"Cepat buat aku hamil! " Celine menyeret Damian Marfield yang baru masuk ke apartemennya.
Pria itu juga segera mendorong Celine dengan tidak sabaran. Damian melepas ikat pinggang dan resleting celananya sambil berjalan. Bibir mereka sudah saling bertautan seperti hendak menelan satu sama lain seperti dua orang yang sedang kelaparan. Celine yang sudah siap dengan lingerie tanpa pakaian dalam membuat pria itu lebih mudah untuk segera memasukinya. Celine juga sedang tidak ingin bermain dengan pengaman dan tidak ada pria yang tidak menyukai hal itu.
"Oh! " pekik Celine yang sepertinya juga sangat menyukai rasanya.
Damian Marfield memiliki otot keras seperti torpedo dan mengisinya dengan sesak ketika pria itu melakukan penetrasi sambil berdiri.
Damian mendesak tubuh Celine ke dinding terus memompanya seperti ketika dirinya sedang push-up di lantai gym. Celine Dawson juga wanita yang tidak kalah nikmat. Wanita yang serba mahal tentu juga memberikan kenikmatan g
"Kau yakin tidak apa-apa?" Sky memeriksa tubuh Lizie lebih teliti."Tidak, karena kau segera datang." Lizie menatap Sky yang sedang membenahi bahu gaunnya yang miring karena sedikit koyak."Sungguh maafkan aku, Lizie.""Aku tidak apa-apa.""Lain kali kau boleh memilih kemana ingin keluar." Sepertinya Sky masih merasa sangat bersalah karena kejadian tadi."Akan kuingat yang ini!" Lizie berusaha menanggapinya dengan santai agar Sky tidak terus mencemaskannya dengan berlebihan. "Ingat saja baik-baik lain kali kau akan mengajakku keluar dan aku boleh memilih!"Sky mengangguk, sepertinya Sky juga baru sadar jika menjaga gadis muda tidak
Sepertinya Lizie juga tidak kehabisan cara untuk membalas Sky, Dia mulai bertingkah seenaknya sendiri dan mengabaikan semua aturan, termasuk tentang larangan memakai pakaian renang. Lizie sengaja berenang hanya dengan menggunakaan bikini. Kebetulan di rumah siang itu hanya ada dirinya dan Emma yang dari tadi cuma duduk di sofa karena mereka tidak saling bertegur sapa. Sebenarnya Emma sudah beberapa kali menyapa lebih dulu tapi Lizie terang-terangan menolaknya. Lizie memang bukan gadis yang bisa berbasa-basi dia akan menyampaikan apapun yang tidak dia suka. Jadi dari tadi Emma juga hanya sesekali memperhatikan Lizie yang sedang berenang dan seketika tidak bisa membayangkan bagaimana Sky sudah tinggal dengan gadis muda seperti itu setiap hari. Walaupun masih sangat muda Lizie sudah memiliki tubuh yang sangat sempurna sebagai wanita. Mustahil Sky samasekali tidak memiliki pikiran apa-apa jika melihat gadis muda dengan bikini berkeliaran di rumahnya. Emma sangat paham se
"Aku menginginkanmu, Sky! untuk diriku sendiri!" Sky langsung mengangkat tubuh Lizie ke tepi kolam dan menindihnya di sana. Menaut kembali bibir Lizie yang sempat lepas sejenak darinya. Lizie menerima sapun bibir Sky yang terasa basah tapi panas dan balas mengigitnya lagi. Lizie mulai sibuk melepas kancing kemeja Sky yang tadi belum sempat pria itu lepas ketik ikut menceburkan diri ke dalam air. Dadanya hangat, berdegup kencang ketika Lizie merabanya hingga ke bawah pusar. Lizie juga tidak masalah ketika Sky mulai meremas buah dadanya dengan kencang. "Sky... " Sky sedang sama sekali tidak mau menghiraukan rintihan Lizie dan justru malah merampas bibir gadis itu agar tidak banyak bicara. Sky mendorong tubuh Lizie yang hendak bangkit dan menghimpit pinggul gadis itu untuk menghadapinya. Lizie sudah tahu pergulatan mereka kali ini akan berakhir seperti apa, tapi Lizie juga tidak ingin Sky berhenti. Pinggul Lizie semakin bergerak-gerak gelisah dan mul
Sky menemani Lizie sampai gadis itu benar-benar tertidur dan masih memperhatikan wajah polosnya yang tidak berdosa untuk terlibat dengan semua masalah ini. Sky tidak pernah ingin mengambil hak anak itu dia hanya ingin mengendalikannya, karena kalau tidak musuh-musuhnya pasti akan dengan senang hati memanfaatkan gadis itu untuk menjatuhkan dirinya. Tapi sepertinya Sky juga mulai sadar jika musuh terbesarnya ternyata adalah perasaanya sendiri. Perasaan, yang kadang tidak bisa memilih akan peduli pada siapa. Setelah kembali ke kamarnya sendiri ternyata Sky tetap juga tidak bisa memejamkan mata. Dia tidak hanya ingat dengan apa yang telah dilakukan gadis muda itu terhadap dirinya tapi dia juga ikut tidak terima mengetahui Lizie telah dibiarkan tumbuh di lingkungan yang sangat tidak sehat macam itu walau nyatanya Sky juga ikut-ikutan memanfaatkan kepolosan gadis tersebut. Lizie sedang membuat sarapan ketika Sky menghampirinya di pagi hari. Sky baru ikut duduk ketika ponse
Sky dan Lizie sedang duduk di balkon menikmati udara malam dengan atap yang terbuka. Malam ini sedang cerah walau mereka tetap tidak akan bisa melihat bintang. Sudah Seharian Sky menemani Lizie dan malam harinya Lizie masih membujuk Sky untuk mengijinkanya membuka botol Wine. "Kau sudah sangat baik sepanjang hari ini jadi sempurnakan saja kemurahan hatimu sebelum mungkin besok kau akan kembali menjadi seperti gozila." "Kau pikir aku seperti itu!" "Kadang." Lizie mengayunkan kakinya sambil mengerakkan kursi ayunan gantung yang dia duduki di tepi kolam. Sesekali Lizie menyaruk kaki Sky membujuknya agar segera berdiri. "Ayolah, Sky...." Akhirnya lama-lama Sky tidak tahan juga dengan rengekan gadis itu dan berdiri. Baru saja Sky membuka kunci lemari, ternyata Lizie malah langsung berdiri naik di atas meja pantry untuk menagmbil botol sampanye dari rak paling atas. "Aku mau sampanye," kata gadis itu sambil memeluk botol samp
Baru saja Emma pergi tiba-tiba ponsel Sky berbunyi dan sebuah pesan masuk. [Aku hamil Sky, aku hanya ingin memberitahu jika ini anakmu] Celine mengirim hasil foto dua garis merah yang segera Sky hapus. ***** Hari masi pagi ketika Sky berjalan malas menghampiri meja pantry di mana Lizie justru sudah terlihat sibuk seperti biasanya. Nampaknya dia memang tidak pernah kehabisan energi untuk memulai hari sedini mungkin. Sinar matahari jingga menimpa siluet tubuh gadis muda itu dari arah dinding kaca di sepanjang balkon. Cahaya matahari yang melimpah menjadikan tubuh Lizie seolah ikut bersinar sama seperti senyum cemerlangnya tiap kali menyambut Sky.
"Oh, sorry, Em..." kata Sky begitu wanita itu masuk ke dalam ruangannya. Bagaimanapun Sky merasa bersalah karena tidak menjelaskan apapun sampai wanita itu datang sendiri kemari. Emma memang selalau bisa lebih dewasa dari pada dirinya dan selalu menjadi orang yang bisa mengerti. "Aku dan Lizie tidak pernah seperti yang kau lihat." "Sudahlah, Sky, aku sedang tidak ingin membicarakanya." Emma menatapnya dan kemudian duduk. "Aku melihat Celine," kata Emma kemudian. "Dia hamil, anakku." Emma diam sejenak untuk menilai keseriusan Sky. "Celine, hamil!" kutip Emma hampi
Beberapa hari ini Lizie terlihat selalu sibuk dengan ponselnya, kadang Sky juga merasa agak kesal karena merasa selalu diabaikan. Jika kemarin-kemarin gadis itu selalu antusias untuk menunggunya pulang tapi akhir-akhir ini bahkan Lizie belum bergeming dari layar ponselnya jika Sky belum menegurnya, itu pun dia juga hanya mendongak sejenak dan kembali asik dengan obrolan chat-nya. 'Bagaimana pelajaranmu hari ini?" tanya Sky yang kebetulan pulang agak siang. "Mr.Podrik baru saja pulang," jawab Lizie masih sambil mengetik pesan untuk Lukas. "Semua tugas juga sudah kukerjakan." Sky akui jika Lizie sudah semakin rajin dengan progam belajarnya tapi dia juga semakin rajin dengan chat di ponselnya. Tanpa bertanya pun sebenarnya Sky juga sudah selalu memeriksa semua hasil pelajaran Liz