lif. Mangkanya badannya jadi panas. Sudah Nenek bilang, ndak usah ikut-ikutan ngejar layangan.""Alif ndak ikut ngejar, Nek. Hanya ikut lari teman-teman." Alif membela diri."Ya sama saja, Alif," sahut Rahayu sambil mengurut kaki kecil cucunya. "Ikut lari juga kan?" imbuhnya. Alif mengangguk mengiyakan."Alif kenapa, Mbak?" tanya Fitri yang baru masuk."Badannya panas," sahut Ambar. "

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tiga puluh enam

    "Pak, ikuti mobil Avanza putih itu," titah Rudi pada Antok–sopirnya. "Siap, Pak," jawab Antok. Lelaki sepantaran dengan Rudi itu langsung tancap gas tanpa banyak bertanya. Mobil Pajero hitam milik Rudi terlihat gagah membelah jalanan, melaju seperti sebuah singa yang tengah mengejar mangsanya. Sementara semua yang ada di dalam kendaraan itu diam seolah mengerti apa yang terjadi.Mobil yang dikendarai Santi dan Haris memasuki pelataran sebuah hotel bintang lima. Begitu juga dengan Pajero milik Rudi."Pak, maaf. Ini ada kabar dari kantor kalau Pak Iyan sekarang berada di sana." Bella mengatakannya ketika Rudi bersiap untuk turun. Rudi terlihat begitu emosi, apalagi ketika ekor matanya melihat Santi begitu mesra menggandeng tangan Haris."Hah!" Hanya itu yang keluar dari bibir Rudi. "Kalian tunggu di sini, jika dalam waktu lima menit aku gak keluar, kamu hubungi aku, Bell," pesannya pada sang asisten. Setelah itu Rudi bergegas pergi."Pak!" seru Bella membuat Rudi menghentikan langkahny

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tiga puluh tujuh

    Vina menyimpan ponselnya dalam tas, kemudian dia ikut menyimak perbincangan antara kakaknya dan si manejer. Untuk sesaat Vina terpaku setelah tanpa sengaja menatap Rudi yang sedang tersenyum. Vina seolah kenal dengan senyuman itu. Namun dia lupa siapa pemilik senyum yang mirip dengan manejer itu, tanpa sadar Vina menatap Rudi cukup lama, hingga membuat Bella kesal."Baiklah, Pak Rudi. Kami permisi dulu, aku pribadi benar-benar berterima kasih pada Pak Rudi yang sudah bekerja keras mengembangkan kantor ini," ucap Iyan sambil mengulurkan tangannya pada Rudi. Setelah mereka puas berbincang-bincang."Terima kasih kembali, Pak. Saya akan melakukan semampu saya untuk memajukan kantor ini," sahut Rudi sambil menjabat tangan bosnya."Sabtu depan datanglah ke Bogor, Ibu dan Ayah ingin berkenalan dengan Pak Rudi. Ajak serta keluarga bapak." Setelah berucap Iyan pun melangkah hendak keluar, begitu juga dengan Vina."Jangan macam-macam sama Pak Rudi, dia sudah berkeluarga," bisik Bella pada Vina.

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tiga puluh delapan

    Haris tersentak ketika merasakan pukulan di tubuhnya, lelaki itu tak bisa menghalau serangan yang datang secara tiba-tiba dan bertubi-tubi dari Rudi. Tatapannya nanar ketika menyadari siapa pelakunya. Dalam hati Haris mengumpat, mengapa Rudi bisa mengetahuinya. Lelaki yang masih belum memakai baju itu hanya bisa mengadu kesakitan. Hal itu semakin membuat Rudi semakin bersemangat untuk menghajarnya.Santi berlari sambil menjerit menyaksikan selingkuhannya dihajar oleh sang suami, wanita pemilik bibir seksi itu berusaha untuk menghentikan aksi Rudi. Namun, bukannya berhenti, Rudi semakin kalap."Brengsek!" sentak Rudi sambil terus melayangkan bogem mentahnya."Hentikan, Mas!" seru Santi sambil berusaha menarik tangan suaminya. Namun, dengan sekali sentak dari Rudi, tubuh Santi terpelanting, wanita itu terjatuh dengan jeritan kesakitan.Setelah melihat Haris tak berdaya dengan luka memar di sekujur wajahnya, barulah Rudi berhenti. Dengan napas yang masih tersengal, Rudi langsung menyeret

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tiga puluh sembilan

    "Ambar, apa yang terjadi?" tanya Rahayu setelah mendapati mantan menantunya itu bersimpuh di lantai sambil menangis dengan tangan yang memegang erat jemari mungil putranya.Sebelum Ambar menjawab pertanyaan, Alif kembali mengigau memanggil ayahnya. Rahayu langsung mengerti duduk permasalahannya, Alif merindukan ayahnya. Bisa juga, demamnya ini juga karena rindu. Wanita baya itu duduk di sisi ranjang, lalu perlahan mengelus rambut ikal sang cucu."Ayah, Alif kangen," ucap bocah itu dengan mata terpejam. Mendengar hal tersebut, Ambar menutup mulutnya agar tangisnya tak sampai terdengar. Wanita bertubuh langsing itu tak menangisi mantan suaminya. Namun, dia seolah merasakan kesedihan putranya. Tak jauh berbeda dengan Rahayu, wanita baya itu menutup matanya sambil menghela napas, dia juga bisa merasakan pedihnya hati sang cucu karena merindu.Kedua wanita itu menitihkan air mata dalam keheningan yang tiba-tiba tercipta. Rudi, sebuah nama yang beberapa bulan ini sengaja dihindari mereka. N

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh

    "Sekarang ponselnya ndak aktif, Bu," ucap Fitri yang masih berusaha menghubungi Rudi. Mendengar penuturan perempuan yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu, Rahayu menghela napasnya. Wanita senja itu terlihat kecewa sekaligus sedih. Harapannya pupus, kini Rahayu semakin yakin kalau putra yang dulu sangat dicintainya sudah melupakannya.Ambar yang secara tidak sengaja mendengar ucapan Fitri dan melihat kesedihan di wajah Rahayu, mencoba untuk tetap menghibur wanita yang disayanginya tersebut. Ambar sepenuhnya sadar jika Rudi sudah menjadi orang asing untuk dirinya, bahkan mungkin untuk Alif juga. Namun, Rahayu adalah wanita yang telah melahirkannya, pasti wanita senja itu juga merindukan lelaki itu."Mungkin dia sibuk, Fit. Jangan diganggu lagi. Nanti, kalau ada waktu pasti Mas Rudi akan menghubungimu," ucap Ambar. "Taksinya sudah menunggu di depan, Bu. Sebaiknya kita segera membawa Alif ke rumah sakit," imbuh Ambar sambil menatap lekat mata Rahayu."Semua sudah kamu siapkan, M

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh satu

    "Bang, Jum'at besok Mbak Ambar ngak bisa bikin nasi kotak," ucap Vina setelah menghampiri Iyan di kamarnya. Lelaki itu terlihat sibuk di depan laptop."Kenapa emang?" tanyanya dengan tatapan yang tetap fokus ke layar laptop."Alif masuk ke rumah sakit," sahut Vina. Saat ini gadis yang tengah menggunakan celana caka pans itu merebahkan tubuh mungilnya di ranjang sang kakak."Kita ke rumah sakit jenguk Alif yuk," ajak Vina setelah memiringkan tubuhnya, kali ini dia menatap intens pada sang kakak."Nggak bisa sekarang, Vin. Aku lagi sibuk," sahut Iyan."Ayo lah, Bang. Aku udah kangen sama Alif. Sejak di wa Mbak Ambar tadi, aku jadi kepikiran Alif terus." "Ntar kalau ini sudah selesai. Kamu udah tahu Alif dirawat di rumah sakit mana?" tanya Iyan akhirnya. Karena sebenarnya dia juga merasa cemas dengan bocah berambut ikal tersebut, padahal mereka tak pernah bertegur sapa. Namun, Iyan sering memperhatikan tingkah pola Alif, ketika mereka sedang makan di warung Ambar. Ketika melihat Alif, d

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh dua

    Ruangan bernuansa klasik dengan warna gold itu nampak megah, berbanding terbalik dengan perasaan Santi yang muram. Dia sangat marah dan kecewa, hingga melampiaskannya dengan sebatang rokok. Perempuan itu benar-benar terluka melihat kemarahan suaminya, karena dia sangat mencintai Rudi dan berharap jika Rudi adalah lelaki terakhir dalam petualangan cintanya."Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian, San?" tanya Samina setelah dia masuk ke kamar putrinya. Santi tak langsung menjawab, dia menghisap rokok sangat dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan."Sebaiknya ibu keluar. Saat ini aku sedang pusing," pinta Santi pada wanita yang telah melahirkannya itu. Samina menghela napasnya ketika mendengar perkataan sang buah hati. Tak ingin berdebat, dia pun berbalik hendak keluar."Buk! Sudah ke rumah Pak Dalang?" tanya Santi sebelum Samina benar-benar menghilang dari balik pintu."Sudah, tapi gak ketemu," sahut Samina tanpa menoleh."Harusnya ditunggu dong, Bu. Biar bisa ketemu! seru S

    Last Updated : 2022-12-23

Latest chapter

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status