“Sonya, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor lima!” ucap Ghea dengan nada memerintah. Gadis itu memang kurang suka dengan kehadiran Sonya di sana. Ia merasa tersaingi dengan kedatangan Sonya di restoran tempatnya bekerja.Sonya hanya mengangguk, ia tampak patuh dan segera mengantarkan pesanan pelanggan. Ia bahkan merasa senang dapat bekerja di bidang yang berbeda dari pekerjaan sebelumnya.Setelah kepergian Sonya, salah seorang pelayan mendekati Ghea dan berbisik kepadanya.“Ghea, apa kamu tidak takut dengan Nyonya Prita? Sonya itu hanya diperbantukan di sini, jadi jangan terlalu mengandalkannya.” Pelayan itu berbicara dengan raut wajah penuh kekhawatiran.“Kamu tenang saja, lagipula sudah seharusnya Sonya meniti karier dari bawah. Jangan mentang-mentang dia anak kesayangan Nyonya Prita dan bisa seenaknya saja menyingkirkan kita!” ucap Ghea dengan nada sinis.“Ghea, Sonya yang aku kenal tidak seperti itu. Hampir satu bulan dia bekerja di sini dan aku mengenal dia sebagai sosok ya
“A-aku tidak mau anak ini. Aku benci janin ini, Nyonya. Aku mohon, gugurkan saja!” lirih Sonya dengan nada terisak. Ia benar-benar membenci benih yang tengah bertumbuh di dalam rahimnya.“Sonya, tenanglah. Kamu akan baik-baik saja. Kita akan bicarakan nanti. Sekarang kamu fokus saja dengan kondisi kesehatanmu!” ucap Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Ia tidak menyangka kalau Sonya menyimpan rahasia yang begitu besar di dalam hidupnya.“Nyonya, aku membenci janin ini dan aku tidak ingin membuatnya menderita Aku tidak ingin dia terlahir ke dunia.” Sonya tampak terisak dan terus menolak keberadaan janinnya. Ia bahkan merasa muak mengingat semua perlakuan buruk yang dilakukan Oliver kepadanya.“Dokter, maaf, sepertinya kami harus segera berpamitan. Ada hal yang harus kami bicarakan,” ucap Nyonya Prita dengan nada sopan. Wanita itu berusaha bersikap tenang di hadapan dokter yang baru saja menangani Sonya.“Ya, jangan lupa vitaminnya diminum dan jaga kandungan Nona Sonya baik-baik!” ucap do
“Aku ingin makan permen lollipop!” seru Oliver dengan wajah kesal. “P-permen lollipop?” ucap Lorenzo dengan tatapan keheranan. “Ya, memangnya kenapa? Apa ada yang aneh dengan keinginanku?” Oliver tampak tidak suka ketika Lorenzo menghentikan laju mobilnya dan menatap dirinya dengan penuh rasa keheranan. “T-tidak, selama ini Anda sangat menghindari permen, gula-gula atau sejenisnya. Kenapa Anda tiba-tiba tertarik ingin memakan lollipop?” Lorenzo masih belum percaya kalau Oliver tiba-tiba ingin memakan permen yang biasa dikonsumsi anak-anak. “Lorenzo, jangan banyak bicara. Sekarang, belikan aku lollipop!” seru Oliver dengan wajah kesal. Laki-laki itu tampak memarahi Lorenzo yang masih terheran-heran dengan permintaannya. “B-baik, Tuan.” Lorenzo mengangguk dan segera melajukan mobilnya. Laki-laki itu sedang berpikir keras untuk menemukan permen yang diminta oleh Oliver. Akhirnya sebuah senyum terbit di wajahnya. Lorenzo segera menepikan mobilnya di sebuah toko mainan yang cukup terke
“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya tampak terduduk lemah di lantai kamar mandi sambil membekap mulutnya. Tubuhnya terasa lemas dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Pagi ini, perutnya terasa mual dan membuat wanita itu tak berdaya.“Kalau kamu ingin bertahan di dalam sana, kenapa kamu terus menyusahkanku?” ucap Sonya dengan bibir bergetar. Ia merasa marah kepada janinnya yang sudah membuat aktivitasnya terganggu. Pagi ini, dirinya ingin pergi ke restoran, namun kondisinya yang lemah membuat Sonya hanya dapat tertunduk lemah dengan kepala berdenyut hebat.Nyonya Prita tampak mencemaskan kondisi Sonya. Wanita itu belum keluar juga dari kamar mandi. Padahal, Sonya sudah sejak tadi berada di dalam sana.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Nyonya Prita sambil mengetuk pintu kamar mandi. Wanita itu sangat mencemaskan Sonya karena ia pernah berada di posisi yang sama. Ia bahkan harus bertahan hidup di tengah kerasnya dunia.“Sonya, aku benar-benar mencemaskanmu!” ucap Nyonya Prita denga
Oliver tampak mengerjapkan netranya. Laki-laki itu bergegas untuk bangun dan bersiap-siap pergi ke kantor. Ketika ia baru saja duduk, kepalanya berdenyut hebat.“Kenapa kepalaku pusing sekali,” ucap Oliver sambil memijit pelipisnya. Ia merasa heran dengan rasa pusing yang tiba-tiba mendera kepalanya. Laki-laki itu bahkan mengingat-ingat makanan apa yang semalam ia konsumsi sehingga membuat kepalanya berdenyut.Oliver segera membuka laci mejanya. Ia mencari obat sakit kepala dan segera meminumnya. Laki-laki itu berharap, rasa sakit itu akan menghilang setelah mengkonsumsi obat sakit kepala.Laki-laki itu bergegas untuk membersihkan diri. Oliver bahkan sengaja berendam dengan air hangat supaya mengurangi rasa nyeri yang menyerang kepalanya. Ia sengaja berlama-lama berendam di dalam bath tub untuk merilekskan tubuhnya.Setelah selesai berendam dan membersihkan diri, Oliver segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Hari ini, laki-laki itu akan menghadiri pertemuan bersama kliennya un
“Dok, kenapa kepalaku terasa berat dan berdenyut hebat?” lirih Oliver dengan netra setengah terpejam.“Apa akhir-akhir ini Anda kurang tidur?” tanya dokter itu sambil memeriksa tekanan darah Oliver. Sang dokter juga meminta Oliver berbaring untuk memastikan kondisi kesehatan laki-laki itu.“Sepertinya tidak. Memang beberapa hari ini aku sangat sibuk mempersiapkan sidang, namun aku masih beristirahat dengan waktu yang normal. Aku bahkan masih sempat berolah raga sebelum pergi ke kantor.” Oliver menjelaskan secara rinci kegiatan yang dilakukan akhir-akhir ini.“Baiklah, saya sudah memeriksa kondisi ksehatana Anda dan menurut saya, kondisi Anda baik-baik saja. Tekanan darah Anda juga normal. Saya akan meresepkan beberapa macam vitamin dan obat lambung untuk Anda. Obat ini diminum ketika Anda mengalami mual saja.” Dokter itu segera menulis resep obat dan vitamin yang harus dikonsumsi oleh Oliver.Oliver hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada dokter pribadinya. Laki-laki itu
“Tuan, apa Anda sedang mengidam?” tanya Lorenzo dengan nada yang sangat pelan. Laki-laki itu tampak tidak nyaman untuk bertanya kepada tuannya.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Oliver terbatuk ketika Lorenzo bertanya hal yang tidak biasa kepadanya.“Tuan, apa Anda baik-baik saja?” Lorenzo tampak panik melihat tuannya tersedak. Laki-laki itu segera memberikan sebotol air mineral yang ada di hadapannya.Oliver hanya terdiam sambil menenggak air mineral yang ada di dalam botol hingga tandas. Laki-laki itu tampak terdiam untuk sesaat ketika memikir ucapan Lorenzo.“Tuan, saya minta maaf kalau Anda merasa tersinggung,” ucap Lorenzo dengan tatapan penuh rasa bersalah.“Tidak apa-apa. Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku? Apa kamu sedang berprasangka denganku?” tanya Oliver dengan tatapan menyelidik.“T-tidak Tuan, hanya saja pemilik mangga ini mengatakan bahwa pecinta mangga muda adalah orang-orang yang sedang mengidam.” Lorenzo menjawab pertanyaan Oliver dengan wajah tertunduk. Laki-laki itu begitu
“Lo, bisakah kamu mengupaskan aku mangga muda lagi?” ucap Oliver dengan tatapan penuh permohonan.DEG!Lorenzo segera menghentikan kegiatannya. Laki-laki itu spontan menelan ludahnya dengan cepat.“M-mangga muda?” tanya Lorenzo dengan tatapan yang sulit diartikan.“Ya, aku minta mangga muda. Apa kamu perlu pergi menemui dokter THT?” tanya Oliver dengan nada kesal.Lorenzo hanya menggeleng dan segera mengambil sekantung mangga yang ada di meja. Laki-laki itu segera mencucinya di wastafel dan mengupas kulitnya. Ia bahkan tidak dapat membayangkan rasa asam yang seakan menyentuh lidahnya. Laki-laki itu terlihat beberapa kali memicingkan mata.Setelah selesai mengupas mangga muda, Lorenzo menyerahkan potongan mangga itu kepada Oliver. Ia bahkan sengaja menjauh dan tidak ingin melihat Oliver menikmati mangga muda yang menjadi makanan favoritnya.“Lo, apa kamu mau? Mangga ini sungguh enak dan aku jamin, kamu tidak akan menyesal memakannya bersamaku!” ucap Oliver dengan nada santai. Laki-lak