Share

Menangkap Tikus Kantor

Penulis: lasminuryani92
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-12 09:44:47

Bagaimana ini? Hati benar-benar resah, pikiran tidak bisa lepas dari bapak. Takut jika beliau masih terjebak di sana. Tidak!tidak! Bapak pasti sudah di tempat aman sekarang. Aku berusaha mengusir pikiran buruk itu, tidak akan kubiarkan hinggap meski sekejap.

Tid!tid!tid!

Jalanlah plisss! Tid!tid!tid!

Mobil di depanku sama sekali tidak bergerak, apa yang harus kulakukan?

"Beri jalan, tolong, beri jalan! Ini darurat! Menyingkirlah! aku mohon!" Aku menengok pada seseorang yang keluar dari kaca mobilnya dan terus berteriak.

Itu Den Aaraf!

"Den! Den!"

"Gigi, kamu di sini?" Ia menoleh dan terus menyalakan klakson mobilnya.

Aku segera turun dan menghampiri Den Aaraf. Harus kupastikan keadaan bapak sekarang.

"Bapak sudah di rumah, Den?"

"Aku kira dia bersamamu, Gigi?"

Aku menggeleng, dan hampir menangis, itu artinya bapak masih ada di kantor.

"Aku baru bangun saat suara ponsel tidak berhenti berdering. Penjaga keamanan memberitahu kalau kantor kebakaran. Saat ingin memberitahu Papa, tidak a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Zabdan N Iren
.........pake Maxcara NU lux kita aja gi biar g berlepotan pas nangis Bombay ...
goodnovel comment avatar
Vid
lucuu binggiittt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Calon Pengantin

    Tubuhku melesat seperti angin, membuka pintu kamar dan bersandar pada daunya. Mengatur napas yang ngos-ngosan. Sesekali membuka pintu dan menengok lagi. Mungkin saja bapak keluar dari kamar dan memintaku untuk menemaninya sarapan. Aku harus kembali cantik sebelum itu terjadi."Apa yang Mama lakukan?"Farel dan Minah sudah memelototiku sekarang, tubuh mendadak jadi patung. Aku lupa kalau tidak sendiri lagi di kamar ini, mana ada Minah lagi."Apa yang sedang kamu lakukan di kamarku, Nah?""Harusnya aku bertanya, di mana kamu tidur semalam? Aku sampai menginap di sini buat nemenin Farel."Semalam aku tidur di mana? Mana mungkin kukatakan kalau sebenarnya semalam aku tidur di kamar bapak. Bisa ditampar si Minahlah pipi ini. Meski aku mengatakan itu tidak sengaja dan kami tidak melakukan apapun. Mana mungkin anak itu percaya."Anu ... semalam aku ... tidur di ....""Di mana? kamu kok gugup gitu, Gi.""Di ... di jemuran," jawabku ngasal. Dapat ide darimana coba tidur dijemuran, Minah pasti

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Kejutan dari Bapak

    "Mbak Gigi, mau pulang nggak?" teriak Lidia di balik pintu mobil.Aku menyadarkan diri, bibir tersenyum sembari mengelus-elus tembok putih besar penyangga bangunan. Lah, apaan ini tembok pake berdiri di sini. Aku memukulnya sebelum naik mobil."Kalau hati lagi berbunga, susah ngebedain Pak Gian sama tembok ya?" celoteh Lidia membuatku cengengesan."Tahu aja, Mbak""Sama-sama putih dan tinggi 'kan?," selorohnya lagi sembari menggeleng. Sepanjang jalan, Lidia membiarkaku menikmati wajah ini di kaca spion, ia bahkan tidak berani mengganggu, hanya sesekali kulihat ekor matanya melirikku dengan senyuman.Kami sampai ke depan rumah setelah langit gelap. Mobil bapak dan Den Aaraf sudah terparkir berurutan."Mampir dulu, Mbak?""Saya sudah ditunggu suami, Mbak Gigi. Salam buat Pak Gian dan Aaraf ya.""Mbak Lidia sudah menikah?"Ia mengangguk cepat. "Bukan hanya sudah menikah, Mbak. Anak saya sudah dua," jawabnya nyengir."Kok bisa?" "Memangnya kenapa, Mbak?""Saya kira masih gadis."Lidia t

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Dua Serigala

    Malam sudah beranjak larut, mata belum bisa terpejam. Tidak ada Farel membuatku terus kepikiran. Bagaimana kabarnya sekarang di kamar Den Aaraf? rasa khawatir itu tetap ada.Jam menunjukkan pukul 23.00 malam, aku mengendap setengah melayang menuju lantai dua, pintu kamar Den Aaraf tertutup, tidak ada suara apapun dan sangat sunyi. Sepertinya mereka sudah tidur.Clek! aku membukanya perlahan, memastikan keduanya dalam keadaan bak-baik saja adalah tujuanku kali ini. Den Aaraf masih duduk di mejanya, ia masih bekerja, sedang Farel sudah terlelap di kasur besar itu.Pria itu menggeser kursi, kukira dia pun akan pergi tidur, sesaat tubuhnya berdiri mematung, melihat Farel yang sudah mendengkur halus. Den Aaraf menarik selimut dan menyelimuti Farel hingga atas. Ia pun membaringkan tubuhnya di samping Farel. Mereka berbagi kasur, bantal dan selimut. Ah! syukurlah aku bisa tidur nyenyak sekarang.Aku benar-benar menutupnya dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan keributan di saat sunyi sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Hempaskan Laras!

    "Tidak perlu pergi ke kantor. Ada tugas buat nyonya baru." Bapak melarangku ikut saat aku bergegas untuk mengambil tas.Tugas untuk nyonya baru? ini ledekan apa pujian sih, kok kayanya kurang enak di dengar."Tugas untuk nyonya baru?" Ulangku memastikan."Iya Nyonya ... Ada tukang yang akan datang. Urusan itu Papa serahin pada nyonya rumah." Diiih ... merinding dengarnya. "Nanti ada drafternya yang akan menjelaskan interior kamar Farel, mintalah desainnya seperti yang kamu mau, dan jangan sungkan menolak jika tidak sesuai dengan hati. Paham?""Bagaimana kalau salah, Pak. Nggak sebaiknya bapak saja yang bertemu dengan drafternya?""Kamu punya seni yang bagus, Gigi. Tugas ini akan mudah. Aku harus segera pergi, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum bulan madu kita."Apalagi ini? Sepertinya aku mendengar cairan manis lengket itu di sebut-sebut. Hih! Merinding semua romaku. Alah! ini otak butuh di guyur air terjun.Bibirku sedikit berkerucut saat melepas bapak menaiki mobilny

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   SAH

    "Mau Mbok pijitin, Non?" Tubuhku yang lunglai bersandar di sofa."Nggak perlu, Mbok. Dari tadi Mbok kan belum berhenti bekerja.""Tidak apa-apa, Non.""Biar sama Minah aja, Mbok."Minah yang baru saja selesai membersihkan diri mengambil alih pekerjaan Mbok Darmi. Sebenanrya tidak nyaman diperlakukan seperti ini, tapi badan memang butuh belaian. Eh, maksudnya pijitan."Begini, enak nggak, Gi?"Aku hanya mengangguk pelan sembari menikmatinya."Minah, jaga ucapanmu!""Gigi yang minta kok, Mbok.""Iya Mbok, nggak apa-apa.""Nggak bisa Non. Tatakrama dan sopan santun itu harus dipakai. Meski pun kalian berteman, sekarang statusnya sudah berbeda. Hormatilah itu!" Mbok Darmi tegas memberitahu Minah untuk memperlakukanku sebagai nyonya rumah."Iya, Mbok," jawab Minah merengut. Minah adalah anak dari adik Mbok Darmi. Saat kembali dari mudik lebaran setahun yang lalu, Minah dibawa Mbok Darmi untuk ikut bekerja. "Minah kan masih kecil, Mbok," ujarku waktu itu."Di rumah pun nggak ada kerjaan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Lupa Ngunci Pintu

    "Hebat, aku bahkan tidak kau anggap." Tante Sarah tiba-tiba datang. Berdiri menyilangkan tangan di dada sembari menilaiku dari ujung rambut hingga ujung gaun."Cicipi makanannya, Kak.""Kamu kira aku datang untuk itu, Gian?""Seharusnya tidak, karena kakak tidak akan membuang waktu begitu saja hanya untuk menghadiri pernikahanku.""Hahaha ... kamu memang sungguh paham watakku.""Jadi, apa yang membuat kakak datang hari ini?""Hanya untuk menyampaikan ini." Tante Sarah menyodorkan amplop berisi surat pernyataan. Bapak membaca dengan seksama."Begitu cepat kalian mengurusnya?""Tentu saja."Aku mengambil kertas itu dan membacanya sendiri, betapa terkejutnya saat nama bapak di coret dalam pembagian hak waris keluarga. Anggota keluarga yang tidak menikah dengan kerabat dekat, maka otomatis langsung tercoret dari daftar hak waris keluarga yang diturun temurunkan dari kakek buyut."Aku sudah memberitahu tentang ini, Gian.""Tentu saja, pernikahan ini sudah menjadi pertimbanganku sejak lama.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Mengatur Rencana

    Aku mengelusik pelan, tidur kali ini rasanya hangat meski angin diluar cukup kencang. Hidung pun mencium wangi yang berbeda, aroma natural seseorang yang kini mendekapku erat. Aku mendongak dan menatapnya sesaat, dagu yang lancip itu seperti telur dibelah dua. Bapak masih begitu tampan dan menawan meski sudah berusia setengah abad lebih.Ini masih pukul 05.00 pagi, aku beringsut pelan agar tidak mengganggunya. Tapi, bapak menarik lenganku dan medekapnya lagi. Sekali lagi aku memindahkan tangannya dan mundur perlahan."Sayang jangan mundur terus nanti kamu jatuh," gumamnya dengan mata terpejam. Seketika aku terdiam. Bukankah bapak sedang tidur? Apa ia sedang menjagaku dalam tidurnya?"Pak, ini sudah pukul 05.00 pagi, Gigi mau mandi," lirihku. Beberapa detik kemudian kelopak mata itu terbuka. Menatapku tanpa berkedip."Aku masih ngantuk.""Tidurlah sebentar lagi, nanti Gigi bangunkan. Mungkin bapak kelelahan." Matanya yang hampir terpejam memicing tajam."Papa masih bisa nambah ronde ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 37

    "Ini sih nyonya rasa pembantu," celetuk Minah dari kursi makan."Kamu yang nggak ada sopan-sopannya! Non Gigi kamu biarkan cuci piring, pembatunya malah uncang-uncang kaki. Sana gantiin!" Mbok Darmi yang baru saja akan menjemur pakaian sengaja belok dulu untuk menegur Minah."Nggak apa-apa, Mbok.""Nggak bisa, Non. Keenakan dia, udah kaya di rumah sendiri.""Emang udah kaya rumah sendiri, Mbok. Nyonyanya aja bestie." Minah masih saja ngeyel, Mbok Darmi kesel dan menarik daun telinganya."Aduuk, Mbok, sakiitt!""Bengal sih kalau dibilangin." Mbok Darmi mendorong tubuh Minah hingga mendekat padaku."Biar Minah saja yang nyuci, Nyah.""Nanggunglah sedikit lagi.""Oh, ya sudah." Minah mundur dan hendak duduk lagi di kursi.Aku dapat melihat mata Mbok Darmi langsung mendelik."Nggak apa-apa, Nyonya. Saya saja." Tanpa menunggu setengah detik Minah langsung mengambil alih piring dari tanganku. Tidak ingin membuatnya terus dimarahi Mbok Darmi aku mengalah dan mengeringkan tangan."Mau ikut ny

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-15

Bab terbaru

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   End ~

    "Papa udah kaya supir aja sih." Gerutu bapak sembari mengintip di kaca spion. Mata yang tidak sengaja melihatnya segera kupalingkan, berpura-pura sibuk sendiri di kursi paling belakang.Aku memilih duduk di kursi pojok, mengisolasi diri sendiri, berharap bapak tidak mencium bau pesing yang ternyata lebih sedap baunya pas mau kering kaya gini dari pada tadi. "Udah deh jangan lihat-lihat Mama begitu," ucapku ketus menghindar tatapan matanya yang terus mencuri-curi."Papa sakit hampir setahun ya, Ma?""Iya," jawabku seadanya. Nggak semangat bicara, pengennya cepat sampai saja."Papa lumpuh, mandi dianterin, makan di suapin, bahkan mandi sore di lapin. Papa ingat sesekali, saat malam Papa pipis di celana karena sulit untuk ke kamar mandi, intinya nggak mau usaha. Betul begitu 'kan, Ma?""Iya, Pak. Kenapa bahas itu sekarang sih? Mama lagi nggak mood." Tolakku halus."Setiap kali itu terjadi, Papa selalu memperhatikan Mama. Selama itu, tidak pernah sekali pun Papa melihat Mama jijik atau m

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 43

    "Apa semua sudah selesai?""Sudah, Pa. Hari ini kantor baru kita sudah beroperasi.""Papa akan melihat ke sana setelah mengambil beberapa berkas yang masih diperlukan di kantor lama.""Kantor itu sedang diliburkan dua hari kerja oleh Tante Sarah."Sesekali sembari menata sarapan aku menoleh pada mereka yang sedang berbicara di sofa menunggu semuanya siap."Ma.""Pagi sayang." Farel mencium pipiku, menoleh sebentar pada dua pria di sana, lalu dengan lemas duduk di kursi makan. Wajahnya semakin menunduk lesu saat bapak dan Aaraf berjalan ke arah kami.Bapak melirikku saat melihat Farel hilang semangat, dunia ceria saat kakak adik itu bersama seolah sirna begitu saja. Tidak ada kata, panggilan apalagi guyonan, keduanya hanya menunduk menatap semangkuk salad buah. Aku dan bapak pun sepakat untuk tidak mencampuri urusan mereka, membiarkan semuanya menjadi sunyi. Sarapan kelam sepanjang sejarah aku menjadi nyonya. Menghadapi dua anak sekaligus dengan usia yang terpaut sangat jauh."Biarkan

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 42

    Mobil ambulans yang dipesan bapak sudah tiba di depan rumah. Aku dan Mbok Pati mengepak beberapa pakaian yang akan digunakan Om Haris.Tim kesehatan membawa tandu untuk membopong tubuhnya, kurus kering tinggal tulang, begitu lemas tak berdaya."Mungkin Papa akan seperti ini kalau bukan Mama yang merawatnya," ucap bapak sendu menelukupkan tangan di atas pundakku. "Terimakasih." Aku menoleh untuk menatapnya, pria itu masih memandang lurus, memperhatikan Om Haris yang sedang dibenahi agar nyaman saat dibawa berkendara untuk jarak yang cukup jauh."Semua tidak terlepas dari kebaikan bapak, Tuhan mengirimkan Mama untuk menjaga," jawabku lembut, bapak mengulas senyum saat mendengarnya.Mobil ambulans berangkat lebih dulu, aku dan bapak bersiap mengikutinya."Mbok, jika ada yang tanya, katakan saja jika saya membawa Om Haris untuk berobat." Pesan bapak pada Mbok Pati sebelum menaiki mobil. Wanita setengah baya itu berlinang air mata."Den, jika bapak lama di sana, mbok pun ingin pulang saja

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 41

    "Pa, Ma."Aaraf turun dari kamarnya, ia menghampiri kami yang masih saja cekikikan. Plak! Aku memukul tangan bapak yang nakal, modus aja emang ni aki-aki."Aku mengganggu? Harusnya sih tidak." Pertanyaan yang Aaraf jawab sendiri sembari memutar mata malas saat melihat kami. Maklum selama aku di sini, sekali pun tidak pernah melihat Aaraf dan Laras tertawa bersama atau sekedar bercanda. Mungkin benar kata bapak, pernikahan tanpa cinta hanya sebatas menjalankan kewajiban saja, rasanya tetap hambar, bahkan sering terlihat kecanggungan di antara keduanya saat duduk bersama."Ada apa?" Aku menarik kaki dan duduk dengan benar, seperti Aaraf akan berbicara serius."Bagaimana kabar persidanganmu?" Bapak bertanya lebih dulu, karena Aaraf terlihat sulit untuk memulai."Persidangan banding yang diajukan Laras sepertinya akan ditunda atau mungkin dicabut kembali." Aku dan bapak memandanginya dengan serius. "Aaraf melaporkan Laras balik atas aborsi janin yang dilakukannya, dengan bukti-bukti yan

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 40

    "Sayang, cobain ini." Bapak menyuapiku dengan salah satu hidangan terfavorit di resto kami."Enak?""Enak banget, Pak. Lumer ini, ada sensai pecah dalam mulut. Mau lagi ...," ucapku nyengir.Bapak tersenyum sembari menyuapiku dengan makanan yang terhidang, beliau pun menunjukkan beberapa makanan yang menjadi favoritnya, dan memintaku untuk mencoba."Pak.""Ya.""Kemarin kan kita kesini juga, Mama makan makanan ini loh, tapi rasanya beda.""Bedanya?" Tangan bapak yang awalnya sibuk menyiduk, berhenti sebentar untuk memperhatikanku."Rasanya lebih manis karena bapak yang nyuapi.""Masa sih?""Heum." Bapak kembali menyuapiku dengan sesendok salad."Kalau gitu Papa akan menyuapi Mama setiap hari.""Beneran?""Iya." Satu ciuman mendarat di keningku."Pak. Ini tempat umum." Aku sedikit kaget dengan ciuman itu, "Kita bukan ABG, Pak," bisikku bersembunyi di dada bidangnya."Emang bukan, tapi pasangan bucin.""Iih, bapak kok tahu yang begituan?" Aku bergidik di depannya."Hahaha ... sejak sama

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 39

    "Nyaaah ....""Iya, Nah. Sebentar. Papa sih, udah tahu siang bolong juga." Aku beringsut dari kasur, sedangkan tubuh kekarnya menyelusup mirip siput masuk selimut."Apa?" tanyaku mengintip di celah pintu."Ini Nyah, sisa uangnya, kebanyakan." "Oh, iya.""Nyaah.""Apa, Nah?""Kamar Nyonya kok gelap sih, matahari kan masih ada, tuh." Tunjuk Minah keluar."Kita beda planet, Nah. Kamu di planet bumi, aku baru saja naik pesawat ke Antariksa.""Masa sih, Nyah, di Antariksa gelap? Minah jadi pengen nyobain." Sebelah kaki Minah yang cukup panjang sudah menjegal pada celah pintu yang sedikit terbuka."Belum waktunya, Minaaah ...." Aku sedikit mendorong tubuhnya agar mundur. Lalu, menutup pintu. Menapakkan kaki beberapa langkah untuk kembali ke peraduan."Nyaaah ...." Ya, ampun Minah. Apalagi sih?!"Apalagi, Nah?" Aku berjalan cepat dan membuka pintu, suara Minah kaya petasan renteng, nggak bisa berhenti kalau nggak disamperin."Mau disisain nggak, Nyah?"Aku menggeleng, "Enggak, Nah. Buat kamu

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 38

    "Pak, bukannya itu Aaraf?" "Kebetulan sekali."Bapak melihat pada arah yang kutunjukkan."Mama ajak ke sini ya, Pak." Aku berangsur menjauh dari bapak dan membiarkannya mengobrol dengan sahabatnya itu.Mataku menyapu sekeliling, Aaraf yang baru saja terlihat berdiri di sini, sekarang sudah tidak ada. Kemana?"Mas, lihat pria yang berdiri di sini barusan?""Pria yah berbaju kotak-kotak?""Ya, itu.""Naik ke lantai dua, Mbak. Tangganya sebelah sana?" Jempol waiters itu menunjukkan sebuah tangga yang terhalang lukisan besar, ia nampak sopan, bahkan merundukkan tubuh saat hendak pergi meninggalkanku.Aku menaiki tangga yang cukup panjang dan berbelok, di lantai dua ternyata lebih luas dan mewah.Mata menangkap pakaian yang dikenakan Aaraf saat kulihat tadi, ia berada di sisi luar. Aku berjalan menghampirinya, sekilas terlihat ia sedang bersama seseorang."Apa kamu tidak lelah terus mengajukan banding?""Hah. Aku hanya ingin memperjuangkan apa yang harusnya menjadi hakku Aaraf."Aku terte

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Bab 37

    "Ini sih nyonya rasa pembantu," celetuk Minah dari kursi makan."Kamu yang nggak ada sopan-sopannya! Non Gigi kamu biarkan cuci piring, pembatunya malah uncang-uncang kaki. Sana gantiin!" Mbok Darmi yang baru saja akan menjemur pakaian sengaja belok dulu untuk menegur Minah."Nggak apa-apa, Mbok.""Nggak bisa, Non. Keenakan dia, udah kaya di rumah sendiri.""Emang udah kaya rumah sendiri, Mbok. Nyonyanya aja bestie." Minah masih saja ngeyel, Mbok Darmi kesel dan menarik daun telinganya."Aduuk, Mbok, sakiitt!""Bengal sih kalau dibilangin." Mbok Darmi mendorong tubuh Minah hingga mendekat padaku."Biar Minah saja yang nyuci, Nyah.""Nanggunglah sedikit lagi.""Oh, ya sudah." Minah mundur dan hendak duduk lagi di kursi.Aku dapat melihat mata Mbok Darmi langsung mendelik."Nggak apa-apa, Nyonya. Saya saja." Tanpa menunggu setengah detik Minah langsung mengambil alih piring dari tanganku. Tidak ingin membuatnya terus dimarahi Mbok Darmi aku mengalah dan mengeringkan tangan."Mau ikut ny

  • GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.   Mengatur Rencana

    Aku mengelusik pelan, tidur kali ini rasanya hangat meski angin diluar cukup kencang. Hidung pun mencium wangi yang berbeda, aroma natural seseorang yang kini mendekapku erat. Aku mendongak dan menatapnya sesaat, dagu yang lancip itu seperti telur dibelah dua. Bapak masih begitu tampan dan menawan meski sudah berusia setengah abad lebih.Ini masih pukul 05.00 pagi, aku beringsut pelan agar tidak mengganggunya. Tapi, bapak menarik lenganku dan medekapnya lagi. Sekali lagi aku memindahkan tangannya dan mundur perlahan."Sayang jangan mundur terus nanti kamu jatuh," gumamnya dengan mata terpejam. Seketika aku terdiam. Bukankah bapak sedang tidur? Apa ia sedang menjagaku dalam tidurnya?"Pak, ini sudah pukul 05.00 pagi, Gigi mau mandi," lirihku. Beberapa detik kemudian kelopak mata itu terbuka. Menatapku tanpa berkedip."Aku masih ngantuk.""Tidurlah sebentar lagi, nanti Gigi bangunkan. Mungkin bapak kelelahan." Matanya yang hampir terpejam memicing tajam."Papa masih bisa nambah ronde ka

DMCA.com Protection Status