Tim olimpiade yang dibentuk oleh Bu Shinta, orangnya juga asik-asik. Kami terdiri dari sepuluh orang, 3 dari kelasku, 4 orang lainnya masih dari kelas 2. Dan 3 orang lagi dari kelas 1. Sementara untuk siswa kelas 3 sengaja tidak dilibatkan, karena mereka sedang konsentrasi untuk menghadapi ujian akhir nantinya. Saat pulang, malam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Maklum pulangnya via Gocar, jadi harus rada sabar dulu menunggunya. Kadang, Karin atau Irene malah menawarkan buat mengantarkanku pulang, tapi kasihan juga. Arah rumah mereka berlainan arah, jadi kalau harus mengantarku, terlebih dahulu mereka terpaksa harus bolak balik jadinya, kasihan kan ? "Lama banget sih pulangnya ?" baru saja masuk ke dalam rumah ternyata Ren sudah menunggu dengan muka bete nya. "Maaf, tadi kelamaan nunggu GoCarnya, hehehe." Ucapku coba bercanda. Aku maklum juga sih Ren sampai kesal begitu, karena biasanya dia selalu maksa buat nungguin Aku pulang. Akunya yang gak tega, Ren sampai harus menunggu sampai
Aku coba menganalis, laporan keuangan secara umum. Lalu coba kupetakan letak kebocoran keuangan yang terjadi. Karena banyak keganjilan dalam laporan tersebut. Walau aku sudah menemukan beberapa permasalahannya, namun perlu kutelaah lebih lanjut, dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Astaga! Kukira ini masih tengah malam, gak taunya sudah beberapa jam waktu yang kuhabiskan dalam ruangan ini membantu Papah Agus menganalisa laporan keuangan ini. Papa sendiri sangat serius dengan berkas laporan didepannya, walau terlihat ada gurat kelelahan diwajahnya namun tidak kulihat ia akan berhenti sebelum menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Pantesan Mama Lina terlihat sering kesepian, baru kini kurasakan. Ternyata, ketika sudah bekerja yang penuh tantangan begini, membuatku kita sampai lupa waktu."Sepertinya, Awan tahu dimana letak permasalahannya Pah." Ucapku memecah keheningan."Eh, serius Nak ?" ucap Papa seperti tidak percaya."Ini baru Awan petakan beberapa permasalah
POV Karin. Entah apa yang sedang terjadi dengan diriku saat ini. aku sendiri merasa aneh dengan semua rasa yang menderaku. Itu semua bermula karena seorang cowok yang bernama Awan. Ia hadir dengan segala kesederhanaannya yang membuat orang terpikat dengannya. Ia itu bagai sebuah magnet, yang bisa menarik semua orang untuk menjadi dekat dan menyukainya. Awan yang semula kuanggap jadi saingan terberatku, karena telah berhasil memukau seisi kelas dengan kepintarannya menjawab sebuah soal sulit, yang sama sekali belum kami pelajari dari Bu Shinta. Sejak hari itu, ia seolah menjadi pusat perhatianku. Walau aku coba mengingkarinya setiap kali Irene menyindirku. "Sudah hampiri saja pangeran loe, keburu diambil sama yang lain loh. Lihat tuh Siska dan kawan-kawannya sangat dekat dengannya. Keburu kalah start, malah nyesal lo tar." Sindir Irene kala itu. "Apaan sih, cowok kayak itu mana bisa membuatku jatuh cinta." Kataku mengingkari sindiran Irene. "Siapa yang bilang jatuh cinta. Aku kan C
Jam pelajaran tambahan pun dilanjutkan untuk membahas meteri persiapan Olimpiade. Bu Shinta kembali mewanti-wanti kami untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. untuk pertemuan berikutnya, kami akan melakukan simulasi untuk olimpiade nantinya.Saat jam pelajaran tambahan sore itu berakhir, kulihat meja Awan yang ada persis dibelakangku. Astaga, ia tertidur lagi. Apa segitu lelahnya Awan ? sehingga sampai tertidur saat jam pelajaran begini. Sudah beberapa hari ini kuperhatikan ia selalu begini, entah apa yang sedang dikerjakannya sehingga membuat Awan sampai kurang istirahat begitu."Udah bangunin aja! Mau loe tungguin sampai ia terbangun dengan sendirinya apa ?" kata Irene sambil menyolek lenganku."Tapi, kasihan juga. Ia terlihat sangat kelelahan begitu ?" ucapku sambil menatap khawatir ke meja belakang."Kenapa ya ? atau jangan-jangan ia tidak tidur karena ehmn ehm dengan Kak Renata, hihihi." Ucap Irene memanasiku."Apaan sih. Gak mungkinlah Awan begitu." Ucapku agak kesal."Eh siapa
POV AuthorAwan melihat kaget pada dua gadis cantik yang duduk didepannya."Eh, kalian kenapa ?" tanya Awan heran yang melihat Karin seperti meringis kesakitan."Gak ada. Ada kecoa lewat dibawah meja nih! Karin takut ma kecoa katanya, hehehe," jawab Irene, sementara Karin malah merengut disampingnya."Mana ?" tanya Awan yang melihat kebawah meja."Udah pergi tuh kecoa kayaknya.""Masa di sekolah ini ada kecoa," ucap Awan sangsi."Bisa aja kali. Namanya juga kecoa, kecil, bisa nyusup kemana aja." Jawab Irene dengan senyum jahilnya."Eh, dah gelap. Balik yuk!" kata Karin mengingatkan.Benar apa yang dikatakan Karin, ternyata hari sudah gelap. Untungnya lampu luar sekolah sudah dihidupkan oleh penjaga sekolah."Eh iya. Jadi kemalaman begini jadinya. Yuk lah, balik!" ujar Awan."Ini." Karin menyodorkan sebotol minuman Vitamin C pada Awan sebelum ia keluar dari ruangan."Eh, ini...? tanya Awan ragu-ragu."Aku tahu akhir-akhir ini kamu sering ketiduran dikelas dan saat jam pelajaran tambahan
'Ada apa Angel?' "Jangan bilang kalau kamu hanya sekedar lewat, terus melihatku yang baru pulang sekolah, dan berniat sekedar mengantarku pulang ?" tanya Awan membuka pembicaraan, karena sampai beberapa saat diatas mobil, Angel masih saja diam dengan muka ditekuk dan membuat suasana jadi akward. "Kamu tuh ya! selain bikin penasaran juga bikin sebal." Ujar Angel jutek. "Lah, kan kamu yang main perintah seenaknya begitu. Kamu juga yang memaksaku untuk ikut tadi, ingat ?" "Kamu ? huffttt..." ujar Angel sambil membuang nafas kesal. "Ya sudah, maaf kalau aku yang salah." Ujar Awan mengalah. Bagaimanapun nalurinya sebagai cowok, merasa harus lebih mengalah pada wanita. "Gak ikhlas gitu minta maafnya." Kata Angel dengan menggelembungkan pipinya, dalam hati ia senang juga dengan sikap Awan yang mau mengalah pada wanita. Dan itu membuat hatinya jadi senang. "Iya, nona Angel. Maaf yah!" imbuh Awan dengan selunak mungkin. Walau dalam hati ia agak gondok juga, kenapa dimana-dimana harus sel
Awan hanya tersenyum simpul menanggapi Angel yang emosi seperti itu. "Hmnn kamu lupa, kalau aku hanya anak seorang pembantu." Ucap Awan santai. "Oh shit. Jangan memakai bualan seperti itu untuk menghindari takdirmu yang sebenarnya." Kata Angel kesal. "Kita sudah sampai. Terimakasih sudah diantar." Ujar Awan begitu mereka sampai. Ternyata kelamaan mereka berdebat, tanpa sadar mobil yang mereka kendarai sudah sampai digerbang kediamannya Agus Wijaya. Angel sampai menghentikan mobilnya dengan perasaan kesal, karena apa yang sudah direncanakannya tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Ia salah memprediksi jika Awan akan begitu saja menerima sarannya. "Andai aku bukan siapa-siapa, apakah kamu masih akan memandangku seperti pandanganmu saat ini ? akankah kamu masih mau dekat denganku ?" tanya Awan dengan maksud yang dalam dan membuat Angel jadi berpikir lama untuk menjawabnya. "Pikirkanlah baik-baik pertanyaanku, tidak usah buru-buru menjawabnya. Sekali lagi, terimakasih karena sud
POV Awan Aku memejamkan mata dan menarik nafas dalam seperti apa yang diajarkan oleh Om Joe pertama kali. Entah benar karena metode itu atau memang kemampuanku yang memang sudah meningkat drastis, karena akhir-akhir ini aku semakin sering berinteraksi dengan Inyiak. Aku bisa merasakan jika dirinya ada dalam diriku, namun tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini aku tidak lagi bisa mendengar suaranya. Hanya hawa keberadaannya yang semakin kuat kurasakan. Seiring berjalannya waktu, aku semakin bisa memanfaatkan kekuatan Inyiak yang mengalir dalam tubuhku. Namun, tetap saja aku harus berhati-hati ketika menggunakannya. Karena setiap coba menggunakan kekuatan besar tersebut, emosiku jadi ikut terpengaruh dan membuatku jadi sulit mengendalikan diri. Saat ini, itu yang sedang coba kulakukan. Bukan karena aku ingin bermain-main dengan kekuatan besar tersebut, namun satu hal yang baru kusadari dari kemampuan baru ini adalah kemampuan untuk mengintimidasi, layaknya Harimau yang bisa membuat
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan