Share

tiga puluh sembilan

Author: Puspita852
last update Last Updated: 2022-12-23 16:22:15

"Ambar, apa yang terjadi?" tanya Rahayu setelah mendapati mantan menantunya itu bersimpuh di lantai sambil menangis dengan tangan yang memegang erat jemari mungil putranya.

Sebelum Ambar menjawab pertanyaan, Alif kembali mengigau memanggil ayahnya. Rahayu langsung mengerti duduk permasalahannya, Alif merindukan ayahnya. Bisa juga, demamnya ini juga karena rindu. Wanita baya itu duduk di sisi ranjang, lalu perlahan mengelus rambut ikal sang cucu.

"Ayah, Alif kangen," ucap bocah itu dengan mata terpejam. Mendengar hal tersebut, Ambar menutup mulutnya agar tangisnya tak sampai terdengar. Wanita bertubuh langsing itu tak menangisi mantan suaminya. Namun, dia seolah merasakan kesedihan putranya. Tak jauh berbeda dengan Rahayu, wanita baya itu menutup matanya sambil menghela napas, dia juga bisa merasakan pedihnya hati sang cucu karena merindu.

Kedua wanita itu menitihkan air mata dalam keheningan yang tiba-tiba tercipta. Rudi, sebuah nama yang beberapa bulan ini sengaja dihindari mereka. N
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh

    "Sekarang ponselnya ndak aktif, Bu," ucap Fitri yang masih berusaha menghubungi Rudi. Mendengar penuturan perempuan yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu, Rahayu menghela napasnya. Wanita senja itu terlihat kecewa sekaligus sedih. Harapannya pupus, kini Rahayu semakin yakin kalau putra yang dulu sangat dicintainya sudah melupakannya.Ambar yang secara tidak sengaja mendengar ucapan Fitri dan melihat kesedihan di wajah Rahayu, mencoba untuk tetap menghibur wanita yang disayanginya tersebut. Ambar sepenuhnya sadar jika Rudi sudah menjadi orang asing untuk dirinya, bahkan mungkin untuk Alif juga. Namun, Rahayu adalah wanita yang telah melahirkannya, pasti wanita senja itu juga merindukan lelaki itu."Mungkin dia sibuk, Fit. Jangan diganggu lagi. Nanti, kalau ada waktu pasti Mas Rudi akan menghubungimu," ucap Ambar. "Taksinya sudah menunggu di depan, Bu. Sebaiknya kita segera membawa Alif ke rumah sakit," imbuh Ambar sambil menatap lekat mata Rahayu."Semua sudah kamu siapkan, M

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh satu

    "Bang, Jum'at besok Mbak Ambar ngak bisa bikin nasi kotak," ucap Vina setelah menghampiri Iyan di kamarnya. Lelaki itu terlihat sibuk di depan laptop."Kenapa emang?" tanyanya dengan tatapan yang tetap fokus ke layar laptop."Alif masuk ke rumah sakit," sahut Vina. Saat ini gadis yang tengah menggunakan celana caka pans itu merebahkan tubuh mungilnya di ranjang sang kakak."Kita ke rumah sakit jenguk Alif yuk," ajak Vina setelah memiringkan tubuhnya, kali ini dia menatap intens pada sang kakak."Nggak bisa sekarang, Vin. Aku lagi sibuk," sahut Iyan."Ayo lah, Bang. Aku udah kangen sama Alif. Sejak di wa Mbak Ambar tadi, aku jadi kepikiran Alif terus." "Ntar kalau ini sudah selesai. Kamu udah tahu Alif dirawat di rumah sakit mana?" tanya Iyan akhirnya. Karena sebenarnya dia juga merasa cemas dengan bocah berambut ikal tersebut, padahal mereka tak pernah bertegur sapa. Namun, Iyan sering memperhatikan tingkah pola Alif, ketika mereka sedang makan di warung Ambar. Ketika melihat Alif, d

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh dua

    Ruangan bernuansa klasik dengan warna gold itu nampak megah, berbanding terbalik dengan perasaan Santi yang muram. Dia sangat marah dan kecewa, hingga melampiaskannya dengan sebatang rokok. Perempuan itu benar-benar terluka melihat kemarahan suaminya, karena dia sangat mencintai Rudi dan berharap jika Rudi adalah lelaki terakhir dalam petualangan cintanya."Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian, San?" tanya Samina setelah dia masuk ke kamar putrinya. Santi tak langsung menjawab, dia menghisap rokok sangat dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan."Sebaiknya ibu keluar. Saat ini aku sedang pusing," pinta Santi pada wanita yang telah melahirkannya itu. Samina menghela napasnya ketika mendengar perkataan sang buah hati. Tak ingin berdebat, dia pun berbalik hendak keluar."Buk! Sudah ke rumah Pak Dalang?" tanya Santi sebelum Samina benar-benar menghilang dari balik pintu."Sudah, tapi gak ketemu," sahut Samina tanpa menoleh."Harusnya ditunggu dong, Bu. Biar bisa ketemu! seru S

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh tiga

    Rahayu pun menitihkan air matanya, perlahan wanita senja itu menunduk untuk menyentuh pundak putranya, kemudian memintanya untuk berdiri."Maafkan aku, Bu." Untuk kesekian kalinya Rudi mengucapkan kata maaf kemudian memeluk ibunya."Masuklah, Alif ada di dalam," ucap Rahayu yang mirip sebuah bisikan. Setelah itu dia pun melanjutkan langkahnya. Rudi terlihat ragu, tetapi sekejap kemudian dia pun mengayunkan langkahnya mengikuti Rahayu."Nenek ...!" seru Alif, bocah itu terlihat bahagia melihat kedatangan neneknya. "Nek, tadi—" Alif tak melanjutkan langkahnya. Bocah berambut ikal itu terperangah tak percaya melihat siapa yang berdiri di belakang neneknya."Ayah!" serunya, membuat Ambar segera menoleh. Rudi tersenyum kemudian berjalan mendekati sang putra. Senyum kebahagiaan terlihat jelas pada wajah keduanya, Rudi dan Alif. Jika Alif tersenyum bahagia, Rudi meneteskan air matanya. Air mata kebahagiaan. Sementara Ambar ikut bahagia ketika melihat senyum mereka di bibir sang putra.Alif

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh empat

    Kegaduhan terdengar dari dalam kamar Santi, kamar paling mewah diantara yang lainnya. Sumi yang baru datang pun segera masuk ke kamar kakaknya, dia khawatir jika sang bapak kembali berulah."Apa yang terjadi, Mbak?" tanya Sumi yang lebih suka dipanggil Mimi itu keheranan melihat kamar yang biasanya selalu rapi itu sekarang berantakan. Gadis yang wajahnya hampir mirip dengan Santi itu mendekati kakak perempuannya. Berkali-kali dia menggeleng sambil berdecak tak percaya."Brengsek!" umpat Santi sambil melempar asal kaleng bekas soft drink yang kesepuluh. Kali ini benda ringan itu mengenai vas bunga yang berada di meja keca. Semua pecah, meninggalkan bunyi yang cukup memekakkan telinga. "Mbak! Kenapa?!" Sumi terpekik melihat barang-barang yang hancur di depannya. Gadis yang menggunakan celana sebatas lutut itu mendekati kakaknya yang terlihat hancur."Mas Rudi sudah keterlaluan, Mi. Dia selalu menolak panggilanku," adunya pada sang adik yang sudah duduk di sebelahnya."Hanya itu? Barang

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh lima

    "Kamu di mana, Mas?" tanya Santi tanpa mengucap salam."Assalamualaikum." Rudi ingin mengawali semua dari sekarang, jika Santi masih ingin bersamanya, walaupun akan sulit baginya jika mengingat kejadian di hotel kemarin."Kamu di mana? Aku mencemaskanmu, Mas!" Santi tak menggubris ucapan salam dari Rudi. Saat ini perasaannya campur aduk, antara senang dan khawatir."Jawab dulu salamnya." Rudi berucap datar."Halah buat, apa? Jangan semakin membuatku emosi, Mas," sahut Santi di seberang sana."Jawablah dulu salamnya, apa kamu nggak bisa?" Rudi masih kekeuh, ingin mendengar Santi membalas salamnya."Wa'alaikumussalam," sahut Santi cepat karena kesal dan terpaksa."Aku sekarang berada di rumah sakit kota Bogor. Mungkin, untuk dua atau tiga hari ke depan aku belum bisa pulang." Rudi berusaha berbicara dengan nada normal, karena sebenarnya dia masih enggan berbicara dengan istrinya tersebut."Rum-rumah sakit? Kamu kenapa, Mas?" Dari suaranya Santi terdengar khawatir dan itu membuat Rudi te

    Last Updated : 2022-12-23
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh enam

    Setelah mendengar kabar jika bapaknya tak sadarkan diri, bukannya bersedih, Santi malah terlihat kesal karena rencananya menyusul sang suami harus tertunda. Wanita dengan dandanan paripurna itu terdengar menggerutu di sepanjang langkanya. "Kenapa akhir-akhir ini selalu saja ada masalah.""Mi, kamu di mana?" tanya Santi setelah panggilannya tersambung pada sang adik."Lagi di jalan, masih nyari Suji. Ada apa?" tanya Sumi dari seberang."Balik sekarang, bapak tak sadarkan diri. Sekarang dia di rumah sakit." Setelah menyebutkan sebuah nama rumah sakit, Santi pun menutup panggilannya."Bik, Mina! Bik!" seru Santi lagi. Pemandangan wanita setengah baya berlari kecil kembali terlihat. Dia harus cepat sampai di depan majikannya, sebelum teriakannya kembali terdengar."Iya, Nya. Loh nggak jadi pergi?" tanyanya spontan. Dia lupa tengah berhadapan dengan sang Nyonya yang enggan ngobrol dengan pembantunya."Banyak tanya kamu ya. Ayo kamu ikut denganku," ajaknya pada sang pembantu."Iya, Nya." Se

    Last Updated : 2022-12-24
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   empat puluh tujuh

    "Vin, habis gini kamu ada acara?" tanya Iyan setelah dia pulang dari Masjid."Nggak ada, Bang. Ada apa?" tanya Vina sambil melipat mukenah."Ke rumah sakit, yuk," ajak Iyan, membuat Vina menatapnya tak percaya."Duh, yang kangen," canda Vina. Gadis itu sangat bahagia mendengar ajakan kakaknya. Dari sekian wanita yang dekat dengan Iyan, tak ada satupun yang Vina suka, tapi dia langsung jatuh cinta sama Ambar, dan ingin menyatukan mereka walaupun dia seorang janda."Iya, aku kangen sama Alif." Iyan berkata jujur, kakak beradik itu memang saling terbuka, tak ada rahasia diantara mereka."Aku, aku seperti bersama Dewa ketika berdekatan dengan Alif," imbuh Iyan dengan pandangan menerawang."Bang, Dewa dan Alif itu berbeda, Abang jangan gitu. Kalau memang Abang sayang sama Alif, ya anggap dia seperti Alif, jangan anggap dia seperti Dewa. Dewa sudah tenang di Surga, begitu juga dengan Mbak Farah, Insyaallah. Mengapa Abang harus menyiksa diri? Dulu aku sangat menyukai Mbak Farah, karena dia b

    Last Updated : 2022-12-24

Latest chapter

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status