"Bapak sudah baca berita hari ini ?" tanyaku coba memancingnya, Pak Usman melirikku sejenak lalu menyeruput kopi di depannya."Baca," jawab Pak Usman singkat."Terus ?" tanyaku penasaran, karena sepertinya Pak Usman sangat tenang sekali mengetahui berita itu."Terus apanya Mas Awan ?" malah Pak Usman yang balik tanya padaku."Bapak gak bertindak gitu ?" tanyaku balik nanya, gregetan sendiri dengan pertanyaan tenangnya Pak Usman, seolah-olah yang terjadi bukan sesuatu yang penting untuk dibahas."Hehehe.." Pak Usman malah tersenyum melihatku gregetan."Pak Usman gak merasa terusik gitu ? Secara Bapak kan seorang.. hmnn," ucapku agak ragu menyebutkan julukan Pak Usman, bagaimanapun itu adalah hal yang sangat sensitif untuk disebutkan di tempat umum begini."Itulah pentingnya ketenangan Mas Awan. Dengan bersikap tenang, pikiran kita akan jernih dan lebih bisa mengambil keputusan secara tepat dan cepat," ucap Pak Usman berpetuah. Aku merasa dapat pelajaran secara tidak langsung oleh Pak Us
Sementara satu orang lainnya berjalan kesamping mobil sambil melihat isi dalam mobil.Aku hanya diam saja dan memperhatikan mereka semua dengan seksama sambil mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Kulihat Pak Usman sendiri juga adem ayam saja, sambil mengeluarkan rokok kreteknya dalam saku kemejanya. Santai kali Pak Usman, semakin aku penasaran melihat bagaimana kemampuan Pak Usman yang sesungguhnya."Wuih Bang Jack, ada dua lagi wanita cantik di dalam mobil," ucap orang yang berjalan ke samping tadi dengan tatapan yang berbinar mesum."Hehehe, pas berarti buat kita bertiga," ucap teman satunya dengan seringai mesumnya.Pak Usman terlihat santai sambil menghembuskan asap rokoknya."Kalian anggotanya Karta yah ?" tanya Pak Usman santai, namun membuat ketiganya seperti terbelalak kaget dengan pertanyaan Pak Usman. Entah siapa orang yang disebutkan Pak Usman, namun sepertinya orang itu adalah bosnya mereka."Pak Tua sialan, bagaimana kau bisa tahu ? Hah!" ucap orang yang
Pak Usman melangkah agak menjauh dari mobil."Kau akan mati sekarang Pak Tua, arrgghh," kata orang tersebut dengan suara berat. Apa ia kesurupan yah ?Wossshhh wosshhhGerakan orang tersebut sangat cepat dan lebih kuat dari sebelumnya.Paamm paammmKali ini orang tersebut terlihat seperti bisa mengimbangi kecepatan Pak Usman, beberapa kali serangannya masih bisa dihindari oleh Pak Usman, namun sekali dua kali serangannya berhasil membuat Pak Usman harus berkelit untuk menangkisnya. Itu saja membuat Pak Usman seperti terhuyung kebelakang karena saking kuatnya pukulan tersebut. Tidak mau menanti serang orang itu masuk, Pak Usman kali ini mengambil inisiatif untuk menyerang duluan.Bughhh Bughhh BughhhBeberapa pukulan Pak Usman berhasil masuk dengan telak ke tubuh lawannya."Hanya segitu kekuatan pukulanmu Pak Tua ?" ucapnya meeremahkan. Ternyata ia tidak sekedar sesumbar dengan kemampuannya, ia juga kebal terhadap pukulan cepat Pak Usman.Pak Usman tidak menjawab ocehan orang tersebut,
POV Author."Kenapa Mas Awan ? Kok malah diam ? Bicarakan saja kalau ada yang mengganjal dihati," ucap Pak Usman tenang. Karena beberapa saat Awan duduk masih diam tanpa bersuara."Bapak tahu saja."Awan menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan kata-katanya."Siapa Karta yang Bapak ucapkan sore tadi saat bertarung ?" tanya Awan.Pak Usman tidak langsung menjawab pertanyaan Awan, ia menyeruput kopinya. Lalu sambil menghisap rokok kreteknya."Dia adalah Seven Devil pertama," ucap Pak Usman dengan tatapan yang menerawan jauh."Serius Pak ? Terus kenapa sekarang ia bisa berseberangan dengan Klan Atmaja ? bukankah itu artinya ia mengkhianati ketua Klan ? Bukankah seharusnya ia jadi pelindung ketua ? Menyerang markas Klan Atmaja, sama halnya ia menantang perang ?" kata Awan dengan berbagai pertanyaan. Dengan kecerdasannya ia bisa dengan cepat merangkai semua kejadian beberapa belakangan waktu ini."Hmmm dasar anak muda! Selalu saja tidak sabaran. Pertanyaannya satu-satu dulu, bingung Bapak y
Awan diam sejenak seperti kembali menyatukan keping puzzle dan ia menanyakan sebuah pertanyaan yang membuat Pak Usman harus jujur menjawabnya."Dari tadi Pak Usman selalu menyebut 'Ketua', tanpa sekalipun menyebut namanya. Siapa nama 'Ketua' yang sesungguhnya ?" tanya Awan.Pak Usman terdiam sejenak."Adli Fikri." jawab Pak Usman singkat, yang membuat Awan jadi berpaling melihat Pak Usman. Karena nama tersebut mempunyai arti khusus dalam hierarki keluarga Awan."Kenapa ? Mas Awan tentunya gak asing dengan nama itu kan ?" tanya Pak Usman santai.Gantian Awan yang termenung dengan pikiran yang bertanya-tanya tentang sosok yang diucapkan oleh Pak Usman."Bapak tahu nama belakang beliau punya hubungan khusus dengan silsilah keluarga Mas Awan. Detailnya bisa Mas Awan tanyakan pada Bu Arini." tambah Pak Usman."Mang Ibu tahu, Pak ?" tanya Awan lagi makin penasaran."Justru Ibu tahu lebih banyak dari saya," jawab Pak Usman tersenyum."Sudah larut, Bapak ijin istirahat dulu ya Mas. Lain kali k
"Uhukk uhukkk." Bu Arini terbatuk cukup keras."Astaga, batuk Ibu berdarah ?" kata Awan terlihat panik begitu melihat ada darah yang keluar dari mulut ibunya.Bu Arini tampak bernafas dengan agak berat."Mana obat Ibu ? Sudah jangan dipaksakan ceritanya kalau Ibu gak kuat ?" kata Awan terlihat sangat khawatir dengan kondisi ibunya yang wajahnya terlihat pucat saat itu."Haahh haahh.. Ibu gak apa-apa, Nak. Tolong ambilkan Ibu minum itu ?" kata ibunya.Setelah diberi minum Awan, Bu Arini terlihat lebih tenang dan coba mengatur nafasnya."Sebenarnya Ibu sakit apa ?" tanya Awan dengan mata berkaca-kaca."Ibu gak apa-apa Nak. Kamu perlu mendengar cerita ini. Karena apa yang akan Ibu ceritakan ini ada kaitannya dengan penyakit yang Ibu derita" lanjut Bu Arini sambil menyandarkan punggungnya ke atas tempat tidur."Tapi, Ibu jangan memaksakan diri yah! Kalau Ibu gak kuat, Ibu harus istirahat," kata Awan khawatir. Ia memijit-mijit kaki Ibunya agar rileks kembali. Bu Arini menatap anaknya dalam,
"Ibu juga tahu, saat kamu kerasukan waktu bertarung di desa waktu itu. Dan waktu kamu bertarung menyelamatkan Ren, kamu juga kehilangan kendali bukan?" Kata-kata Ibunya membuat Awan takjub, bagaimana ia bisa tahu sedetail itu, pikir Awan heran."Coba buka bajumu, Nak!" perintah Bu Arini pada anaknya.Awan yang bingung dengan perintah ibunya, hanya patuh dan membuka kancing kemejanya.Bu Arini meletakkan ujung kelima jarinya di dada sebelah kanan Awan, lalu setelah Bu Arini mengangkat ujung jarinya membuat Awan terlonjak kaget. Ada sebuah bayang tato harimau muncul di dadanya, tidak hanya itu, tato tersebut seperti hidup dan membuat bulu tengkuknya jadi merinding."Ba-bagaimana bisa ada tato ini di dada Awan Bu ?" tanya Awan cemas. Bagaimana tidak cemas, karena setelah kemunculan tato harimau tersebut, dadanya terasa panas, sehingga membuat Awan jadi berkeringat.Bu Arini hanya tersenyum, lalu ia kembali meletakan ujung jarinya di atas tato harimau tersebut. Dada Awan seperti dialiri ha
Aku termenung menatap dua gunduk kuburan, tempat bersemayamnya dua orang Wanita yang sangat kucintai.Bibirku kelu, hadirku terasa Fana.Mungkin hanya sementara aku bisa melupakanmu, karena setelah itu aku bagai berjalan antara hidup dan mati, karena 'ada'mu lah yang membuatku hidup, tiadamu membuatku terasa mati.Setelah pertempuran besar dua tahun silam, aku kehilangan dua orang paling berharga dalam hidupku. andai waktu bisa diputar kembali, aku rela menukarkan nyawaku untuk mereka. tapi begitulah kejamnya waktu, anda tidak bisa memutar kembali waktu yang telah hilang. Dan kini aku hanya berdiri menatap hampa dua kuburan didepanku. Bahkan rintik hujan yang mulai membasahi tanah makam tempat aku bermenung tidak lagi kurasakan.Tiba-tiba kurasakan sebuah pelukan hangat dipunggungku, suara wanita terisak sedih memanggil namaku kelu."Awan, iklaskan mereka. Mereka akan bersedih jika melihatmu begini." Ujarnya dalam isak tangis kesedihannya."Buat apa aku hidup di Dunia ini, jika tujuan
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan