POV Awan"ARGGGHHHH..." Aku berteriak sekeras-kerasnya untuk mengeluarkan sisa emosi yang ada dalam diriku. Padahal saat itu Aku lagi berada dipinggir jalan, tidak jauh dari dark club tempat Aku bertarung sebelumnya. Lagi, Aku hilang kendali atas diriku sendiri. Tidak kupedulikan tatapan aneh-aneh dari orang-orang yang memandangku dengan tatapan anehnya, mungkin mereka mengira Aku adalah orang gila, sehingga tidak lama kemudian mereka kembali sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.Satu hal yang Kuingat, saat Aku pergi meninggalkan Apartemennya Angel sore tadi. Setelah itu, Aku hanya merasakan kegelapan, lalu Aku mendengar suara-suara yang meneriakkan namaku. Sejak sadar dari koma sebelumnya, Aku bisa merasakan sebuah kekuatan yang seakan meluap-luap mengalir dalam diriku. Tidak hanya itu, kekuatan itu juga seakan membangkitkan sesuatu yang lain dalam diriku, suatu yang lebih gelap dan lebih jahat. Ini sudah malam ketiga Aku hilang kendali seperti tadi dan kekuatan gelap itu kem
Tidak lama setelah pemuda itu melewati Kami, Akupun mengikuti langkahnya."Kemana Bos ? Gak jadi masuk ke dalam ?" Tanya Dwi heran."Lain kali saja. Ada urusan lain." Jawabku santai."Urusan dengan pemuda tadi Bos ? kalau iya, biar Saya saja yang menyelesaikannya." Ujar Tejo menawarkan bantuannya."Gak usah. Urusan kecil ini. Kalian lanjut kerja saja. Aku pergi dulu ya." Ucapku sambil cepat-cepat pergi dari sana, sambil mataku tak lepas menatap arah kepergian pemuda tadi."Oke Bos. Kalau butuh bantuan Kami, kapanpun Kami siap." Ucap Dwi dari belakangku dengan suara sedikit keras.Aku menyusuri tempat parkir tempat pemuda tadi membawa Kak Rini. Entah kenapa adrenalinku sedikit meningkat, begitu tahu kalau cewek yang sedang dibopong oleh pemuda tadi adalah Kak Rini.Melihat kondisinya, pasti Kak Rini sudah di recoki oleh minuman atau obat-obatan, sehingga kondisinya bisa sampai tidak berdaya seperti itu. Dan sekarang Aku tidak menemukan kemana pemuda tadi membawa Kak Rini pergi. Teringa
Rumah terasa sepi saat Kami datang. Semula Aku hendak menitipkan Kak Rini di kamarnya Devi, namun tidak Kurasakan sama sekali keberadaannya di rumah itu. Apa Ia sedang dalam misi ? Akhirnya, Kuputuskan membawa Kak Rini ke kamarku yang ada di rumah kedua.Kubaringkan Kak Rini diatas kasurku dengan pelan. Kak Rini terlihat menggeliat lemah, berulang kali Ia mendesah dan terlihat seperti tersiksa. Mungkin akibat obat perangsang yang diberikan oleh cowok yang bersama dengan Kak Rini tadi."Awan.. Awann.. hmnnnh."DegKak Rini memanggil namaku sambil mendesah."Apa yang sebenarnya terjadi denganmu Kak ?" Gumamku lirih. Justru dalam keadaan hampir tidak sadarkan diri itu, Kak Rini berulang kali memanggil namaku."Lemah."Bukannya Kak Rini yang menjawab gumamanku barusan, justru suara itu lagi, suara yang muncul dari dalam diriku. Dan memang kurasakan hawa kegelapan itu mulai bangkit kembali, hendak mengambil alih kendali atas diriku."Jangan coba menyentuhnya." Ucapku pelan, sambil coba mem
POV Kelvin SanjayaFlashback Kejadian 3 tahun yang lahu.Perasaan itu begitu kuat, membuatku tidak bisa lagi menahan diri. Akhirnya dengan segala resiko yang akan terjadi, Akupun nekad datang ke Desa ini. Desa tempat Istriku berada saat ini. 15 tahun lebih Kami berpisah, apa Aku menginginkan hal itu terjadi ? Tidak, Arini adalah satu-satunya wanita yang Kunikahi karena Aku mencintainya. Beda halnya dengan pernikahan pertamaku yang sudah diatur oleh keluarga besarku, demi semakin besarnya perusahaan Kami.Diriku yang masih muda, nekat pergi dari rumah keluarga besarku, meninggalkan Istri dan dua Anakku saat itu. Aku sudah lelah dengan semua aturan keluarga yang seolah sudah mengatur semua jalan hidupku. Harta berlimpah, kekuasaan yang seakan tiada batas. Bahkan saat itu, berkat tangan dingin Ayahku, Kami sudah masuk menjadi satu dari 9 Naga yang berpengaruh di Negeri ini. Namun, Aku tidak menikmatinya sama sekali.Aku sendiri memiliki 2 Adik laki-laki dan 1 adik perempuan. Tapi, sesuai
Aku tidak bisa lari lagi dari takdirku, akhirnya Aku terpaksa memilih untuk kembali, mengorbankan serta membunuh perasaanku sendiri. Aku tahu ini adalah pilihan tersulit dan terberat yang pernah Kuambil. Aku tahu, dengan mengambil keputusan ini, Arini akan terluka dan bahkan mungkin saja Ia bisa benci padaku. Tapi, asal bisa menyelamatkan nyawanya dan juga nyawa kecil anak Kami nantinya, Aku memilih untuk pergi meninggalkan Arini dan juga calon anak kami yang masih dalam kandungannya.Aku bahkan tidak berani untuk berpamitan langsung pada Arini. Aku tak kuasa mengucapkan kata perpisahan untuknya, Aku terlalu sayang dan tidak ingin melihat air matanya. Sehingga Aku meminta bantuan salah seorang tetangga Kami untuk bantu menjaga Arini, sampai anak Kami lahir nantinya. Dari jauh, Aku selalu memantau keadaan Ariniku, walau setiap mendengar berita tentangnya yang masih menunggu suaminya yang tidak akan pernah kembali padanya, selalu membuatku terluka.Setelah beberapa tahun Aku menjalani k
Anakku dengan kedua temannya tampak kewalahan menghadapi lawan-lawannya yang rata-rata berusia lebih dewasa darinya. Aku sendiri masih menunggu, menunggu dan menunggu Zhansen menampakkan dirinya. Aku penasaran seperti apa Zhansen yang ada dalam diri Awan, Keadaan semakin genting dan kritis, dua teman Awan sudah tergeletak tidak berdaya, tapi lawan mereka masih ada lima orang yang masih bugar, termasuk pemimpinnya. Pamimpin komplotan tersebut mulai mengintimidasi Awan dengan coba menjamah tubuh teman wanita Awan, saat itulah apa yang ku nantikan sejak tadi akhirnya menampakan dirinya untuk pertama kalinya, itulah saat Zhansen terlahir dalam diri Anakku."Kalian salah mencari lawan, anak muda." Gumamku lirih sambil menatap takjub pada perubahan Awan.Sebuah aura hitam pekat tiba-tiba mengelilingi tubuh Awan yang sebelumnya sudah tergeletak kehabisan tenaga. Dengan perlahan Awan bangkit, gerakannya sangat Kusuka. Apalagi saat Awan membuka kedua matanya, Mata Merah darah, mata Zhansen. M
POV AuthorDark Club miliknya Klan Atmaja sangat disibukan malam ini, karena malam ini merupakan pertarungan yang akan menghebohkan dunia hitam, Khususnya para mafia di seluruh dunia mengalihkan fokusnya pada pertarungan yang akan di selenggarakan malam itu. Pertarungan antara Awan yang erat dikaitkan dengan Klan Atmaja, karena belum ada berita yang jelas untuk bisa mengkonfirmasi hal itu, dan pihak Klan Atmaja sendiri sengaja masih menutup rapat tentang rapat tentang hal itu. Melawan putra mahkota Klan Yamada, Kunisaha Yamada. Salah satu klan yang punya pengaruh penting, tidak hanya di Negeri Sakura tempatnya berasal, melainkan juga seluruh dunia karena banyak Negara besar dan bahkan para penguasa yang sering memakai jasa mereka untuk melanggengkan kekuasaan mereka ataupun melenyapkan kelompok tertentu untuk membuat tangan para penguasa tersebut tetap terlihat bersih.Malam itu, banyak para petinggi Klan dan Kelompok Mafia terkenal yang hadir di Dark club tersebut. Arenanya sendiri s
POV AwanRumah itu masih sama, masih terlihat mewah dan megah layaknya Istana. Banyak sudah kenangan yang Kuhabiskan disana. Kehangatan yang ada didalamnya, setiap cinta yang pernah Kurasakan didalam sana, seakan berputar silih berganti dalam memoriku.Namun, apa yang Kulihat saat ini tidak lagi sama. Rumah itu terasa sangat sepi, tidak lagi ada kebahagiaan dan kegembiraan didalamnya. Hanya ada aura kesedihan dan duka. Kenapa bisa begini?Saat ini, Aku berdiri di tengah taman perumahan yang berjarak 200 meteran dari rumahnya Renata. Memandang jauh dari sini, walau yang nampak hanya atap rumahnya saja, namun dengan kemampuan baruku, semuanya seakan terlihat jelas dari tempatku berdiri. Memandang dengan lara yang terpendam sesak dalam dada.Berulang kali kaki ini ingin nekat untuk berjalan ke dalam rumah itu, menemuinya didalam sana. Merasakan lagi hangat pelukannya, melihat lagi cantik senyumannya, atau sekedar bisa melihat wajah cantiknya sebagai obat dari rasa rindu ini. Tapi, kata-k
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan