Sky dan Lizie sedang duduk di balkon menikmati udara malam dengan atap yang terbuka. Malam ini sedang cerah walau mereka tetap tidak akan bisa melihat bintang. Sudah Seharian Sky menemani Lizie dan malam harinya Lizie masih membujuk Sky untuk mengijinkanya membuka botol Wine.
"Kau sudah sangat baik sepanjang hari ini jadi sempurnakan saja kemurahan hatimu sebelum mungkin besok kau akan kembali menjadi seperti gozila."
"Kau pikir aku seperti itu!"
"Kadang." Lizie mengayunkan kakinya sambil mengerakkan kursi ayunan gantung yang dia duduki di tepi kolam.
Sesekali Lizie menyaruk kaki Sky membujuknya agar segera berdiri.
"Ayolah, Sky...."
Akhirnya lama-lama Sky tidak tahan juga dengan rengekan gadis itu dan berdiri.
Baru saja Sky membuka kunci lemari, ternyata Lizie malah langsung berdiri naik di atas meja pantry untuk menagmbil botol sampanye dari rak paling atas.
"Aku mau sampanye," kata gadis itu sambil memeluk botol samp
Baru saja Emma pergi tiba-tiba ponsel Sky berbunyi dan sebuah pesan masuk. [Aku hamil Sky, aku hanya ingin memberitahu jika ini anakmu] Celine mengirim hasil foto dua garis merah yang segera Sky hapus. ***** Hari masi pagi ketika Sky berjalan malas menghampiri meja pantry di mana Lizie justru sudah terlihat sibuk seperti biasanya. Nampaknya dia memang tidak pernah kehabisan energi untuk memulai hari sedini mungkin. Sinar matahari jingga menimpa siluet tubuh gadis muda itu dari arah dinding kaca di sepanjang balkon. Cahaya matahari yang melimpah menjadikan tubuh Lizie seolah ikut bersinar sama seperti senyum cemerlangnya tiap kali menyambut Sky.
"Oh, sorry, Em..." kata Sky begitu wanita itu masuk ke dalam ruangannya. Bagaimanapun Sky merasa bersalah karena tidak menjelaskan apapun sampai wanita itu datang sendiri kemari. Emma memang selalau bisa lebih dewasa dari pada dirinya dan selalu menjadi orang yang bisa mengerti. "Aku dan Lizie tidak pernah seperti yang kau lihat." "Sudahlah, Sky, aku sedang tidak ingin membicarakanya." Emma menatapnya dan kemudian duduk. "Aku melihat Celine," kata Emma kemudian. "Dia hamil, anakku." Emma diam sejenak untuk menilai keseriusan Sky. "Celine, hamil!" kutip Emma hampi
Beberapa hari ini Lizie terlihat selalu sibuk dengan ponselnya, kadang Sky juga merasa agak kesal karena merasa selalu diabaikan. Jika kemarin-kemarin gadis itu selalu antusias untuk menunggunya pulang tapi akhir-akhir ini bahkan Lizie belum bergeming dari layar ponselnya jika Sky belum menegurnya, itu pun dia juga hanya mendongak sejenak dan kembali asik dengan obrolan chat-nya. 'Bagaimana pelajaranmu hari ini?" tanya Sky yang kebetulan pulang agak siang. "Mr.Podrik baru saja pulang," jawab Lizie masih sambil mengetik pesan untuk Lukas. "Semua tugas juga sudah kukerjakan." Sky akui jika Lizie sudah semakin rajin dengan progam belajarnya tapi dia juga semakin rajin dengan chat di ponselnya. Tanpa bertanya pun sebenarnya Sky juga sudah selalu memeriksa semua hasil pelajaran Liz
"Jadi saudariku sedang hamil anakmu?" tanya Lizie begitu Sky baru keluar dari kamarnya dan sudah berganti pakaian. "Entahlah aku tidak pernah merasa cukup ceroboh untuk membuat wanita hamil. Tapi bulan lalu dia menemuiku dan mengatakan sedang hamil anakku." Sky berjalan mengambil dua kaleng soda dari lemari pendingin dan melemparnya satu untuk Lizie . "Mungkin sperma pria lain yang membuatnya hamil?" jelas Lizie sedang mengedikkan alis untuk mengejek Sky, karena memang mustahil pria macam Sky sampai ceroboh membuat wanitanya hamil. "Seharusnya Celine yang lebih tahu siapa ayah dari bayinya," acuh Sky tidak terlalu ambil pusing. Sky ikut duduk di samping Lizie dan meminta ponseln
Sky menjentikkan jari dari tempat duduknya memperingatkan Lukas untuk tidak memberi koktail berkadar alkohol tinggi kepada Lizie. Sky yang sudah bosan menunggu karena sendirian dan diabaikan bisa jadi lebih menyeramkan dari penjaga asrama. "Jadi dia akan menunggu sampai kau pulang?" tanya Lukas sambil melirik pada Sky. Lizie cuma mengedikkan bahu karena sepertinya pertanyaan tersebut memang tidak perlu dijawab lagi. "Jadi kau juga tinggal dengannya?" "Sudah kukatakan dia waliku secara hukum, sampai usiaku delapan belas tahun." "Kupikir dia masih terlalu muda untuk mengurusmu." "Sky cukup baik," Jawab Lizie sambil mengeca
[Happy Birthday Lizie] bunyi pesan dari Lukas yang masuk ke dalam kotak pesan Lizie tepat pukul 00:00.Walaupun agak miris Lizie tetap berusaha tersenyum karena masih ada yang mengingat hari ulang tahunnya.Lizie sengaja belum tidur dan memang masih belum bisa tidur karena diam-diam menunggu Sky, berharap dia akan datang untuk memberinya kejutan tapi nyatanya sampai lewat tengah malam Sky belum juga kembali. Lizie tahu jika belakangan ini Sky kembali sering keluar bersama Emma, dan mungkin malam ini Sky menginap di apartemen wanita itu karena Lizie mendengar sekarang Emma juga sudah resmi berpisah dengan suaminya.Sepertinya memang percuma mengharapkan sedikit perhatian dari orang macam Sky, walaupun seminggu ini Lizie sudah mengurusnya tapi nyatanya Sky bahkan tidak ingat hari u
Sebenarnya Sky sudah berencana untuk bisa pulang cepat dan memberikan hadiah untuk Lizie sampai tiba-tiba dia tidak sengaja bertemu Vivian di sebuah toko perhiasan.Sudah sejak dua minggu yang lalu Sky memesan sebuah gantungan kunci bertahta berlian dengan inisial A untuk Lizie. Sky tahu Lizie hanya suka mengoleksi gantungan kunci apa lagi Lizie bercerita jika semua gantungan kunci yang dia pasang di tas punggungnya itu adalah hadiah dari teman-tema spesial. Karena itu Sky juga langsung terpikir untuk memberinya hadiah gantungan kunci agar Lizie juga mau menyimpannya. Jelas gantungan kunci yang Sky berikan pasti akan berlebihan dan terlalu mahal untuk bisa di gantung pada tas punggung."Aku mendapat informasi mengenai pembelian tidak wajar di situs toko ini," kata Vivian ketika mendekati Sky yang masih terlihat bingung dengan info
"Kita akan berlibur!""Oh!" kaget Lizie langsung syok dengan netra kelabunya yang melebar benderang."Ya! "tegas Sky sambil mengangguk dan tersenyum memiringkan salah satu ujung bibirnya.Lizie langsung kembali memeluk Sky dan menciumnya. Mencium bibir Sky yang ternyata juga malah ikut melumatnya."Oh hentikan ini!" Sky langsung melepaskan Lizie.Belum ada lima menit mereka membahasnya dan gadis itu sudah mulai kembali membuat Sky lupa."Sebaiknya kita membuat peraturan!" tegas Sky ketika mundur menjauh dari Lizie dan duduk di ujung sofa."Apa maksudmu!"