Malam harinya dokter Dona kembali datang memeriksa rutin kondisi Ren. Aku tidak tahu apa yang terjadi didalam kamar, karena Dokter Dona melarang siapapun untuk masuk ke dalam kamar Ren. Sehingga dengan terpaksa aku menunggu mereka dengan gelisahnya dari luar kamar."Bagaimana kondisi Ren dok ?" tanyaku begitu Dokter Dona keluar dari kamar Ren. Kami sudah lumayan kenal, karena sebelumnya Ren sudah mengenalkan tentang siapa diriku pada Dokter Dona."Oh sudah tidak apa-apa kok. Kondisinya sudah normal, Cuma barusan saya kasih obat penenang agar ia bisa beristirahat maksimal" jawab Dokter Dona."Sebenarnya Ren sakit apa Dok ?""Hmnn tidak sakit apa-apa, cuma kelelahan dan kurang istirahat saja" jawab Dokter Dona seperti menyembunyikan sesuatu.Aku menghela nafas dalam.Rasa penasaranku yang tinggi membuatku tidak tahan untuk tidak menanyakan tentang penyakit yang diderita Ren sebenarnya."Sindrom Kelelahan Kronis" ucapku singkat, aku juga tidak yakin awalnya. Namun melihat reaksi dokter Do
POV AuthorKring kringgAda sebuah panggilan masuk ketika Dokter Dona hendak melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah keluarga Wijaya."Bagaimana ?" tanya seorang Pria dengan nada maskulin yang membuat siapapun mendengar suaranya akan bergetar relung hatinya, menandakan kalau pria yang sedang bicara melalui saluran telpon tersebut adalah orang yang gagah dan berwibawa."Hihihi kamu penasaran banget ternyata" jawab Dokter Dona sesantai mungkin.Namun pria tersebut hanya diam saja tanda ia sedang tidak berniat meladeni candaan dari Dokter Dona."Hufffttt, seperti yang kamu bilang. Dia spesial, cara dia menganalisis masalah sangat luar biasa. Bahkan ia bisa cepat menyadari penyakit apa yang diderita oleh anaknya Agus tanpa aku harus mengatakannya. Analisanya bahkan sudah seperti seorang dokter yang sudah berpengalaman saja, kamu punya penerus yang mengerikan""Kamu membocorkan tentang siapa diriku ?""Aku hanya sedikit memberi clue padanya. Bagaimana ia mengetahui tentang dirimu i
POV AwanJam pelajaran olahraga yang aku nanti-nantikan tiba, entah kenapa aku sangat penasaran dengan guru olahraga yang kata Radit mencari diriku, Bu Noura. Padahal aku sendiri merasa tidak kenal dengan guru tersebut, lalu bagaimana bisa ia mencariku ? seolah ia sudah mengenal diriku sebelumnya. Minggu kemarin ketika kupikir akan berjumpa dengannya, orangnya malah tidak masuk dan digantikan oleh temannya yang juga sama-sama PL dengannya.Mata pelajaran olahraga pas disaat jam terakhir KBM hari ini, kami berkumpul dilapangan sekolah. Satu kelebihan sekolah disini, semua fasilitas sangat lengkap, mulai dari lapangan olahraga, lapangan basket hingga lapangan untuk sepakbola dan futsal, belum lagi ruang Aula untuk kegiatan umum baik itu ekskul atau sekedar acara kesiswaan, karena ruangannya yang sangat luas, belum lagi tersedianya kolam renang, komplit banget deh pokoknya.Saat itu kami sudah bersiap dengan pakaian olahraga lengkap, namun yang memimpin kelas olahraga hari itu lagi-lagi k
Dua serangan beruntunnya masuk telat ke hulu hati dan kepalaku, yang membuatku kehilangan keseimbangan. Tidak ingin menerima serangannya mentah-mentah kubalikkan sebuah tendangan dan disusul dengan sebuah tinju dari arah bawah. Namun dua seranganku lagi-lagi berhasil dihindarinya. Dengan langkah cepat aku meloncat mundur kebelakang beberapa langkah untuk menstabilkan kondisiku, kak Noura pun menahan langkahnya dan tidak terburu menyerangku seperti sebelumnya.Sepertinya dua seranganku barusan membuat ia jadi lebih hati-hati untuk menyerangku kembali."Awas kalau kau sampai kalah, akan kutelan jiwamu. Sehingga kau akan mati penasaran, dan tidak akan bisa terlahir kembali kedunia" kata suara yang menyeramkan itu lagi."kau cukup diam saja, dan lihat saja dari dalam sana" ejekku.Kudengar lirih suara cukup berat, mungkin makhluk yang bicara itu gusar karena kali ini tidak bisa menguasai tubuhku begitu saja seperti sebelumnya.Aku meloncat-loncat ringan sambil memutar ringan kepalaku dan m
POV AuthorSEBUAH GUDANG TERBAKAR AKIBAT PERTEMPURAN DUA KELOMPOK MAFIASebuah kebakaran hebat melanda sebuah gudang yang terletak di Jl. Xx kota Bandung. Diduga telah terjadi sebuah pertempuran hebat antar dua kelompok mafia besar yang ada di Negeri ini. Karena menurut informasi dari masyarakat setempat, semalam terjadi suara letusan senjata api serta suara ledakan yang diduga bom.Getaran akibat daya ledak tersebut dirasakan oleh masyarakat yang tinggal tidak jauh dari lokasi kejadian. Tapi sampai saat berita ini diturunkan, para awak media belum diijinkan untuk mendekat ke lokasi yang telah diberipolice line oleh aparat keamanan, jadi wartawan belum tahu berapakah korban jiwa yang jatuh dari kejadian ini.Awan saat itu sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu Renata yang sedang dandan, rencananya mereka hari ini akan pergi ke Bandara untuk menjemput Pak Wijaya beserta Istri dan Ibunya Awan, Arini. Untuk mengisi waktu senggang sambil menunggu Renata selesai berdandan, Awan membaca
"Bapak sudah baca berita hari ini ?" tanyaku coba memancingnya, Pak Usman melirikku sejenak lalu menyeruput kopi di depannya."Baca," jawab Pak Usman singkat."Terus ?" tanyaku penasaran, karena sepertinya Pak Usman sangat tenang sekali mengetahui berita itu."Terus apanya Mas Awan ?" malah Pak Usman yang balik tanya padaku."Bapak gak bertindak gitu ?" tanyaku balik nanya, gregetan sendiri dengan pertanyaan tenangnya Pak Usman, seolah-olah yang terjadi bukan sesuatu yang penting untuk dibahas."Hehehe.." Pak Usman malah tersenyum melihatku gregetan."Pak Usman gak merasa terusik gitu ? Secara Bapak kan seorang.. hmnn," ucapku agak ragu menyebutkan julukan Pak Usman, bagaimanapun itu adalah hal yang sangat sensitif untuk disebutkan di tempat umum begini."Itulah pentingnya ketenangan Mas Awan. Dengan bersikap tenang, pikiran kita akan jernih dan lebih bisa mengambil keputusan secara tepat dan cepat," ucap Pak Usman berpetuah. Aku merasa dapat pelajaran secara tidak langsung oleh Pak Us
Sementara satu orang lainnya berjalan kesamping mobil sambil melihat isi dalam mobil.Aku hanya diam saja dan memperhatikan mereka semua dengan seksama sambil mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Kulihat Pak Usman sendiri juga adem ayam saja, sambil mengeluarkan rokok kreteknya dalam saku kemejanya. Santai kali Pak Usman, semakin aku penasaran melihat bagaimana kemampuan Pak Usman yang sesungguhnya."Wuih Bang Jack, ada dua lagi wanita cantik di dalam mobil," ucap orang yang berjalan ke samping tadi dengan tatapan yang berbinar mesum."Hehehe, pas berarti buat kita bertiga," ucap teman satunya dengan seringai mesumnya.Pak Usman terlihat santai sambil menghembuskan asap rokoknya."Kalian anggotanya Karta yah ?" tanya Pak Usman santai, namun membuat ketiganya seperti terbelalak kaget dengan pertanyaan Pak Usman. Entah siapa orang yang disebutkan Pak Usman, namun sepertinya orang itu adalah bosnya mereka."Pak Tua sialan, bagaimana kau bisa tahu ? Hah!" ucap orang yang
Pak Usman melangkah agak menjauh dari mobil."Kau akan mati sekarang Pak Tua, arrgghh," kata orang tersebut dengan suara berat. Apa ia kesurupan yah ?Wossshhh wosshhhGerakan orang tersebut sangat cepat dan lebih kuat dari sebelumnya.Paamm paammmKali ini orang tersebut terlihat seperti bisa mengimbangi kecepatan Pak Usman, beberapa kali serangannya masih bisa dihindari oleh Pak Usman, namun sekali dua kali serangannya berhasil membuat Pak Usman harus berkelit untuk menangkisnya. Itu saja membuat Pak Usman seperti terhuyung kebelakang karena saking kuatnya pukulan tersebut. Tidak mau menanti serang orang itu masuk, Pak Usman kali ini mengambil inisiatif untuk menyerang duluan.Bughhh Bughhh BughhhBeberapa pukulan Pak Usman berhasil masuk dengan telak ke tubuh lawannya."Hanya segitu kekuatan pukulanmu Pak Tua ?" ucapnya meeremahkan. Ternyata ia tidak sekedar sesumbar dengan kemampuannya, ia juga kebal terhadap pukulan cepat Pak Usman.Pak Usman tidak menjawab ocehan orang tersebut,
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan