Akhirnya kehamilan Vellza sudah memasuki tujuh bulan. Alfa sedang sibuk mempersiapkan perayaan tujuh bulanan untuk istrinya. Merasa kurang sempurna dengan idenya sendiri, Alfa meminta nasehat pada Devon asistennya.Alfa duduk di meja kerjanya, menatap layar laptopnya sambil merenung. Dia sedang sibuk mempersiapkan perayaan tujuh bulanan untuk istrinya, Vellza. Namun, dia merasa kurang yakin dengan idenya sendiri dan memutuskan untuk meminta nasehat pada Devon, asistennya yang setia."Devon, aku butuh bantuannya," kata Alfa, menatap Devon dengan tatapan serius."Tentu saja, Pak Alfa. Apa yang bisa saya bantu?" tanya Devon, menatap Alfa dengan tatapan penasaran.Alfa menghela nafas dan mulai menjelaskan, "Aku sedang mempersiapkan perayaan tujuh bulanan untuk Vellza. Kami berencana mengadakan acara adat Jawa, tapi aku merasa kurang yakin dengan idenya. Apakah kamu punya saran?"Devon tersenyum dan mengangguk, "Saya pikir itu ide yang bagus, Pak Alfa. Perayaan tujuh bulanan adat Jawa memil
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Aisyah dan Alfa bisa menjalin hubungan suami istri setelah berpuasa. Mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika mereka menyadari bahwa calon benih mereka telah tertanam di rahim Aisyah. Alfa merasa begitu bahagia dan bersyukur saat mengetahui bahwa sang istri hamil.Suatu pagi, ketika sinar matahari mulai menerobos jendela kamar mereka, Aisyah dengan gemetar memberitahu Alfa tentang kabar bahagia itu. "Sayang, kita akan memiliki buah hati kita sendiri," ucap Aisyah sambil menatap Alfa dengan mata penuh cinta.Alfa terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Namun, senyum bahagia segera merekah di wajahnya. "Benarkah, Aisyah? Kita akan menjadi orangtua?" Alfa memeluk Aisyah erat, merasa begitu bersyukur dan bahagia.Dalam beberapa bulan ke depan, mereka merencanakan segala sesuatu dengan penuh kebahagiaan dan antisipasi. Di antara persiapan untuk kedatangan bayi mereka, Alfa tidak pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih
Hari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sembilan bulan sudah Vellza mengandung dan rasa keram di perutnya mulai terasa semakin intens. Dia berusaha tenang, mencoba mengatur napasnya seperti yang diajarkan dalam kelas prenatal.Vellza berjalan pelan menuju sofa, memegangi perutnya sambil meringis. Dia merasa seperti ada gelombang yang datang dan pergi, memenuhi tubuhnya dengan rasa sakit dan tekanan yang dia belum pernah alami sebelumnya."Alfa..." bisiknya, berharap suaminya masih di dekat rumah. Baru beberapa menit yang lalu Alfa berpamitan, hendak pergi ke toko untuk membeli beberapa perlengkapan bayi terakhir. Mungkin saja mobilnya baru saja keluar dari mansion.Saat melihat mobil Alfa keluar dari mansion, tiba-tiba Vellza merasakan rembesan air ketuban yang membuatnya semakin panik. Dengan cepat, Vellza meraih gagang ponsel yang tergeletak di sebelahnya dan mencoba menghubungi Alfa dengan gemetar."Alfa ... aku rasa air ketubanku pecah," ucap Vellza dengan suara yang penuh k
Suara bayi yang kencang membuat Alfa sangat bahagia. Dia merasa hatinya penuh dengan kegembiraan dan haru ketika mendengar tangisan pertama putranya. Alfa tidak sabar untuk menggendongnya dan merasakan kehangatan tubuh kecil tersebut dalam pelukannya.“Alfa, aku tidak bisa berkata-kata betapa bersyukurnya aku bahwa bayi kita bisa lahir selamat dan melewati keadaan yang begitu menegangkan tadi.” ‘Aku juga merasa sama, Vellza. Saat kita berada di rumah sakit dan melihatmu melahirkan, hatiku berdebar-debar. Tapi melihat bayi kita sekarang, semua ketegangan itu terasa seolah lenyap.” “Benar, Alfa. Kita melewati momen yang begitu sulit bersama-sama. Aku sangat berterima kasih atas dukunganmu dan kekuatanmu yang tak pernah pudar. Kau benar-benar menjadi batu penopangku selama persalinan.” “Kamu juga luar biasa, Vellza. Aku melihat bagaimana kamu begitu gigih dan tabah menghadapi setiap kontraksi. Kamu adalah wanita yang kuat dan hebat.” “Te
Noah Abigail Mahezwara, sebuah nama yang disematkan pada putra laki-laki milik Vellza dan Alfa. Betapa bahagianya ketika buah cinta mereka akhirnya lahir dengan selamat. Perjuangan selama kehamilan Noah juga sangat menguras batin dan emosi Alfa. Lelaki tampan nan dingin itu harus rela didepak berkali-kali dari kamarnya sendiri akibat Vellza mual ketika mencium aroma tubuhnya. Devon sang asisten hanya bisa menahan hal yang lucu itu di dalam hati, karena kalau sampai Alfa tau ia bisa dipecat dan dikirim ke Antartika.Pengalaman sebagai orangtua baru benar-benar membuat Vellza terkena Baby blues. Beruntung Alfa sudah memprediksi hal itu dan menyiapkan beberapa tenaga medis agar Vellza cepat pulih dan percaya jika keajaiban itu ada. Vellza, sebagai orangtua baru, merasakan pengalaman yang mengguncangkan dengan Baby Blues. Perasaan cemas dan takut yang melanda dirinya membuat produksi Air Susu Ibu (ASI) tidak lancar. Namun, beruntunglah Alfa, suaminya, yang t
Setelah dua hari di rumah sakit, akhirnya tiba saatnya Aisyah dibawa pulang bersama bayi laki-lakinya, Zayyan. Kedatangan mereka di rumah disambut dengan kebahagiaan yang meluap-luap oleh Alfa dan Nyonya Mirna. “Alfa, aku tidak bisa percaya kita akhirnya di rumah. Rasanya seperti mimpi.” “Aku juga merasa sama, Aisyah. Melihatmu membawa Zayyan ke rumah ini membuatku merasa sangat bahagia.” Nyonya Mirna, ibu Alfa, dengan mata berkaca-kaca, menghampiri mereka, "Selamat datang di rumah, Aisyah, dan selamat datang di dunia, Zayyan. Kita semua sangat menantikan kedatanganmu." “Terima kasih, Nyonya Mirna. Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan cinta yang telah Anda berikan kepada kami.” “Oh, Aisyah, kamu dan Alfa telah memberikan kami anugerah yang luar biasa. Kita semua sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan berkah kepada kita dengan kehadiran Zayyan.” “Iya, ibu. Kami sangat beruntung memiliki Zayyan.
Rupanya Anne, ibu tiri Vellza menelpon. Ia mengetahui jika putri tirinya itu telah melahirkan. Selama ini ia sengaja bersembunyi agar bisa mengambil sesuatu yang sangat berharga dari Vellza dan Alfa. Ia masih belum ikhlas karena putri kandungnya justru berhasil dipenjara akibat laporan Alfa. Padahal hanya meminjam beberapa juta, tapi justru dianggap penipuan.Maka dari itu, Anne sengaja menunjukan eksistensinya ketika putrinya sudah keluar. Niat balas dendam seolah diamini oleh alam semesta dengan kelahiran Baby Noah.“Kau mungkin merasa menang dan berada di atas angin saat ini. Tapi, sebentar lagi kamu akan mendapatkan balasan atas semua tindakan yang pernah kamu lakukan pada putriku,” ucap Anne dengan sorot mata penuh kebencian.Dengan cepat Nyonya Anne meraih ponsel dan menekan nomor ponsel Alfa. “Hai, Alfa. Apakah kamu masih mengingat diriku?”Nafas Alfa tercekat, ia seolah sedang bertemu dengan kekhawatiran Vellza. Istrinya yang mas
Vellza terlihat sangat cemas. Ia pun mendekati suaminya Alfa ketika Baby Noah tengah tidur. “Apakah keputusan yang aku ambil sudah benar? Aku takut ibu akan berbuat nekad pada Baby Noah.” Alfa menggenggam tangan Vellza lalu mengecupnya sebentar, “Tenang, sayang. Kita sudah mengantisipasi hal tersebut. Di rumah kita sudah dilengkapi dengan CCTV yang canggih. Kita bisa memastikan bahwa kita akan mengawasi ibu dengan tepat.” Vellza terlihat sedikit lega. Namun, sekali lagi ia ingin memastikan, “Benarkah, Alfa? Aku hanya ingin melindungi Baby Noah dengan segenap hatiku. Aku takut ibu masih memiliki niat buruk.” “Aku mengerti perasaanmu, Vellza sayag. Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa belajar dari pengalaman dan melindungi anak kita ke depannya. Dengan CCTV, kita bisa memantau setiap kegiatan di rumah dan memastikan keamanan Baby Noah.” Vellza menghela nafas lega, “Terima kasih, Alfa. Aku merasa lebih tenang mendengar itu. Aku hany