Share

BAB 15

Penulis: Zukma_Artajaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 14:39:23
Hari itu, Mona sedang sibuk mengurus dokumen di kantor perusahaan Raka. Dia telah menghabiskan beberapa minggu terakhir untuk belajar tentang bisnis yang dikelola suaminya, berusaha memahami segala hal agar bisa memberikan kontribusi nyata. Raka memberi Mona kepercayaan penuh untuk membantu beberapa proyek, membuat Mona semakin termotivasi untuk bekerja keras.

Namun, saat Mona sedang berjalan melewati lobi perusahaan, ia terkejut melihat dua sosok yang sangat dikenalnya: Dania dan Ardhi, mantan pacar Mona yang kini menjadi tunangan Dania. Keduanya tampak elegan dengan pakaian formal, menunjukkan kesan profesional, namun ekspresi wajah Dania langsung berubah sinis ketika pandangannya bertemu dengan Mona.

Dania berjalan mendekat, senyum mengejek menghiasi wajahnya. “Mona? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Dania dengan nada meremehkan. Dia melirik ke arah pakaian Mona yang sederhana dan berujar tajam, “Kau tahu, ini perusahaan besar, salah satu dari empat keluarga besar di negara ini
Zukma_Artajaya

Cerita ini hanya fiktif belaka. jika ada kesamaan latar, karakter, maupun nama kami mohon maaf dan itu tidak ada kesengajaan. Terima Kasih selamat membaca.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 16

    Ardhi duduk di dalam mobil bersama Dania, memandang dengan gusar ke arah gedung perusahaan yang baru saja mereka tinggalkan. Wajahnya penuh kekecewaan dan kekesalan. "Sial, kenapa CEO perusahaan Hartono tidak mau menemuiku?" keluhnya sambil mengepalkan tangan. Dania, yang duduk di sebelahnya, masih mengusap-usap wajahnya yang terluka akibat perkelahiannya dengan Mona tadi. Rasa sakit di wajahnya belum seberapa dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya setelah dipermalukan oleh Mona di depan para karyawan. Suasana mobil itu menjadi tegang, dipenuhi kekesalan yang tak tersalurkan. "Aku tidak mengerti," ujar Ardhi dengan nada marah, "Proposal ini sudah kami persiapkan dengan matang. Harusnya mereka mau mempertimbangkan. Apalagi, perusahaan kita adalah mitra yang cukup besar bagi mereka." Dania mendesah panjang. Dia sendiri masih merasa terhina karena Mona berada di perusahaan itu—terlebih lagi, Mona tampak sangat percaya diri dan tak tergoyahkan di depan mereka. "Sepertinya ada alasan

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 17

    Hari itu, Mona tengah menikmati sore hari di ruang kerja rumahnya yang megah ketika Roni, asisten pribadi Raka, tiba dengan membawa sebuah undangan yang tampak elegan. Roni mendekati Mona yang sedang memeriksa beberapa dokumen, dan menyerahkan undangan tersebut dengan hormat. Mona memandang undangan itu dengan penasaran. Ternyata itu adalah undangan pertunangan Ardhi dan Dania, mantan kekasihnya dan juga orang yang selama ini sering kali memperlakukannya dengan dingin dan sinis. Mona menghela napas dalam, memikirkan banyak kenangan lama yang tiba-tiba berputar di kepalanya. Tanpa memedulikan isi undangan tersebut, Raka yang baru saja masuk ke ruangannya segera mengambil undangan itu dari tangan Mona, memandangnya sekilas, lalu melemparkannya dengan ekspresi dingin. “Hanya keluarga kecil seperti itu yang berani mengundangku? Aku tidak ada minat,” ujarnya sambil membuang undangan itu ke meja dengan sedikit sentakan. Namun, Mona tidak mengalihkan pandangannya dari undangan itu. Ada ses

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 18

    Acara pertunangan Ardhi dan Dania berlangsung meriah, dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman yang berbahagia. Namun, di sudut lain, Tuan dan Nyonya Wisnu, orang tua Ardhi, tidak bisa menyembunyikan perasaan sinis mereka ketika melihat Mona hadir di antara tamu-tamu lainnya. “Tuan Wisnu, lihat siapa yang datang,” Nyonya Wisnu berbisik dengan nada meremehkan kepada suaminya. “Gadis itu tidak pantas berada di sini. Apa dia pikir dia layak bergaul dengan orang-orang seperti kita?” Tuan Wisnu menatap Mona dengan ekspresi dingin. “Dia memang sudah ditinggalkan Ardhi, dan sekarang dia berani muncul di sini. Kita tidak boleh membiarkannya mengacaukan acara ini. Keberadaannya hanya akan membuat semua orang merasa tidak nyaman.” Dengan penuh ketidakpuasan, Tuan Wisnu mengangkat tangannya dan memanggil salah satu petugas keamanan yang bertugas di acara tersebut. “Keluarkan gadis itu dari sini!” perintahnya tegas. “Dia tidak layak berada di dekat keluarga kita.” Mendengar perintah itu, Mona

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 19

    Acara pertunangan Ardhi dan Dania berlangsung meriah, dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman yang berbahagia. Namun, di sudut lain, Tuan dan Nyonya Wisnu, orang tua Ardhi, tidak bisa menyembunyikan perasaan sinis mereka ketika melihat Mona hadir di antara tamu-tamu lainnya. “Tuan Wisnu, lihat siapa yang datang,” Nyonya Wisnu berbisik dengan nada meremehkan kepada suaminya. “Gadis itu tidak pantas berada di sini. Apa dia pikir dia layak bergaul dengan orang-orang seperti kita?” Tuan Wisnu menatap Mona dengan ekspresi dingin. “Dia memang sudah ditinggalkan Ardhi, dan sekarang dia berani muncul di sini. Kita tidak boleh membiarkannya mengacaukan acara ini. Keberadaannya hanya akan membuat semua orang merasa tidak nyaman.” Dengan penuh ketidakpuasan, Tuan Wisnu mengangkat tangannya dan memanggil salah satu petugas keamanan yang bertugas di acara tersebut. “Keluarkan gadis itu dari sini!” perintahnya tegas. “Dia tidak layak berada di dekat keluarga kita.” Mendengar perintah itu, Mona

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 20

    Tuan Wisnu merasakan ketegangan yang mengalir di antara tamu-tamu yang hadir. Dia menyadari bahwa pernyataannya yang meremehkan Mona di hadapan Tuan Raka Hartono bisa menjadi boomerang yang berbahaya. Dia mendengar bisikan di antara para tamu, dan semakin dia memperhatikan, semakin kuat rasa takut menggelayuti pikirannya. “Apakah Anda melihat bagaimana Tuan Raka membela istrinya?” bisik salah seorang tamu kepada rekannya. “Keluarga Wisnu bisa terjebak dalam masalah besar jika Tuan Raka merasa tersinggung.” Tuan Wisnu mulai merasa ketakutan. Di dalam dunia bisnis, reputasi adalah segalanya. Tuan Raka bukan hanya CEO sukses, tetapi juga salah satu orang paling berpengaruh di negara ini. Kekayaannya, jika digabungkan, bahkan lebih besar daripada kekayaan seluruh keluarga Wisnu. Jika Raka menginginkan, ia bisa merobohkan fondasi bisnis Tuan Wisnu dengan satu gerakan. Di tengah keributan itu, Nyonya Wisnu merasakan gelombang ketidaknyamanan. “Tuan, kita harus mengendalikan situasi ini. J

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 21

    Dania berdiri di sudut ruangan, wajahnya memerah karena kemarahan yang tak terucapkan. Dia tidak dapat menerima kenyataan bahwa semua orang, termasuk keluarganya sendiri, tampaknya lebih menghormati Mona daripada dirinya. Ketika dia melihat Mona yang tersenyum ramah, dikelilingi oleh tamu-tamu yang penuh perhatian, rasa cemburu menggelora di dalam dirinya. “Semua orang sepertinya melupakan siapa yang seharusnya menjadi bintang di acara ini,” Dania berbisik sinis kepada Nyonya Wisnu yang berdiri di sampingnya. “Mona tidak pantas berada di sini, dia hanya istri Tuan Raka.” Nyonya Wisnu menghela napas, berusaha menenangkan putrinya. “Sudahlah, Dania. Kita harus menerima kenyataan bahwa sekarang Mona adalah bagian dari keluarga besar. Dia adalah istri Tuan Raka, dan kita tidak bisa melawan statusnya.” Dania menggelengkan kepalanya dengan penuh frustrasi. “Tapi dia bukan dari keluarga kaya, dia tidak memiliki reputation yang sama. Bagaimana bisa semua orang menghormatinya? Ini sangat tid

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 22

    Helen mendekati Mona, senyumnya merekah di antara keramaian yang mengelilingi mereka. Dengan penuh kasih, ia merangkul Mona, menampilkan momen yang hangat dan menyentuh hati. “Kau tahu, aku sangat bangga padamu, Mona. Kau telah menjadi wanita yang luar biasa, dan aku bersyukur kau menjadi bagian dari keluarga kita,” katanya, suaranya lembut namun penuh ketulusan. Mona merasakan kehangatan dalam pelukan itu, mengingat semua perjalanan yang telah dilalui. Dia tahu bahwa dengan segala yang terjadi, hubungan mereka semakin kuat. Namun, saat pelukan itu berlangsung, Dania yang berdiri di sudut ruangan merasakan kepanasan yang menjalar ke wajahnya. Melihat ibunya begitu akrab dengan Mona membuatnya merasa cemburu dan tersisih. “Kenapa mereka harus begitu dekat?!” Dania bergumam pada dirinya sendiri, matanya meneliti momen itu dengan penuh kemarahan. Dia merasa seolah-olah semua perhatian dan kasih sayang yang seharusnya dimilikinya teralihkan kepada Mona. “Mona sudah cukup. Dia tidak perlu

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 23

    Dania kembali dari percakapannya dengan Ardhi, tetapi wajahnya masih tampak tegang. Amarahnya terhadap Mona masih membara. Meskipun Ardhi telah berusaha menenangkannya, Dania merasa dihantui oleh kenyataan bahwa Mona yang dulu dianggapnya lemah, kini memiliki posisi yang lebih kuat dan dihormati. Di sisi lain, Mona berdiri di samping Raka dengan penuh percaya diri. Mendapatkan dukungan dan cinta dari Raka memberinya kekuatan baru. Dia tahu, meski banyak orang di sekitarnya yang memandang rendah, ada juga yang mulai mengakui keberadaannya. Helen mendekati Dania, menatap anak kandungnya itu dengan rasa cemas. “Dania, jangan buat dirimu sendiri terlihat buruk di hadapan mereka. Kau sudah memiliki Ardhi, dan Mona tidak pernah berusaha merebutnya darimu. Semua ini hanya akan menyakiti dirimu sendiri,” ujar Helen dengan lembut, berharap kata-katanya bisa meredakan kebencian di hati Dania. Namun, Dania menggeleng. “Aku tidak bisa melupakan semuanya begitu saja, Bu. Mona selalu membuatku me

Bab terbaru

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 52

    Dania, yang masih dipenuhi rasa iri dan dendam terhadap Mona, memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih besar dan lebih berbahaya. Di tengah rencana jahatnya, dia teringat pada seorang sekutu potensial, Ayana, seorang putri keluarga kaya yang terkenal, cerdas, namun juga ambisius. Ayana sudah lama menaruh hati pada Raka dan merasa tersingkir sejak Mona menjadi istri Raka. Keduanya segera bertemu di sebuah kafe eksklusif, di mana Dania mengajukan ide gila untuk merusak kehidupan Mona.“Ayana, kamu tahu Mona bukan? Istri Raka itu…” ujar Dania dengan tatapan sinis, memancing respons Ayana.“Siapa yang tidak tahu?” jawab Ayana dengan suara dingin sambil menyeruput kopinya. “Dia menikahi Raka, dan tiba-tiba semua orang menghormatinya, seolah-olah dia layak mendapat semua itu.”Dania tersenyum, melihat kesamaan ambisi mereka. “Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk membuat hidup Mona lebih sulit? Kita berdua tahu dia bukan siapa-siapa tanpa Raka.”Ayana terdiam sejenak, mempertimbangka

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 51

    Setelah beberapa minggu bekerja sama dalam suasana yang baik, hubungan Mona dan Liana kembali diuji ketika mereka berhadapan dengan masalah besar di perusahaan. Liana telah menyusun sebuah proyek yang cukup ambisius, yang menurutnya bisa mengangkat nama perusahaan ke degree berikutnya. Namun, saat Mona meninjau concept Liana, dia merasa proyek tersebut terlalu berisiko dan berpotensi mengganggu stabilitas perusahaan jika gagal.Mona menyampaikan pendapatnya dengan serius kepada Liana, berharap bisa berdiskusi untuk mencari solusi yang lebih aman. Namun, tanggapan Liana justru membuat suasana tegang. Alih-alih mendengarkan, Liana merasa bahwa Mona sekali lagi meremehkan kemampuannya.“Kamu selalu berpikir kamu yang paling tahu segalanya, Mona,” kata Liana dengan nada sinis. “Padahal, ide ini adalah kesempatan besar bagi kita. Tapi kamu terlalu takut untuk mengambil risiko!”Mona menggelengkan kepala, berusaha menahan emosinya. “Liana, ini bukan soal siapa yang lebih tahu. Aku hanya mem

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 50

    Setelah acara double date yang seru itu, Mona dan Liana kembali menjalani aktivitas mereka masing-masing. Namun, di balik kedekatan mereka yang perlahan terjalin, masih ada sisa-sisa ketegangan yang belum sepenuhnya terselesaikan. Ketegangan itu muncul lagi ketika Mona dan Liana sedang berdiskusi tentang beberapa keputusan penting terkait perusahaan keluarga. Diskusi yang awalnya berjalan biasa mulai memanas ketika pandangan mereka mengenai proyek yang sedang digarap ternyata sangat berbeda. Mona, yang sudah lama terlibat dalam perusahaan keluarga Hartono bersama Raka, merasa bahwa keputusan Liana terlalu berisiko. Sementara Liana, dengan keyakinannya sendiri, menganggap Mona terlalu berhati-hati dan tidak berani mengambil langkah berani yang dibutuhkan untuk memajukan perusahaan. “Aku cuma ingin memastikan bahwa kita mengambil langkah yang aman, Liana. Semua ini menyangkut banyak orang, bukan cuma kita berdua!” tegas Mona, mencoba menjelaskan alasan kehati-hatiannya. Liana mendengu

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 49

    Fauzi dan Lisa, yang baru saja resmi menjadi pasangan, memutuskan untuk merayakan kebahagiaan mereka dengan mengajak Ubay dan Dina untuk double date. Bagi Ubay, ini adalah pengalaman yang cukup baru, karena biasanya ia menjalani kencan hanya berdua dan sering kali hanya dalam suasana santai. Tapi kali ini, bersama Dina dan sahabat-sahabatnya, kencan ini memiliki kesan yang berbeda—lebih hangat dan penuh canda tawa.Mereka berempat memutuskan untuk menghabiskan hari dengan piknik di taman, tempat yang sejuk dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang sedang bermekaran. Fauzi dan Lisa tiba terlebih dahulu, memilih lokasi yang strategis dengan pemandangan danau kecil. Tak lama kemudian, Ubay dan Dina datang membawa keranjang piknik berisi camilan dan minuman yang telah disiapkan oleh Dina."Wow, kalian benar-benar siap!" seru Fauzi sambil terkekeh saat melihat keranjang yang dibawa oleh Ubay.Lisa mengangguk setuju, “Ubay dan Dina sepertinya sudah ahli dalam hal piknik, nih. Terlihat seperti pa

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 48

    Fauzi merasa gugup ketika duduk di sebuah kafe yang nyaman, menunggu Lisa tiba. Selama beberapa waktu terakhir, hatinya terasa tak menentu setiap kali mereka bertemu. Dia tak lagi sekadar merasa nyaman; kini ada perasaan hangat yang mengalir ketika bersama Lisa, sahabat Mona yang telah berhasil mencuri perhatiannya. Saat Lisa akhirnya datang dan menyapanya, Fauzi tersenyum hangat. "Hei, sudah lama nunggu?" tanya Lisa, sambil menarik kursi di depannya. "Enggak kok, baru saja," jawab Fauzi sambil berusaha menjaga ketenangan, meskipun jantungnya berdetak cepat. Mereka mengobrol ringan seperti biasanya, tapi kali ini ada sedikit perbedaan. Fauzi sesekali mencuri pandang ke arah Lisa, memperhatikan senyumnya yang tulus dan cara dia tertawa. Lisa juga merasakan kehangatan dari Fauzi yang membuatnya merasa nyaman dan damai. Mereka berdua menikmati obrolan tanpa sadar waktu yang berjalan. Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian, Fauzi memutuskan untuk berbicara tentang perasaannya. "Lisa

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 47

    Di sebuah kafe dengan suasana santai dan nyaman, Ubay duduk sambil menyeruput kopinya, sesekali melirik seorang gadis yang duduk di meja sebelah. Gadis itu terlihat asyik membaca buku, tenggelam dalam dunianya sendiri. Dengan rambut panjang berombak, wajahnya yang manis, dan senyumnya yang samar, Ubay merasa ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. "Baiklah, Ubay. Ini saatnya beraksi," gumamnya pada diri sendiri, mencoba memberi semangat. Dengan percaya diri, ia pun melangkah mendekati meja gadis itu dan memberi salam dengan senyuman lebar. "Permisi, boleh aku gabung? Atau kamu lebih suka menikmati kopi dan bacaanmu sendirian?" tanyanya dengan nada lembut dan sopan. Gadis itu terkejut sesaat, lalu menatap Ubay. Ia tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya tersenyum kecil dan berkata, "Oh, tentu, silakan." Ubay duduk di depan gadis itu, berusaha mencari pembicaraan yang pas untuk memulai. "Kamu suka baca, ya? Aku nggak terlalu sering lihat ada orang yang bisa menikmati buku di

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 46

    Di sebuah restoran mewah yang menghadap pemandangan kota yang indah, Fauzi duduk bersama Lisa dalam suasana romantis. Malam itu, Fauzi mengenakan setelan rapi, sementara Lisa tampil anggun dengan gaun merah muda sederhana namun elegan. Ini adalah kencan mereka yang keempat, dan keduanya sudah mulai saling merasa nyaman. Mereka berbicara dengan penuh canda, tertawa, dan menikmati hidangan. Namun, di kejauhan, Ubay memandang mereka dengan senyum licik. Ubay, sahabat sekaligus saudara angkat Fauzi, telah lama ingin menjahili Fauzi. Mengetahui Fauzi sedang asyik berkencan, Ubay merasa ini adalah kesempatan emas untuk sedikit mengganggunya. Ia merencanakan beberapa kejutan kecil agar malam Fauzi tak terlupakan… dengan cara yang lucu dan kocak. Ubay berbisik kepada seorang pelayan di restoran itu, menyampaikan beberapa rencana isengnya. Pelayan itu tersenyum sambil mengangguk, siap melaksanakan permintaan Ubay. Sementara itu, di meja Fauzi dan Lisa, pembicaraan mereka semakin hangat. Fauz

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 45

    Dania selalu merasa bahwa ada sesuatu yang belum terselesaikan antara dirinya dan Mona. Meski mereka telah berusaha untuk berbaikan, selalu ada ketegangan yang tak pernah benar-benar hilang. Dania merasa bahwa Mona selalu menjadi penghalang dalam hidupnya—sebagai rival dalam segala hal, baik dalam hal perhatian orang tua, perhatian pria, dan bahkan dalam hal kebahagiaan. Ia tidak bisa menerima bahwa Mona hidup bahagia dengan Raka, sedangkan dirinya masih mencari cara untuk memanipulasi orang di sekitarnya. Mona memang telah berusaha untuk menahan diri, namun setiap kali menghadapi Dania, hatinya masih terbakar dengan amarah dan rasa sakit. Dia merasa bahwa ada terlalu banyak kenangan buruk yang harus mereka hadapi bersama. Jadi, ketika Dania mengirim pesan kepadanya, mengundangnya untuk bertemu di sebuah lahan kosong di pinggiran kota, Mona tahu bahwa ini bukan ajakan biasa. Ini adalah tantangan, dan dia tidak bisa menghindarinya. Mona tidak memberi banyak perhatian pada pesan itu, t

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 44

    Fauzi merasa sedikit cemas, meskipun dia telah mendapat dorongan dari Mona untuk lebih mendekati Lisa. Hari itu, dia memutuskan untuk mengambil langkah pertama. Sejak pertemuannya di kafe, perasaan terhadap Lisa semakin kuat dan ia merasa tidak ingin hanya diam dan menyaksikan kesempatan berlalu begitu saja. Sudah saatnya dia melakukan sesuatu untuk mengetahui apakah perasaan yang tumbuh itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih. Dia memutuskan untuk mengajak Lisa berkencan. Fauzi menyadari bahwa ini bukanlah hal yang mudah. Lisa adalah seseorang yang sangat dihargai oleh Mona dan Liana, jadi dia merasa harus berhati-hati dalam mendekatinya. Tetapi di sisi lain, dia merasa cukup yakin bahwa Lisa adalah wanita yang spesial, yang mampu membuat hatinya bergetar dengan cara yang berbeda. Fauzi menyusun rencana. Dia memutuskan untuk mengundang Lisa ke sebuah restoran yang tenang dan nyaman, tempat di mana mereka bisa saling mengenal lebih dekat tanpa gangguan. Dia ingin menciptakan s

DMCA.com Protection Status