Namanya orang mengidam sudah pasti ada saja hal aneh yang memicu keinginannya untuk memiliki atau sekedar mencicipi. Sama seperti Vellza yang kebetulan melihat nasi goreng hitam berasal dari tinta cumi-cumi yang masih fresh, kebetulan nasgornya dijual di Surabaya. Tentu saja hal itu membuat Alfa harus bersusah payah terbang ke kota pahlawan itu.
"Tapi aku mau ikut!" Rengek Vellza lagi, matanya berbinar-binar memandang Alfa. Alfa tersenyum melihat tingkah istrinya yang sedang hamil itu."Kamu tahu betul, perjalanan itu cukup melelahkan dan mungkin tidak nyaman untukmu dan bayi kita," ujar Alfa dengan lembut, mencoba meyakinkan Vellza.Vellza tampak kecewa, bibirnya mengerucut. Alfa merasa hatinya bergetar melihat ekspresi istrinya. Dia mendekat dan merangkul Vellza, menenangkannya."Sayang, aku tahu kamu sangat menginginkan nasi goreng hitam itu. Dan aku berjanji akan membawanya untukmu. Tapi aku juga khawatir tentang kesehatanmu dan bayi kita.Alfa dan Vellza sedang menikmati waktu berdua di rumah mereka, tertawa dan berbagi cerita tentang hari mereka. Mereka berdua merasa sangat bahagia dan beruntung bisa memiliki satu sama lain. Namun, kebahagiaan mereka segera terganggu oleh panggilan telepon yang datang dari keluarga Alfa. Alfa mengangkat telepon dan wajahnya segera berubah pucat. Ayahnya, yang telah berjuang melawan penyakit kronis selama beberapa tahun terakhir, kini dalam keadaan kritis di rumah sakit. Alfa merasa seperti dunia berhenti berputar saat mendengar kabar tersebut. "Vellza, Ayah sedang kritis di rumah sakit. Kita harus segera pergi." Vellza, yang merasa terkejut dan khawatir, segera berdiri dan memeluk Alfa. Mereka berdua merasakan kekhawatiran dan ketakutan yang sama, tetapi mereka tahu bahwa mereka harus kuat dan bersama-sama menghadapi situasi ini.Mendengar kabar buruk tentang ayah Alfa, baik Alfa dan Vellza merasa terpukul. Namun, mereka tahu bahwa mereka perlu
Dikarenakan tidak kunjung datang, maka Alfa pun menekan nurse call. Berharap suster atau tenaga medisnya segera datang membantu. Alfa benar-benar berharap masih ada keajaiban saat ini.“Ada apa, Pak Alfa? Apakah ada yang bisa saya bantu?” “Tolong panggil dokter segera! Ayahku butuh pertolongan!” “Saya akan segera memanggil dokter. Mohon tunggu sebentar.” Beberapa saat kemudian dokter datang dan melakukan segala upaya untuk menyelamatkan Ayah Alfa. Namun, Tuhan mempunyai rencana lain. Meski dokter dan yang lainnya sudah mencoba menolong, tapi hasilnya sama. Untuk terakhir kalinya, Ayah Alfa hanya berpesan, “Jagalah istrimu seperti engkau memilihnya untuk menjadi pendamping hidupmu. Jadikanlah istrimu sebagai ratumu karena dia telah rela mengandung keturunanmu, padahal sebelum ini ia bukanlah siapa-siapa untukmu.”“Iya, yah. Aku berjanji.”Setelah itu ayahnya menghembuskan nafas terkahir. “Saya sudah melakuk
Acara pemakaman akhirnya telah dilakukan. Alfa dan Vellza terlihat masih setia berada di area pemakaman.Tergambar jelas jika mereka masih merasa belum menerima kematian ayahnya yang mendadak. Wajah mereka tampak pucat, mata yang sembab menunjukkan betapa mereka masih merasa belum menerima kematian ayahnya yang mendadak. Alfa merasa seolah-olah dunianya runtuh. Ayahnya, sosok yang selalu menjadi penopang hidupnya, kini telah pergi. Namun, di tengah duka yang mendalam, dia teringat akan perkataan ayahnya. Sebuah pesan yang begitu berarti, bahwa dia harus membahagiakan Vellza, wanita yang awalnya sangat dia benci, tapi seiring berjalannya waktu justru menjerat hatinya. Alfa menatap Vellza dengan penuh cinta, “Vellza, kita harus kembali. Meski ayah baru saja meninggal, kita harus menjaga stabilitas perusahaan agar tidak merugi. Kita bisa datang berkunjung lain kali. Vellza mengangguk, “Aku mengerti, Alfa. Ayah pasti juga ingin kita melanjutkan hidup dan men
Di sebuah perusahaan besar bernama AlphaCorp, Alfa adalah seorang eksekutif muda yang sangat berdedikasi. Namun, nasib berkata lain ketika Vellza, istrinya tiba-tiba jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Keadaannya semakin memburuk, dan dia tidak dapat melanjutkan tanggung jawabnya di perusahaan.Devon, rekan kerja Alfa yang juga merupakan teman dekatnya, merasa terpanggil untuk membantu. Dia tahu betapa pentingnya posisi Alfa dan betapa sulitnya bagi perusahaan jika tidak ada yang menggantikannya. Tanpa ragu, Devon mengambil alih semua kegiatan di perusahaan dengan tekad yang kuat.Devon mengatur jadwal rapat, memimpin tim, dan mengambil keputusan penting. Meskipun awalnya terasa canggung dan berat, Devon dengan cepat menyesuaikan diri dengan peran barunya. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan tugas Alfa dengan penuh dedikasi dan profesionalisme.Namun, semakin hari kondisi kesehatan Vellza dan calon bayinya semakin memburuk, sehingga Alfa terpaksa cuti untuk mene
Akhirnya kehamilan Vellza sudah memasuki tujuh bulan. Alfa sedang sibuk mempersiapkan perayaan tujuh bulanan untuk istrinya. Merasa kurang sempurna dengan idenya sendiri, Alfa meminta nasehat pada Devon asistennya.Alfa duduk di meja kerjanya, menatap layar laptopnya sambil merenung. Dia sedang sibuk mempersiapkan perayaan tujuh bulanan untuk istrinya, Vellza. Namun, dia merasa kurang yakin dengan idenya sendiri dan memutuskan untuk meminta nasehat pada Devon, asistennya yang setia."Devon, aku butuh bantuannya," kata Alfa, menatap Devon dengan tatapan serius."Tentu saja, Pak Alfa. Apa yang bisa saya bantu?" tanya Devon, menatap Alfa dengan tatapan penasaran.Alfa menghela nafas dan mulai menjelaskan, "Aku sedang mempersiapkan perayaan tujuh bulanan untuk Vellza. Kami berencana mengadakan acara adat Jawa, tapi aku merasa kurang yakin dengan idenya. Apakah kamu punya saran?"Devon tersenyum dan mengangguk, "Saya pikir itu ide yang bagus, Pak Alfa. Perayaan tujuh bulanan adat Jawa memil
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Aisyah dan Alfa bisa menjalin hubungan suami istri setelah berpuasa. Mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika mereka menyadari bahwa calon benih mereka telah tertanam di rahim Aisyah. Alfa merasa begitu bahagia dan bersyukur saat mengetahui bahwa sang istri hamil.Suatu pagi, ketika sinar matahari mulai menerobos jendela kamar mereka, Aisyah dengan gemetar memberitahu Alfa tentang kabar bahagia itu. "Sayang, kita akan memiliki buah hati kita sendiri," ucap Aisyah sambil menatap Alfa dengan mata penuh cinta.Alfa terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Namun, senyum bahagia segera merekah di wajahnya. "Benarkah, Aisyah? Kita akan menjadi orangtua?" Alfa memeluk Aisyah erat, merasa begitu bersyukur dan bahagia.Dalam beberapa bulan ke depan, mereka merencanakan segala sesuatu dengan penuh kebahagiaan dan antisipasi. Di antara persiapan untuk kedatangan bayi mereka, Alfa tidak pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih
Hari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sembilan bulan sudah Vellza mengandung dan rasa keram di perutnya mulai terasa semakin intens. Dia berusaha tenang, mencoba mengatur napasnya seperti yang diajarkan dalam kelas prenatal.Vellza berjalan pelan menuju sofa, memegangi perutnya sambil meringis. Dia merasa seperti ada gelombang yang datang dan pergi, memenuhi tubuhnya dengan rasa sakit dan tekanan yang dia belum pernah alami sebelumnya."Alfa..." bisiknya, berharap suaminya masih di dekat rumah. Baru beberapa menit yang lalu Alfa berpamitan, hendak pergi ke toko untuk membeli beberapa perlengkapan bayi terakhir. Mungkin saja mobilnya baru saja keluar dari mansion.Saat melihat mobil Alfa keluar dari mansion, tiba-tiba Vellza merasakan rembesan air ketuban yang membuatnya semakin panik. Dengan cepat, Vellza meraih gagang ponsel yang tergeletak di sebelahnya dan mencoba menghubungi Alfa dengan gemetar."Alfa ... aku rasa air ketubanku pecah," ucap Vellza dengan suara yang penuh k
Suara bayi yang kencang membuat Alfa sangat bahagia. Dia merasa hatinya penuh dengan kegembiraan dan haru ketika mendengar tangisan pertama putranya. Alfa tidak sabar untuk menggendongnya dan merasakan kehangatan tubuh kecil tersebut dalam pelukannya.“Alfa, aku tidak bisa berkata-kata betapa bersyukurnya aku bahwa bayi kita bisa lahir selamat dan melewati keadaan yang begitu menegangkan tadi.” ‘Aku juga merasa sama, Vellza. Saat kita berada di rumah sakit dan melihatmu melahirkan, hatiku berdebar-debar. Tapi melihat bayi kita sekarang, semua ketegangan itu terasa seolah lenyap.” “Benar, Alfa. Kita melewati momen yang begitu sulit bersama-sama. Aku sangat berterima kasih atas dukunganmu dan kekuatanmu yang tak pernah pudar. Kau benar-benar menjadi batu penopangku selama persalinan.” “Kamu juga luar biasa, Vellza. Aku melihat bagaimana kamu begitu gigih dan tabah menghadapi setiap kontraksi. Kamu adalah wanita yang kuat dan hebat.” “Te