Awalnya aku akan membalas ucapannya, namun begitu melirik ke arah Ren, matanya terlihat sembab, muka Ren terlihat agak pucat, sehingga membuat amarahku seakan langsung sirna seketika.Hufftt huuuAku menghela napas dalam.Aku memutuskan pergi dan membawa makananku untuk pindah ke meja lainnya, daripada suasana semakin tidak enak atau emosiku jadi semakin menggila, bisa – bisa aku beneran membunuh orang disini nantinya."Kalian disini saja, biar aku yang pergi", kataku pada teman – temanku begitu melihat mereka ikutan berdiri ketika melihatku pergi.Tampak tatapan tidak enak dari teman – temanku, namun ketika aku akan pergi Radit dan Novi tetap mengikuti langkahku sambil membawa makanan mereka."Awan", panggil seseorang dari meja pojok belakang. ternyata itu suaranya Ilham, yang tampak sedang mengangkat tangannya memanggilku. Aku dan kedua temanku menghampiri tempat duduknya. Namun begitu aku sampai di dekat Ilham, tampak beberapa teman Ilham langsung berdiri dengan menyediakan tempat d
Ternyata Angel membawaku ke ruang VIP yang ada di samping ruang kepala sekolah, tempat ia mengajakku pertama kali melalui Roy. "Apa maksudnya kamu bawa aku kesini ?", tanyaku begitu kami sampai dalam ruangan. "aku benar – benar kesal denganmu", kata Angel datar lalu duduk di sofa panjang yang ada ditengah ruangan. "Loh, memangnya apa yang terlah kulakukan sehingga membuatmu kesal", tanyaku heran. Perasaan aku tidak ada bertemu dengan sejak kejadian itu. Aku duduk di sampingnya, Cuma agak sedikit berjarak biar lebih enak mengobrolnya. "Pertama, kamu tidak memberi kabar kalau kamu sudah sembuh. Kedua, kamu membiarkan dirimu di hina seperti itu tanpa membalas sama sekali. Bodoh!", katanya kesal. Loh, memang apa hubunganya toh aku tidak memberi kabar sama dia. Lah aku yang dihina kok Angel yang sewot, benar – benar dah. "Gimana mau menghubungi, nomor kamu aja aku gak ada", jawabku jujur. Begini deh kalau dihadapan wanita, lain yang dpikir kan malah lain yang diucapkan. Angel tampak
"Please Ngel!, gue khilaf. Gue tahu gue salah, please jangan apa – apain gue Ngel", mohonnya dengan tatapan penuh ketakutan melihat Angel."Hehehe bukan Gue yang akan menghukum loe Mik. Lagian cara yang pantas buat loe adalah cara yang sama dengan apa yang seharusnya loe lakukan ke Renata", kata Angel lagi sambil mengkode Andre dan 2 pria yang masuk bersama Roy sebelumnya."Eh kalian mau apa ?", kata Mika panik begitu Andre menariknya kebelakang sehingga Mika sekarang posisinya duduk persis diatas pangkuan Andre."Dre, please jangan apa – apain gue Dre", kata Mika terisak begitu Andre memeluknya erat dan dua cowok lainnya mulai mengapitnya dari depan."Angel", kataku sambil mengernyitkan alis menatap ke arahnya, walau aku tidak suka dengan apa yang telah dilakukan Mika pada Renata, tapi aku juga tidak tega melihatnya dilecehkan di depan mataku."Udah kamu lihat saja", kata Angel dengan senyum sadisnya. Ia mendekatiku dan memegang tanganku lalu membawaku duduk tak jauh dekat sofa ruang
POV AwanAku berjalan menuju ruang kelas dengan segudang pikiran yang berkecamuk dibenakku, setelah apa yang disampaikan oleh Angel benar–benar membuatku syok. Urusan Mika, aku sudah bisa menebak apa yang telah dilakukannya terhadap Ren berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rachel padaku sebelumnya. Namun bukan itu yang membuat pikiranku kacau saat ini, tapi apa yang disampaikan oleh Angel didalam ruangannya tadi. Bagaimana Angel bisa tahu sangat banyak tentang keluargaku, sedangkan aku sendiri masih bertanya – tanya tentang siapa ayahku sesungguhnya. Ayah yang tidak pernah kukenal sosoknya sejak aku lahir ke dunia ini, seorang ayah yang tidak pernah kulihat wujudnya seperti apa, bahkan Ibuku sendiri tidak pernah menceritakan tentang siapa Ayah kepadaku. Pertanyaan yang lama kupendam sejak aku kecil, siapa Ayahku ? dimana ia ? seperti apa rupanya ? kenapa ia tidak pernah datang ? dan banyak pertanyaan lainnya yang membuatku lelah untuk menanyakannya, karena sampai saat ini aku belum pe
POV Renata Dua malam aku tidak bisa tidur dengan tenang, semalam kemaren ingin bicara empat mata dengan Awan, orangnya malah tidur di tempatnya om Joe. Seharian aku hanya bisa uring-uringan karena tidak bisa bertemu dengannya. Ternyata benar apa yang dikatakan pepatah 'Love is Sweet Torment', tapi siksaan itu membuatku jadi tidak bisa istirahat dengan tenang sebelum bertemu dengannya. Entah Awan merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini.Seharian itu aku menunggunya pulang, tapi Awan baru pulang katika hari sudah larut malam dengan diantar oleh om Joe. Aku tahu kalau ia datang, tapi sengaja aku tidak keluar dari kamar, berharap Awan yang datang menghampiri. Sempat hatiku berlonjak senang ketika derap langkahnya terhenti persis di depan pintu kamarku, namun apa yang kuharapkan hanya sebatas harapan, karena kehadiran yang kunanti hanya sebatas lamunan saja, Awan hanya diam beberapa saat lalu masuk kekamarnya. Tidak tahukah ia, kalau aku sangat menanti kedatangannya ? tidak tahukah ia
"Kak Daniel bisa tidak bicara dengan bahasa yang sopan", kata Karin yang duduk di sebelah kiri Daniel, disaat aku menantikan Awan akan membela dirinya, justru Karin adik kelasku yang berdiri membela dirinya di depan kakak sepupunya sendiri."Dek! Loe belain anak babu itu juga ?", bentak Daniel pada Karin."Ucapan kakak udah sangat keterlaluan", kata Karin dengan nada agak tinggi membela Awan."Loh, aku berbicara fakta kan! atau jangan – jangan kamu juga sudah kena pelet oleh anak pembantu itu ?", kata Daniel sengit."Cukup", aku mendengar suara bentakan cukup keras, dari arah belakang Daniel. Ternyata Awan yang berdiri, kulihat ia mulai terpancing emosinya.Iya, begitu sayang. aku tahu kalau kamu lebih baik dari ini, buktikan kamu lebih baik dari si penghinamu, balas ia, batinku.Aku menatap haru dengan mata berkaca-kaca ke arah Awan, namun begitu tatapan kami bertemu, Awan seperti menahan emosinya kembali.Kenapa sayang ? ayo keluarkan emosimu, batinku.Namun Awan bukannya melanjutkan
Mivi dan Reni sampai menatap ke arah Mika dengan tatapan heran."Jadi, kamu yang menyebar berita itu ?", tebakku langsung dengan nada mulai meninggi. Tapi kepalaku juga terasa mulai sakit, sehingga aku coba memejamkan mata mengurangi rasa sakit dikepalakuReni sampai memegangi lenganku untuk menenangkanku."Kenapa ?", tanyaku dingin pada Mika.Mika sampai terisak sesaat, lalu dengan suara terbata ia menjelaskan alasan kenapa ia sampai tega mengkhianati hubungan persahabatan yang kami bina semenjak SLTP."Gue jelous pada loe Nat, kalian semua anak orang berada, sementara gue! Hikss..", kata Mika memulai penjelasannya.Reni dan Mivi sampai terpana mendengar ucapan Mika."Hanya karena itu, loe tega mau mencelakai Nata, Mik?", kata Mivi yang juga mulai marah."Dan tidak tertutup kemungkinan, loe bisa aja mencelakai kita bertiga. Iya kan Mik ? JAWAB", kata Reni dengan nada tak kalah tinggi. Sementara Mika makin terisak, mengakui kesalahannya."Biarin dia bicara", ucapku datar.Mika menatap
POV AwanTidak lama setelah Karin keluar dari kelas, akupun bersiap untuk pulang. Aku mengambil tas dan berjalan keluar kelas. Saat berada diluar kelas."Ren ?", gumamku lirih. Karena aku melihat Ren jalan bersama Daniel menuju lantai 1. Namun ada yang aneh dengan Ren, ia berjalan pelan dan seperti orang sedang mabuk, karena jalannya terlihat limbung. Firasatku tidak enak, akhirnya ku ikuti mereka dari belakang.Benar apa yang kukhawatirkan, begitu sampai dilantai bawah, saat dilapangan menuju gerbang keluar sekolah, Ren terhuyung dan terlihat mau pingsan, sehingga aku berlari cepat kearahnya. Aku menangkap tubuh Ren sebelum jatuh, persis sedetik menjelang tangan Danil menyentuh tubuh Ren.HugAku memeluk tubuh Ren. Astaga! Tubuh Ren sangat panas dan wajahnya terlihat sangat pucat. Apa sejak tadi pagi itu Ren sudah sakit ? itukah alasannya, ia terlihat diam dan lesu sepanjang hari."Anjing! Ngapain loe disini ? anak pembantu kayak loe gak pantas memegang tubuh Ren. Pantasnya Cuma orang
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan