Beranda / Romansa / GADIS NAKAL ITU MILIKKU! / Bab 5 : Edward Cemburu?

Share

Bab 5 : Edward Cemburu?

Penulis: Ana Sue
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-13 01:04:31

Setelah selesai berdansa dengan ketiga pemuda tampan itu, Grace kembali ke meja di mana Edward hanya mendiamkan Natalie tanpa mengajaknya mengobrol sama sekali. Di meja terlihat satu botol bir yang sudah kosong, ditenggak habis sendiri oleh Edward.

“Hey, Ed. Kenapa kau tak mau berdansa tadi?”

“Apa urusannya dengan kalian?” jawab Edward tanpa menoleh sedikit pun.

Kevin duduk di sebelah Grace, dan mengajak Grace ke meja billiard. Grace sama sekali tak menolak. Justru dia merasa senang, harapannya untuk berlama-lama dengan Kevin akhirnya terkabul.

“Sepertinya Kevin lupa kalau dia sudah memiliki Natalie,” sindir Mark.

Sindiran mengena tepat pada Edward. Edward tak bisa berkutik, perasaannya campur aduk, tak mungkin dia menyukai Grace hanya dalam beberapa hari. Mereka pun belum mengenal satu sama lain dengan baik, belum lagi keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda.

Kevin agak terkejut ketika menyadari tepi bibir Grace memiliki luka yang cukup panjang. Dia mengulurkan tangan ke arah bibir Grace lalu mengusap luka itu, “Apa yang terjadi?”

“Ah, itu ... aku terbentur,” jawab Grace berbohong dan gugup.

Ada getaran aneh di dada Grace ketika Kevin menyentuh bibirnya saat itu. Wajah Kevin sendiri, terlihat begitu jelas, dia sangat keren bagi Grace.

“Seperti bukan bekas benturan, pipimu pun baru kuperhatikan agak memar, apa yang sebenarnya terjadi? Apa seseorang memukulmu?”

“Tidak, sama sekali tidak,” jawab Grace seraya menggeleng.

Kevin menarik kepala Grace, mengecup tepi bibir dan pipi Grace dengan lembut. Grace ingin berteriak dan melompat kegirangan dengan perlakuan Kevin barusan.

Edward melihat dari kejauhan, ada yang meledak-ledak di dalam dadanya. Tapi apa yang dia bisa perbuat? Dia tak bisa menjelaskan secara rasional apa yang terjadi pada dirinya saat itu, tapi Vanes dan Mark tahu apa yang dirasakan Edward saat itu.

“Kevin mencuri start,” ujar Mark sambil melirik Edward yang mendadak diam seribu bahasa.

“Bocah pendiam, penyendiri, tapi lihai itu, tahu saja mana barang bagus,” timpal Vanes yang sengaja memanasi keadaan, dia hanya ingin tahu seberapa kuat Edward menahan egonya, dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya itu.

Edward tak banyak basa-basi, dia berdiri dari bangku, menyepak dengan tangan beberapa botol bir yang masih ada isi di atas meja hingga terjatuh dan pecah.

Edward berjalan ke arah Kevin dan Grace. Edward menggulung lengan kemeja dan melepaskan dasi, lalu menggebrak meja billiard, membuat semua terdiam memerhatikan dirinya.

“Ikut aku!” bentak Edward ke arah Grace.

“Kau kenapa, Ed?” tanya Kevin sembari tersenyum kecil.

Edward meraih tangan Grace dan menariknya dengan kasar, “Cepat!”

“Ed, kau menyakitinya, pergelangan tangannya menjadi merah,” ujar Kevin dengan wajah tenangnya.

“Dia tak keberatan, jadi kau tak perlu ikut campur!”

Di meja seberang, Vanes tertawa kegirangan, “Lihat, kau lihat, wajah dan tatapan itu tak bisa berbohong, dia tertarik dengan gadis itu. Aku sudah menyadarinya dari dua hari lalu,” ujar Vanes.

“Kenapa kau begitu yakin?” tanya Mark.

“Aku tahu Edward, lihat saja nanti, jika nanti dia terus bersikap aneh, berarti dia memang benar-benar memiliki perasaan kepada gadis itu. Tak bisa kupungkiri, gadis itu memang menarik, cantik, dan tidak bodoh.”

“Tapi terlalu cepat, Van. Mana mungkin dalam waktu dua hari?”

“Love at the first sight, Dude!” (“Jatuh cinta pada pandangan pertama, Bro!”)

Vanes dan Mark masih terus saja menebak-nebak apa yang dirasakan Edward pada Grace. Sementara Kevin dan Edward masih bersitegang. Keduanya saling bertatapan.  Dia tak suka melihat cara Kevin tersenyum, seperti sebuah ejekan baginya.

Tanpa mau berlama-lama, Edward menyeret Grace pergi dari tempat itu, dan meninggalkan ketiga temannya beserta Natalie. Dia tak peduli ketika Grace memaki dan mengata-ngatainya dengan kata-kata kasar.

“Ed!”

“Aduh, kau gila ya!”

Edward meringis kesakitan ketika Grace menginjak kakinya sekuat tenaga.

“Kau yang gila, kenapa tiba-tiba menarik dan membawaku pergi dari tempat billiard, sebenarnya apa maumu?”

“Mauku?”

“Apa kau mau mengajakku berkencan berdua saja?” tanya Grace.

“Hah?”

“Hmmm ... mungkin kau mau menuntaskan kejadian yang terputus dua hari lalu di apartemenmu?”

“Pikiranmu selalu kotor, ya? Lagi pula, kenapa aku membawamu pergi dari tempat itu, aku sendiri tak mengerti.”

Grace menyentuh dagu Edward, kemudian memainkan kerah kemeja Edward, baru beberapa saat yang lalu dia marah-marah pada Edward, tiba-tiba timbul niat isengnya dalam sekejap.

“Ayo, kita ke apartemenmu, mungkin teman-temanmu sekarang sedang menggoda Natalie dan mengajaknya berkencan, apa kau juga tak ingin berkencan?”

“Grace, aku—“

Grace tak mau banyak bicara, dengan cepat dia mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Edward. Edward tak bereaksi apa pun, hanya berdiam diri tanpa membalas, membiarkan Grace memagut bibirnya.

“Huh? Kau tak bereaksi apapun, saat aku menciummu?”

“Reaksi seperti apa yang kau harap?”

Grace menggedikan bahu dan mengangkat kedua tangannya, “Aku tak tahu. Kenapa kau bisa menahannya, apa kau seorang gay?”

“Coba kau sebutkan lagi,” tantang Edward.

“Kau ... g-a-y,” ledek Grace.

“Hmmm,” gumam Edward sembari tersenyum penuh arti.

“Kenapa tersenyum-senyum sendiri, kau mulai tak waras, lebih baik kau antar aku pulang!”

Grace berjalan mendahului sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

Edward mengejar dan menarik tangan Grace, "Siapa yang menyuruhmu pulang, urusan kita belum selesai!"

“Kau ini waras atau tidak?!”

Lama-lama Grace mulai jengkel, dia berlari sekencang mungkin tapi masih kalah cepat, Edward sudah mendahuluinya, hingga keduanya tiba di sebuah taman. 

Napas Grace tersengal-sengal, sambil memegang dada, dia berhenti dan menatap Edward, "Heh, sebenarnya kau mau apa? Berjam-jam kau mengekor, aku mau pulang!"

"Aku akan mengantarmu," ujar Edward menawarkan diri. Sepintas lalu, saat Grace mengatai dirinya gay, sempat muncul pikiran kotor di benak Edward, tapi dia mengurungkan niatnya. Dia tak mengerti kenapa mau mengekor Grace selama hampir 2 jam. Tapi perasaan amarah yang dirasakannya saat di billiard sudah reda dan hilang begitu saja. 

Grace melepaskan sepatu yang dipakainya, dan menentengnya, kemudian berjalan mendekati Edward. 

"Kakiku lecet, aku lapar, sebaiknya temani aku duduk sebentar."

"Aku bisa menelepon orangku untuk membelikan makanan dan membawanya ke sini," jawab Edward seraya mengeluarkan handphone miliknya dari saku celana. 

"Ed," panggil Grace dengan suara yang lembut.

Grace mengurut pergelangan kakinya yang terasa pegal. 

"He-em," Edward hanya menjawab dengan nada tak jelas. Dia berjalan menghampiri Grace, memegang tangan Grace menuntunnya duduk di sebuah bangku di taman. Tiba-tiba dia berlutut di depan Grace, memijat kaki Grace, membuat Grace terkejut dan tak mampu menolak. 

"Ey, lagi-lagi kau bisa mengubah sikap 180° sebetulnya kau ini mengidap kepribadian ganda ya?"

"Dasar gadis tak punya otak, aku membantu memijat kakimu, karena aku tahu kau pegal berjalan berjam-jam!"

"Ngomong-ngomong, Kevin itu sangat manis, dia begitu lembut, apa dia mau dengan gadis sepertiku? Kautahu, Ed, matanya yang sayu, dan lembut, membuatku ingin meleleh di tempat, belum lagi ketika dia mencium pipi dan—"

Edward merasa kesal ketika mendengar Grace membicarakan Kevin di depannya, kemudian dia memukul pergelangan kaki Grace dengan kencang. "Tolol, kau sedang bersamaku, dan kau membicarakan laki-laki lain?!"

"Wah, memangnya salah? Kakiku sakit!"

"Kau memang tak punya adat, tak tahu sopan santun, tak bisa menghargai perasaan orang lain, juga—"

Grace tak mau mendengar omongan Edward yang bertubi-tubi menyerangnya, "Diam, nikmati saja," ujar Grace sekali lagi dan membungkam dengan sebuah ciuman.

Seketika Edward teringat akan bekas luka dan memar yang ada di bibir dan pipi Grace. Edward menahan kedua tangan Grace yang masih berada di wajahnya, "Maaf, aku terlalu sibuk dengan kekesalanku, sampai aku tak menyadari kalau bibir dan wajahmu terluka dan memar, daritadi aku ingin menanyakannya, siapa atau apa yang membuatmu seperti ini?"

Grace menghela napas. Dia malas untuk menjelaskan tentang masalah yang menimpanya. Tidak mungkin dia menceritakan perihal utang ayahnya, yang membuat kepalanya pening, apalagi di depan orang kaya seperti Edward. 

"Tak perlu minta maaf, lagi pula bukan urusanmu," jawab Grace pelan, dan membuang pandangannya dari Edward. Kedua matanya menatap jauh ke depan.

"Aku akan mengantarmu pulang, sebelumnya kita mencari makan dulu," ujar Edward.

"Terima kasih, Ed."

Edward merendahkan posisi tubuhnya, "Aku tahu kakimu masih sakit, naiklah ke punggungku, aku akan menggendongmu sampai ke mobil."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wiro Sableng
sama² jaga gengsi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 6 : Kevin Tak Tahu Diri!

    Kampus besar dan megah milik keluarga Mark terlihat lain dari kampus pada umumnya. Kampus itu benar-benar luas, bisa membawa mobil mengitari seluruh areanya. Kampus itu memiliki sebuah danau di tengah-tengah, lapangan golf, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Keempat pemuda yang menamatkan kuliah dan menerima gelar dari kampus itu, terlihat berjalan beriringan masuk ke dalamnya. Semua mata tak lepas memandang keempat pemuda tampan dan keren itu. "Kenapa kau tiba-tiba mengajakku ke kampus?" tanya Mark yang tak mengerti jalan pikiran sahabatnya yang satu ini. "Aku mau mendaftar," jawab Edward singkat. "Kau mau menjadi mahasiswa lagi?" "Mark, orangtuamu pemilik kampus ini, kan? Aku mau memasukkan seseorang di kampus ini, dan aku akan membayar semua biayanya sampai orang itu selesai menamatkan pendidikannya." "Maksudmu siapa?" "Nanti kau akan tahu, yang jelas orang itu sudah kehilangan otaknya, dan sudah ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 7 : Desah Rindu Valerie

    Setelah kejadian di Beacon Park, Edward tak mau menemui Kevin sama sekali. Kevin yang mengundangnya untuk datang ke resital piano tunggal miliknya di hari Sabtu ditolak oleh Edward mentah-mentah. Dia memilih sibuk dengan urusannya sendiri. “Jadi, Valerie kembali dari Jepang?” tanya Mark. “Ya, dia juga akan datang sebentar lagi menghadiri resital piano, berikan dia tempat khusus,” jawab Kevin lalu berlalu menuju ke belakang panggung. “Permisi, hai Mark, Van, maaf aku datang terlambat.” Seorang perempuan cantik, dengan rambut panjang berwarna hitam yang dibiarkan tergerai bebas, mengenakan gaun panjang berwarna merah maroon, mengambil tempat duduk kosong—yang memang sudah disediakan—di tengah ke dua pemuda itu. “Kau terlambat lima belas menit, Valerie,” ujar Vanes yang duduk di samping Valerie tanpa menoleh. Perempuan itu adalah seseorang yang selalu dipuja-puja Kevin, dia adalah guru piano Kevin, seorang pianis muda terkenal yang namanya selalu terpamp

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 8 : Make Over Grace

    Keinginan Grace untuk bekerja di sebuah klub malam sudah sangat bulat, beberapa bulan kemudian Grace mengajukan resign. Melalui bantuan James yang kebetulan kenal dengan salah satu manager klub tersebut, Grace bisa dengan sangat mudah masuk dan bekerja di sana. Grace melamar penjadi penari pool dance. Perihal hutang dengan Nathan—pemilik kasino—masih belum juga beres, dan kedua bodyguard bertampang jelek dan menyeramkan itu sesekali masih datang mengganggu Grace saat Grace ada di rumah. Bel rumah berbunyi berkali-kali, dan Grace yakin, pasti kedua orang itu lagi. Karena hanya mereka berdua yang sangat barbar menekan tombol bel semaunya. “Sudah kubilang—“ Grace terdiam tak melanjutkan kata-katanya ketika yang dilihatnya di depan pintu bukan kedua orang gila tersebut melainkan Edward. Edward terlihat tampan dengan pakaian casual. Musim dingin sudah berlalu beberapa bulan yang lalu, dan sudah beberapa bulan pula dia masuk ke dalam lingkara

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 9 : Gadis Cantik Itu, Grace?

    Di tempat lain, di tepi sebuah danau. Kevin sedang berdiri, kedua matanya serius menatap ke tengah danau. Kevin berjalan menuju jembatan, kemudian duduk bersandar pada tiang. Dia merasa sepi, hampa, dan kosong. Memang tak selamanya uang mampu memberi kebahagiaan, sebetulnya dia iri dengan kebebasan dan keceriaan yang dimiliki Grace. Andai dia bisa memilih, dia memilih dilahirkan sebagai orang biasa. "Hey." Kevin agak terkejut melihat kemunculan Mark di dekatnya. "Sedang apa kau di sini?" "Sedang apa? Kau lupa? Aku pemilik tempat ini berikut danau yang menjadi tempat lamunan jorokmu," jawab Mark sekenanya. "Oh, kau pasti sedang mengecek sesuatu, sampai datang ke universitas, hal yang jarang sekali kau lakukan, Mark." "Tepat sekali, lelaki arogan berwajah tampan itu menyuruhku mengurus segala keperluan Grace, aku sendiri baru tahu kalau dia ingin memasukkan Grace ke sini. Entah apa yang ada di otaknya, aku benar-benar tak pah

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 10 : Jangan Menghilang Dariku

    “Hi, ternyata ini kau, Grace,” sapa Kevin. Tak bisa disangkal, Kevin pun terpesona melihat perubahan Grace. Diperhatikannya Grace dari ujung kaki sampai ujung kepala, entah kenapa Grace terlihat sangat cantik di mata Kevin. “Kevin,” ujar Grace dengan nada gembira. Yes, ksatria tanpa kuda pujaan hatinya berdiri di hadapannya dan mengulurkan tangan, tanpa ragu Grace menyambut uluran tangan Kevin. Vanes menepuk dahinya sendiri. “Tidak untuk yang kesekian kali, baru tadi dia mengatakan bahwa dia sangat mencintai Valerie, dan sekarang naluri laki-lakinya tak bisa menahan godaan ketika melihat Grace,” kata Vanes sembari menyikut lengan Mark yang berdiri di sampingnya. Edward mengernyitkan dahi, tatapan matanya seperti tatapan ingin membunuh Kevin. Bagaimana bisa, Kevin membawa Grace ke mejanya tanpa permisi kepada Edward, itu benar-benar menginjak harga dirinya! Kali ini Edward tak banyak basa-basi, sembari melepas jas dan dasi—dilemparnya ke sofa—k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 11 : Grace Pergi?

    Kevin, Mark, dan Vanes, ketiganya berada di rumah Edward, dan Edward tak ada di sana. Sudah pukul tiga pagi dini hari. Edward masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Terdengar suara langkah kaki menuju ke arah mereka yang sedang duduk di bar dalam rumah Edward. “Ke mana Ed?” Kevin menoleh perlahan, seorang pria tua berwajah mirip dengan Edward sedang berdiri sembari berkacak pinggang. Betul sekali, dia adalah Jason, ayah dari Edward. “Tadi dia pamit untuk pergi ke suatu tempat, sebentar lagi dia pasti kembali,” jawab Kevin berusaha menutupi, sedangkan dia sendiri tak tahu ke mana Edward saat itu. “Dua orang anak laki-laki yang kumiliki, semuanya berkepala batu. Untung saja mereka tidak tinggal bersama saat ini, jika tidak akan setiap hari aku mencemaskan keduanya,” ujar Jason. “Oh ya, bagaimana kabar Ethan, Mr. Jas?” Jason menatap Kevin dengan gayanya yang angkuh dan dingin, “Dia baik-baik

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 12 : Aku Tak Waras?

    Sepertinya Grace benar-benar membenci Edward, bahkan dia menghapus nomor Edward yang berada di handphonenya, sebenarnya, dia hanya ingin melepaskan semua penat di Northville, melupakan semua kejadian buruk yang belum lama menimpanya. Dia tak mungkin berlama-lama di Northville karena masih ada urusan hutang piutang yang sama sekali belum tertuntaskan, dan dia juga harus mulai bekerja di bar pada awal bulan. Grace sendiri sudah sampai di Northville beberapa jam yang lalu. Hatinya sedikit merasa tenang. Kota kecil itu memang tak memilki penduduk yang padat, tapi entah kenapa meski hanya sebuah kota kecil, sejak dulu Grace senang berada di sana. “Mungkin sudah saatnya aku membuka lembaran baru. Aku tak peduli lagi dengan semuanya. Begitu aku kembali ke Detroit, jangan harap, kalian akan melihat Grace yang dulu,” ujar Grace bermonolog seorang diri. Dia tak akan membiarkan siapa pun merendahkannya lagi begitu dia kembali nanti. Padahal dia tak sadar profesinya nant

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 13 : Ethan Kembali

    Seandainya saja Edward bisa memutar kembali waktu. Dia ingin tak ada gadis bernama Grace yang masuk ke dalam lembar kehidupannya. Dia ingin semuanya kembali seperti 'tak pernah terjadi apa pun' dan menjalani kehidupan normal seperti dulu. Meski menyangkal seribu kali, tapi semua tahu, Edward memiliki rasa terhadap Grace. Gadis yang selalu dianggapnya tolol dan setengah sinting, justru itu yang membuatnya tertarik. "Ed," panggil Vanes. "He-em, kau mau mengatakan apa?" "Aku sedang membayangkan, jika saat ini Ethan berada satu atap denganmu, lalu dia melihat Grace. Bagiku Grace itu unik, dia cantik, dan sebenarnya dia itu tidak bodoh, apa menurutmu Ethan akan mengejar gadis itu?" Kenapa harus membawa-bawa Ethan yang mungkin sudah bahagia bersama Karen? Seperti tak ada pembahasan lain. Sudah cukup bagi Edward. Satu penghalang bernama Kevin, dia masih bisa menghadapinya, tapi kalau sampai muncul seorang lagi dan itu Ethan ... dia tak akan hab

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19

Bab terbaru

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 121 : Menghancurkan Satu Per Satu!

    Lindsay berencana pergi menemui Tuan Besar Dupont, untuk menagih sesuatu yang telah dijanjikannya. Setidaknya, meski Michael Dupont kurang menyukainya, wanita itu mampu mengerjakan pekerjaan yang terkadang tak mungkin dilakukan orang lain. Apa pun demi uang dia akan melakukannya meski melakukan hal terkotor sekalipun.Lindsay merayap naik ke atas tempat tidur, dilihat Travis masih tertidur pulas dan mendengkur. Semalam dia tak bisa melupakan betapa jantan Travis di atas ranjang, membuatnya kewalahan melayani nafsu liar pria itu.Travis dan Lindsay, kedua berencana untuk menikah tak lama lagi. Sayang, tampaknya pernikahan itu harus tertunda atau mungkin tak akan pernah benar-benar terwujud.Lindsay menyentuh wajah Travis yang dipenuhi bulu-bulu halus. Ketampanan serta keperkasaan pria itu benar-benar membuat Lindsay tergila-gila.“Sayang, kenapa kau selalu mampu membuatku memohon kepadamu untuk menikmati setiap cumbuanmu di tubuhk

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 120 : Pernyataan Eric Dupont

    “Kalau kau tak paham, mungkin senjata ini mampu membuatmu mengingat kembali kejadian di pelabuhan.”Tak perlu berbicara panjang bagi Timothy. Dia menodongkan sebuah pistol ke arah kening Eric dan bersiap untuk menarik pelatuknya.Tubuh Eric seketika menegang dan membeku di tempat, begitu melihat raut wajah Timothy yang benar-benar menyeramkan baginya. Awalnya dia mengira Timothy hanya sekadar mengancamnya, nyatanya ... dia siap menearik pelatuk itu kapan saja, jika Eric berani membantahnya!“Aku ... sungguh tak mengerti dengan apa yang kamu katakan, Tuan. Kejadian di pelabuhan? Mungkin kita bisa membicarakannya dengan kepala dingin?” tanya Eric, berusaha bernegosiasi, agar setidaknya Timothy berbaik hati menurunkan senjata itu dari kepalanya.Beberapa wanita yang sedang bersama Eric di dalam ruangan itu perlahan keluar dari dalam ruang VIP, mereka seketika merasakan seperti dewa kematian berada di dalam ruangan. Tak ada yang berani

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 119 : Kejujuran Yang Menyakitkan

    Ethan langsung memahami maksud dari perkataan Timothy barusan. Jadi siapa yang akan diburu Timothy saat ini?Sebelumnya Timothy tak mengatakan apa pun pada Ethan, dia mengira-ngira apa yan akan dilakukan Timothy, dan siapa yang menjadi targetnya kali ini. Ethan mengajak Grace ke sebuah restoran mahal, dia mengajak gadis yang dicintainya itu untuk menikmati makan siang di sana.Grace yang biasanya manja pada Ethan, kini terlihat kaku dan canggung, perasaan bersalah itu terus menghantuinya. Dia merasa benar-benar bodoh, kalau saja dia tak mabuk saat itu, tentu tak akan menjadi seperti ini suasananya. Meski Ethan mencoba bersikap biasa saja, tetap perasaan ganjil itu ada di dalam hatinya.“Apa kau ingin memesan sesuatu?” tanya Ethan.“Kau saja yang memesannya untukku,” jawab Grace,Besok dia harus menemui John karena harus menemui seorang klien spesial, seorang produser yang tertarik padanya, dan ingin memakai dir

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 118 : Cornelius Yang Misterius

    Kevin merasa pria tua yang menolongnya benar-benar misterius, senyuman yang diberikan padanya seperti memiliki kesan tersendiri yang dia sendiri tak bisa mengerti apa maksudnya.Tetapi dia tak terlalu memikirkannya, karena pria itu setidaknya telah menyelamatkan hidupnya. Jika bukan karena dirinya, bisa dipastikan dia sudah mati jauh sebelumnya. Dia tak tahu bagaimana caranya membalas hutang budi pada Cornelius, hanya saja begitu dia bisa kembali ke kota, dia akan memberikan sesuatu pada pria tua itu.Kevin mencoba mengingat nomor telepon milik Timothy. Hanya nomor milik Timothy yang bisa diingatnya, karena nomor itu memiliki beberapa angka yang sama.Panggilan tersambungkan.Timohty melihat sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponsel meminta jawaban darinya.“Ya, dengan siapa?” tanya Timothy dengan kening berkerut. Biasanya dia malas untuk menjawab panggilan tak dikenal, tapi kali ini dia mengikuti kata hatinya untuk

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 117 : Kebohongan Tanpa Akhir

    Baru kali ini dia merasa jatuh cinta itu menyesakkan perasaan dan dia paham apa yang dirasakan Edward dulu kini dirasakan olehnya. Berkali-kali dia menyakiti Edward, mengacuhkan perasaannya, mengabaikan perhatian yang diberikan, dan saat Edward melupakan kenangan bersamanya dia merasa sakit yang didapat berkali lipat dari apa yang dirasakan Edward sebelumnya.Grace pun berjalan meninggalkan Edward, berusaha untuk tak mengabaikan Edward.“Asal kau tahu, sewaktu ingatanmu belum hilang, aku tak pernah mencintaimu!”Begitu mendengar apa yang baru saja dilontarkan dari mulut Grace, Edward terdiam dan mematung di tempat. Dia tak menyangka kalimat yang baru saja didengarnya mampu membuat dadanya terasa ditusuk oleh sebilah pisau tajam, dan membuatnya berdarah-darah.Ethan telah menunggu Grace di luar, begitu dilihatnya Grace telah keluar dengan wajah yang terlihat sedih, dia mengerti sesuatu memang telah terjadi di antara kedua or

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 116 : Hanya Masa Lalu

    “Jason, kumohon jangan gegabah. Michael Dupont sekarang berbeda dengan yang dulu. Aku rasa keluarganya telah mendapatkan dukungan yang cukup kuat di Paris. Lagi pula, tak semudah itu membalasmu.”Jason hampir saja menepis cangkir kopi yang berada di atas meja, karena terbakar oleh amarah pada Keluarga Dupont.“Aku tak pernah semarah ini, Cathy. Kau lihat apa yang telah diperbuatnya? Mereka benar-benar telah membuatku terbakar amarah. Mereka sengaja sepertinya menggunakan Edward untuk memancingku keluar. Cepat atau lambat aku menemuinya jika itu yang mereka inginkan!”Cathy memeluk suaminya, dia tak pernah menyangka, masa lalu yang seharusnya berlalu kembali menghantui kehidupannya yang disangkanya telah benar-benar tenang.Sedangkan di tempat lain, Ethan merasakan sedikit perubahan terjadi pada Grace semenjak dia kembali ke apartemen. Gadis itu terlihat lebih pendiam, bahkan dia tak lagi begitu perhatian pada Ethan. M

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 115 : Awal Mula Permusuhan

    Lily tak percaya, Edward bisa sedemikian kasar pada dirinya. Selama ini dia percaya, rahasia yang dipendamnya akan tetap aman, ternyata ... tak semudah yang dipikirkan olehnya.“Kau percaya dengan kebohongan yang mungkin kau dengar dari orang lain?” tanya Lily, masih berusaha menutupi kebenaran yang sudah mulai terbuka dikit demi sedikit.“Bagaimana jika orang lain yang kau katakan berbohong padaku, ternyata telah menunjukkan sebuah kebenaran padaku?”Lily terdiam, wajahnya menjadi pucat, sepucat kapas. Lily menjadi ragu jika Edward benar-benar masih lupa ingatan. Melihat cara Edward memandangnya, dia yakin ada sesuatu yang tak beres saat semalaman Edward tak kembali ke apartemen.Sebetulnya siapa yang ditemui Edward? Pikiran-pikiran seperti itulah yang kini memenuhi kepala Lily.“Ma-maksudmu apa?” tanya Lily terlihat semakin gugup. Edward kian menatap tajam ke arah Lily. Dia yakin, apa yang dikatak

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 114 : Kau Berbohong!

    Ethan terkejut melihat Grace yang telah kembali dengan penampilan yang sangat berantakan, dia berdiri di depan pintu dan menatap Ethan. “Kau ke mana, semalaman kau tak kembali membuatku khawatir, Grace,” ucap Ethan. Ethan menghampiri Grace dan langsung memeluknya. Grace sama sekali tak merapikan diri saat akan pulang. Dia tak tahan dengan rengekan Edward yang terus memaksa untuk pergi bersamanya. Sedangkan dia tak bisa meninggalkan Ethan. Meski dia tahu, dia tak mencintai Ethan, tapi perasaan bersalah karena telah tidur dengan Edward terus menghantuinya. Melihat wajah Ethan yang begitu mencemaskan dirinya, semakin memperkuat rasa bersalah yang dirasakan Grace. “Aku pergi ke bar, lalu karena merasa pusing, aku menyewa hotel untuk tidur di sana. Maafkan aku, karena aku tak menghubungimu sama sekali, Ethan.” “Aku senang kau kembali, aku pikir kau akan meninggalkanku,” jawab Ethan. Seandainya saja Ethan tahu, jika Grace telah mengkhianatin

  • GADIS NAKAL ITU MILIKKU!    Bab 113 : Pembalasan

    Apakah Grace tak salah mendengar dengan permintaan Edward padanya?Pria itu menginginkannya pergi bersama, dan hanya berdua?Jika saja dia tak bersama Ethan, mungkin dengan senang hati Grace akan menerima tawaran Edward barusan. Perasaan cinta itu masih ada dan masih sama seperti sebelumnya. Tak ada yang bisa mematikan rasa yang tak pernah padam di dalam hati Grace.Grace meraih selimut yang berada di atas ranjang, dengan segera ditutupi tubuhnya. Edward menatap liar ke arah Grace dengan sesungging senyum penuh arti di wajahnya.“Aku ... tak bisa menerima tawaranmu. Biar bagaimanapun, aku telah membuat keputusan untuk meninggalkanmu saat di Detroit dan pergi bersama Ethan. Lagi pula kau tak mengingat siapa diriku, apa yang bisa kuharapkan dari pria yang sama sekali tak mengingat masa lalunya?”Edward terdiam begitu mendengar kalimat Grace yang cukup tajam menusuk perasaannya.Dia memang lupa ingatan.Dia memang tak menging

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status