Kalimat demi kalimat yang diucapkan Ren berikutnya membuatku semakin tersadar tentang betapa besarnya pengorbanan Renata agar diriku tidak menderita saat kehilangan dirinya kelak."Hikss hiksss, Ren gak mau Awan terpuruk dalam kesedihannya. Ren mau melihatnya bahagia dan menjadi orang sukses.""Ren, mau Awan bisa berhasil kelak, bisa membantu Papa membesarkan perusahaan keluarga Kita. Suatu hal, yang tidak akan pernah mungkin bisa Ren lakukan.""..Biarlah Awan mengingat Ren sebagai wanita yang dibencinya, jika itu bisa membuat Awan lebih kuat dan lebih mudah melupakan Ren nantinya. Hikss hikss.""Bisakah Mama menyembunyikan hal ini nantinya dari Awan ?"Astaga! Entah kenapa dadaku menjadi terasa sesak dan sakit melihat betapa besarnya penderitaan dan pengorbanan yang harus dilaluinya demi membuatku tidak menderita kehilangan dirinya kelak. Aku sampai jatuh berlutut ke tanah, "Sudah cukup. Tolong hentikan semua ini." Ucapku memohon. Aku tidak kuat lagi melihat setiap tetes air mata da
Akhirnya, apa yang Kutakutkan menjadi kenyataan. Ketika berada di bagian ujung gua, ada seekor harimau besar. Bahkan itu adalah wujud harimau terbesar yang pernah kulihat, bulu-bulu tidak seperti harimau kebanyakan lebih berwarna keemasan dan bagian loreng hitamnya terlihat seperti ribuan jarum hitam yang sangat tajam.Sosok itu pula yang membuat Ibu berhenti melangkah, harimau tersebut menatap Ibu dengan tatapan tajam. Herannya setelah melihat Ibu, harimau tersebut seakan bisa melihat ke arahku, dengan tatapannya saja bisa membuat jantungku seakan berhenti berdetak."Arini, putrinya si Hitam Fikri, cucu dari Rajo Alam. Hari ini, seperti perjanjian nenek moyangmu padaku. Telah lahir keturunan laki-laki dari rahimmu, kini tiba saatnya bagimu untuk memenuhi janji yang coba dikhianati oleh kakekmu dulu si Rajo Alam. Ingat! Alua samo dituruik, limbago samo dituang. Darah sudah diikat, sebagai perjanjian antara bangsaku dengan keluargamu." Ujar Harimau sambil melirik ke arahku sekilas. Alu
"Bagaimana kabar anak Kita, dek ?""Awan baik Mas. Dia aman bersama Ayah di kampung.""Bagaimana rupanya ?" Tanya Ayah penasaran.Ibu tampak tersenyum kecil, "Dia sama sepertimu mas, hidungnya, bola matanya, tapi bibirnya lebih mirip ibunya."Ada sedikit ketenangan di wajah Ayah begitu mendengar cerita Ibu, lalu tubuh Ayah gemetar dan sedikit terisak. "Ini semua salahku, sampai membawa dirimu dan anak kita dalam bahaya. Aku tidak bisa selamanya mengabaikan perasaanku padamu, dan pada anak kita.. Tapi, Ayah dan keluarga besarku pasti akan mengetahuinya."Aku seolah melihat sisi lain ayahku yang selama ini tidak kuketahui. "Tidak, sudah takdir kita bertemu dalam kehidupan ini mas." Ucap Ibu memeluk ayah untuk menenangkannya.Lalu, dari bibir Ibu sendiri aku jadi tahu, jika ternyata Ayah yang sebenarnya memaksa Ibu dan Aku untuk jauh dari dirinya. Karena Ayah tahu, jika pewarisnya adalah bayi yang akan dilahirkan oleh Ibu, yaitu diriku. Yang menjadi masalah, hal tersebut melanggar atura
"Tidak! tidak semudah itu kamu mengambil alih tubuh anakku. Alua alah dituruik, sumpahpun harus di penuhi." Ucap Ibu membalikan ucapan yang pernah di ucapkan Inyiak dalam mimpi ibu dulu. (Aturan sudah diikuti.)Rupanya Inyiak sempat berniat untuk mengambil alih tubuhku tapi pas detik terakhir usahanya tersebut berhasil digagalkan oleh Ibu dan itu membuat Inyiak terlihat gusar. Tapi ada harga mahal yang harus dibayar mahal oleh Ibu, tubuhnya menjadi lemah karena kekuatan murninya sudah dipakai untuk melindungiku.Hari ke hari tubuh Ibu semakin melemah. Kakek Adli ternyata pernah datang ke rumah, dan karena permintaan Kakek Adli jugalah Ibu dibawa berobat ke Singapur di tempat kenalannya Kakek Adli. Betapa bodohnya Aku yang dulu, tidak menyadari kalau Ibu sedang sakit parah. Ibu dengan begitu sempurnanya bisa menyembunyikan sakit yang dideritanya dariku, agar Aku yang saat itu baru berada di Kota bandung tidak kepikiran dan bisa fokus belajar."Maaf kan Awan, Bu!" Gumamku lirih melihat
Aku hendak mengusap air mata Hanna, karena Aku tahu Ia tidak mungkin bisa melakukan itu saat ini, tapi Hanna salah mengartikan gerakanku dan memalingkan wajahnya ke dalam bantal, "Ha-hanna sekarang jelek, K-kak." Ucapnya lirih. Tampak Ia malu dan coba menutupi luka yang ada di wajahnya."Hei, siapa yang bilang Hanna jelek ? Hanna itu adalah gadis smart dan cantik yang pernah Aku temui." Kataku memujinya dan berharap Ia tidak perlu merasa minder dengan rupanya saat ini."Hikss.. hiksss.."Melihatnya menangis seperti itu, membuat perasaanku juga turut bersedih. Aku tahu, Ia adalah gadis yang tangguh dan selalu berjuang kuat bahkan selalu tampak ceria, Ia tidak menyerah dengan penyakit yang semakin menggerogoti tubuhnya dari dalam.Kuulurkan tangan coba menyentuh wajah luka yang coba ditutupi Hanna, Aku ingin Ia tidak perlu malu dan menutupinya dariku. Semula Hanna hendak berusaha menghindar dan mengelak agar Aku tidak menyentuh wajahnya, tapi tubuhnya yang lemah tidak bisa bergerak kema
Malam semakin beranjak naik, suhu juga semakin dingin menggetarkan tulang. Tapi, malam ini terasa berbeda dengan malam-malam lainnya, karena malam nanti akan terjadi malam purnama. Tidak seperti biasanya, tidak ada satupun suara hewan-hewan malam yang biasa terdengar. Benar-benar terasa sunyi dan hening, seakan semua suara dipaksa diam untuk menyambut peristiwa sakral yang akan segera terjadi dipuncak malam purnama nanti.Ditengah gelapnya malam, tampak seorang pria tua dengan pakaian serba hitam membopong tubuh Awan dan berjalan ringan ke tengah Rembang. (Rembang=Sejenis kali kecil yang di lalui oleh sungai).Tubuh Awan sendiri hanya ditutupi oleh kain kecil berwarna putih yang menutupi pusar hingga bagian lututnya, saat sampai ditengah rimbang yang airnya begitu jernih dan hanya sedalam lutut orang dewasa tersebut, tubuh Awan didudukkan tepat ditengah-tengah. Anehnya, tubuh yang sedang tidak sadarkan diri itu bisa duduk bersila dengan posisi duduk tegak seakan ada yang menopang tubu
POV AwanSekarang Aku tidak tahu dimana berada, yang tampak hanya kabut pekat dan kegelapan. Tapi dibawah pijakan kakiku hanya terasa rumput yang basah dan tidak ada apa-apa lagi selain itu. "Dimana ini?"Aku teringat dulu pernah mengakami kejadian seperti ini, saat pertama kali berinteraksi dengan Zhansen yang ada dalam diriku, tapi jelas kali ini berbeda.Aku berjalan terus dan hanya mengandalkan instingku sendiri yang seakan mengarahkan diriku untuk melangkah kesana. Semakin jauh langkah kakiku melangkah, suhu semakin dingin. Lalu, dari kejauhan samar-samar Aku melihat sebuah cahaya terang seperti sinar matahari.Membuat rasa bahagia luar biasa, karena bisa menemukan jalan keluar dari padang rumput yang tak bertepi ini. Akupun, berjalan semakin cepat ke arah sinar tersebut, tapi semakin dekat dengan sinar tersebut, perasaanku semakin tidak enak. Sinar tersebut seperti menghadirkan rasa takjub sekaligus rasa takut disaat bersamaan.Setelah berjalan cukup lama, cahaya yang semula Ku
"Harga seperti apa maksud Ibu ?""Awan masih ingat apa yang Ibu bilang dulu, tentang sejarah keluarga kita yang hanya bisa punya satu orang keturunan laki-laki di setiap generasinya ?"Aku mengangguk, karena memang begitulah yang Ibu ceritakan padaku sebelumnya."Kenyataan yang sebenarnya, setiap bayi yang terlahir dalam keluarga Kita punya saudara kembar.""Lalu, kenapa Ibu menceritakan dulu hanya satu?""Itulah harga yang harus kita bayar untuk kekuatan besar itu, Nak." Kali ini tampak wajah Ibu yang sedih."Ibu tahu, Kamu yang dibesarkan dengan norma agama dan adat kampung Kita pasti akan menentang jika tahu harus mengorbankan saudara sedarah sebagai tumbal dari kekuatan yang akan Kamu terima.""Betul, Aku tidak bisa menerima saudara sendiri sebagai korban untuk kekuatanku." Ujarku tegas."Itulah yang dialami oleh Kakeknya Ibu dulu. Kakek sangat terluka dan tidak bisa menerima saudara kembarnya jadi tumbal karena kekuatan sakti harimau. Diapun menuntut ilmu pada seorang Syeh di Ace
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan