Share

BIAYA LAHIRAN

Selepas magrib, rumah Romlah disambangi oleh anak kedua dan mantunya. Tampak perut Atun sudah besar. Berjalanpun terasa berat dan melelahkan.

“Wah, sudah gede aja perut loe, Tun?” seloroh Romlah.

“Sudah berapa bulan, emangnya Mpok?” tanya Ali.

“Bulan depan lahiran, Al,” sahut Atun membenarkan posisi duduknya.

Munaroh keluar dengan membawa empat gelas minuman hangat dan sepiring gorengan.

“Anak yang kedua ya, Mpok?” Munaroh ikut obrolan.

“Iya,” sahut Atun ramah. “Nabila sebentar sudah kelas lima SD, jadi kangen suara bayi lagi.”

“Munaroh kapan?”Tiba-tiba Karyo ikut mengakrabkan diri.

“Aye sih dikasihnya sama Allah,” sahut Munaroh dengan tersenyum.

“Dia mah sibuk ngurusin toko, jadi we ga hamil-hamil,” tukas Romlah dengan wajah judes.

“Kurangi atuh ke tokonya!” nasihat Karyo. “L

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status