Share

Menjauh?

Author: Fatimah
last update Last Updated: 2023-03-18 10:30:10

Semenjak hari itu, Elang mulai menjaga jarak dari Adeera. Membuat gadis bertubuh gimpal itu dilanda rasa kebingungan.

“Lu kenapa sih, Lang? Udah tiga hari ngejauhin gue,“ katanya saat kelas masih sepi. Hanya mereka berdua yang datang.

“Lang!“ Adeera menarik tangan sahabatnya itu karena tak kunjung direspon.

“Airlangga! Lu dengerin gue ngomong nggak sih?“ teriaknya frustasi.

"Apaan sih Lu teriak-teriak? Gue juga denger kali,“ sahut Elang jutek. Sambil menarik tangannya, kasar.

“Ya habisnya Lu gitu. Lu kenapa? Tumbenan banget baper, kek cewek pas lagi datang bulan. Apa jangan-jangan Mbak Lu lagi datang bulan, ya? Terus Lu ketularan, gitu kan?“ cerocos Adeera.

“Nggak usah bawa-bawa Mbak gue. Mbak gue itu manusia bersosok bidadari, nggak kayak Lu. Udah ah, males gue lihat muka Lu.“

Elang menyahut ketus sambil melenggang keluar kelas. Meninggalkan Adeera yang benaknya dipenuhi ribuan tanya.

“Lu kenapa sih, Lang? Nggak biasanya seperti ini,“ gumamnya tanpa mengalihkan pandangan ke arah pintu. Dimana punggung sahabatnya itu tak lagi terlihat.

Ia sama sekali tak mengira kalau perkataannya tempo hari telah melukai hati sahabatnya itu. Padahal niatnya hanya bercanda saja. Karna pada dasarnya, Elang itu berparas tampan juga memiliki badan yang atletis. Hanya saja tertutup oleh penampilan yang urakan dan sikap yang terkadang kasar.

Bahkan di awal jadi murid baru, ketampanannya sempat viral dan tak sedikit siswi yang terang-terangan mencari perhatiannya. Namun perlahan, semuanya tenggelam seiring dengan kesetiaannya menjadi sahabat Adeera. Semua orang menganggapnya aneh karena bersahabat dengan gadis berbobot seratus kilogram itu.

Adeera sendiri sebenarnya tak kalah dengan Elang. Ia memiliki paras cantik, berkulit putih mulus, dengan tubuh bak gitar spanyol. Namun lebih memilih menyamarkan dengan menaikkan bobotnya dan tentu bukan tanpa alasan, ia melakukan hal itu.

*

Adeera berjalan dengan gontai menyusuri lorong-lorong sekolah. Hingga akhirnya ia memilih berhenti di bawah pohon akasia—di taman belakang sekolah. Rasa lelah yang menggelayuti tubuh, membuatnya merebah dan perlahan rasa kantuk menyergap. Ia tertidur dengan tangan sebagai bantalnya.

Sementara di depan kantor tata usaha, seorang pemuda berdiri ditemani kedua orangtuanya. Menunggu penyelesaian administrasi pendaftaran siswa pindahan.

“Kalau mau pulang, pulang aja, Mi, Pi. Reynan bisa sendiri kok,“ ujarnya.

“Beneran kamu nggak apa-apa kami tinggal?“ tanya sang ayah.

“Beneran, Pi. Lagian jaman sudah canggih gini. Reynan tinggal tanya aja ke Mbah G****e,“ jawabnya bergurau. Membuat sang Ibu tersenyum lalu mengusap pundak anaknya itu.

“Yaudah, Mami sama Papi pulang duluan, ya,“ katanya.

“Siap, Mi.“

“Kami pulang ya, Rey.“

“Oke, Pi. Hati-hati.“

Kedua orang tuanya mengangguk lalu meninggalkan pemuda itu sendiri. Sambil menunggu administrasi selesai, pemuda bernama Reynan itu berjalan menyusuri beberapa sudut sekolah dan langkahnya terhenti di taman belakang sekolah. Di menit selanjutnya, dahinya mengernyit melihat penampakan yang terlihat sangat menggemaskan di matanya.

Tanpa canggung, ia menghampiri Adeera yang tidur begitu tenang.

"Hebat nih cewek bisa tidur dimana aja, nyenyak pula,“ gumamnya sambil menyentuh pipi tembam dan putih itu. Senyumnya pun terus mengembang, memandang wajah yang tampak cantik meski tertutup lemak.

Lalu secara tiba-tiba Adeera menarik bahunya. Merangkul dengan posesif, membuatnya tersentak kaget tapi tak sedikit pun ingin menguraikannya.

"Lang, kemana aja sih Lu? Gue kangen tau,“ gumamnya.

“Lu gitu amat sama gue. Gue sedih tau, Lang. Lu sendiri tau kan, kalau gue sedih nanti tubuh gue jadi langsing dan Lu nggak mau hal itu terjadi kan?“ tambahnya. Setelah itu ia kembali terlelap dan Reynan pun menguraikan rangkulannya dengan hati-hati. Meninggalkannya dengan degup jantung yang seperti berloncatan.

*

Suara bel membangunkan Adeera dari tidurnya. Setengah sadar, ia membenahi penampilannya lalu berjalan tergesa-gesa ke arah kelasnya. Wajahnya lagi-lagi cemberut saat tak mendapati Elang di kelas. Hatinya bertanya-tanya, kemana perginya pemuda bersenyum manis itu?

“Lu lihat Elang, nggak?“ tanya Elang pada Dewi. Gadis bertubuh semampai itu mengangkat bahu, membuat Adeera mendesah kecewa.

“Kenapa tuh si Buntelan Kentut?“ tanya yang lainnya.

"Biasalah, nyariin bestie-nya,“ jawab Dewi, cuek.

“Ooh ... Bestie-nya nggak ada to?“

“Huum.“

“Mungkin si Elang sekarang udah sadar. Udah salah gaul,“ celetuk Dita.

“Maybe. Lagian temenan sama Si Buntelan Kentut cuma bawa sial. Kalian lihat kan, pamor Elang langsung meredup setelah temenan sama dia.“ Dewi menyeringai sinis, sambil melirik Adeera yang membeku di tempatnya.

*

Di sebuah rumah minimalis, Elang menatap sang kakak yang terkulai lemas setelah mendapat tindak kekerasan dari suaminya. Elang tak habis pikir, kenapa juga kakak iparnya berbuat kriminal hanya karena masalah sepele—kakaknya diberi buah mangga oleh tetangga depan rumah.

"Kamu kalau mau ke sekolah lagi, ke sekolah aja, Lang. Mbak nggak apa-apa, kok,“ ujar sang kakak. Merasa tak enak karena mengganggu aktifitas belajar sang adik.

Elang menggeleng, lalu mengompres dahi memar itu.

"Elang udah izin kok, Mbak. Lagian mana mungkin Elang bisa fokus belajar, sementara Mbak di sini kesakitan,“ sahutnya membuat sang kakak terenyuh hingga meneteskan air mata.

"Jangan nangis, Mbak. Sekarang istirahat, ya. Elang mau ganti baju dulu,“ ucap Elang. Sang kakak mengangguk lalu membaringkan tubuhnya.

Setelah menyelimuti tubuh sang kakak, Elang bergegas masuk ke kamarnya. Merebahkan tubuh di pembaringan sambil menatap langit-langit kamar, mengingat ucapan Adeera seminggu lalu. Ia sama sekali tak tersinggung, hanya merasa kesal saja karena gadis itu tak peka dengan kode yang diberikannya.

Elang sendiri tak tahu kapan pastinya perasaan itu ada, karena persahabatannya dengan Adeera sudah terjalin cukup lama—sejak masa putih biru.

Elang masih mengingat masa-masa itu. Masa dimana Adeera yang masih bertubuh ideal, menolongnya yang dikunci di gudang oleh kakak kelas.

Sejak hari itu, hubungan persahabatan mereka pun terjalin. Sudah banyak hal yang mereka bagi bersama. Mulai dari hal umum hingga yang bersifat rahasia. Seperti saat Adeera mendapati haid pertama dan Elang memberikan baju hangatnya untuk menutupi rok putih Adeera yang terkena bercak darah. Selain hal itu, masih banyak rahasia yang mereka simpan rapat-rapat.

Elang menghela napas dalam-dalam. Bibirnya melengkung tipis mengingat reaksi Adeera yang tak sesuai keinginannya. Akhir-akhir ini ia memang gencar memberikan kode ketertarikan tapi gadis itu selalu mengabaikannya.

“Apa mungkin gue terlalu egois? Memikirkan perasaan sendiri tanpa mau tahu bagaimana perasaannya ke gue?“

Elang bermonolog. Lalu beranjak duduk. Mengambil figura di atas nakas. Dimana ia dan Adeera tertawa lepas saat wisata ke dunia fantasi. Saat itu mereka tertawa karena Adeera salah pegang. Seharusnya memegang tangannya tapi malah memegang tangan bule India.

“Lu emang egois, Lang. Harusnya Lu sabar aja. Lagian Lu juga nggak bakalan punya saingan. Siapa coba yang tertarik sama cewek oversize seperti Deera? Nggak ada kan?

Seharusnya Lu juga tikung dia dalam doa dan jangan terlalu ngekang dia. Kasihan dia kalo Lu diemin gini, temennya cuma Lu, nggak ada yang lain lagi,“ gumamnya sambil menyentuh foto Adeera.

Related chapters

  • GADIS 100 KG   Murid Baru

    Adeera tak bisa mencerna dengan fokus materi yang disampaikan gurunya. Bahkan berkali-kali ia mengembuskan napas sambil melirik meja yang biasa ditempati Elang.“Anak-anak, Ibu minta waktunya sebentar. Hari ini kita kedatangan teman baru.““Rey, silahkan masuk!“Suara Bu Wina membuat Adeera tersentak. Buru-buru dia mengalihkan pandangan ke depan dan tak lama sesosok pemuda tampan masuk ke kelas. Aroma parfumnya pun seakan membius se isi kelas yang langsung riuh."Diam dulu, Anak-anak. Biarkan Rey memperkenalkan diri,“ ujar Bu Wina.“Ayo, Rey!““Selamat siang, Teman-teman. Perkenalan, nama saya Reynand Pradipta. Senang berkenalan dengan kalian semua,“ ucapnya diakhiri senyuman lebar. Pemuda berkulit putih itu langsung disahuti berbagai macam pertanyaan, termasuk tentang ... pacar.“Saya belum punya pacar.“Jawabannya langsung membuat para siswi menjerit.“Saya Dewi, Rey dan sangat bersedia untuk penjajakan,“ kata Dewi, percaya diri. Sementara Rey hanya menanggapinya dengan senyuman tip

    Last Updated : 2023-03-18
  • GADIS 100 KG   Masa Lalu Kelam

    Adeera mengempaskan tubuhnya di ranjang bersprei hello kitty. Dengan mata tertuju pada ponsel di genggaman. Perlahan, ia menggigit bibir bawah saat pesannya tak kunjung dibalas Elang. “Lu kemana sih, Lang? Di sekolah kagak ada, di WA kagak dibales. Sebenernya apa sih mau Lu? Sebel gue!“ Adeera mengusap kasar air mata yang tiba-tiba membasahi pipi, lalu melempar ponselnya sembarang. Diingatnya lagi pembicaraan terakhir mereka dan ia tak merasa dengan sengaja menyakiti hati sahabatnya itu. Adeera mendengkus kasar, Lalu pandangannya teralih pada ponsel yang menyala dan bergetar. [Hai.] Satu pesan dari nomor baru masuk ke ponselnya. Alisnya terangkat seketika. Dengan segera ia menekan foto profil nomor itu dan netranya pun melebar saat tahu siapa pemiliknya. "Reynan ...“ Adeera melongo tak percaya. Ia mengucek mata, lalu memastikan kalau lelaki di foto itu benar-benar Reynan. [Gue ganggu, ya?] Pesan kedua yang diterimanya membuat Adeera menggaruk kepala. Pikirannya tertarik mundu

    Last Updated : 2023-03-18
  • GADIS 100 KG   Kangen

    Sejak hari itu Adeera mengalami depresi cukup berat. Bayang-bayang kelam ditambah teror dari pihak sekolah, membuatnya sering menjerit dan menangis tak kenal lelah. Rasa trauma yang mendalam juga membuatnya enggan keluar rumah, sekalipun untuk berobat.Elang sendiri tak kenal lelah membujuk. Setiap hari ia datang, walau selalu diacuhkan Adeera."Udah seminggu Lu kayak orang gila, Deer. Nggak bosen Lu?“ tanya Elang. Siang itu ia datang membawa banyak makanan yang dibuatnya sendiri.“Gue lebih baik gila daripada terhina gini, Lang.“ Untuk pertama kalinya, gadis bermata bulat itu menyahut dengan tatapan kosong.“Lu enggak terhina, Lu masih suci, Adeera!“ Elang melotot sambil menghampirinya.“Ta-tapi—““Gue tau ini sulit, Deer. Sulit banget malah, tapi kalo Lu kayak gini terus kasihan orangtua Lu, Deer. Apa Lu pikir mereka nggak sakit liat anak gadisnya dilecehkan terus depresi?“Bukannya menjawab, Tangis Adeera justru pecah."Rasa trauma itu emang nggak bisa hilang dalam waktu sebentar,

    Last Updated : 2023-03-18
  • GADIS 100 KG   Hanya kamu

    “Gue apa, Lang?““Gue ...““Lu bosen sama gue? Gitu kan? Kalo beneran gitu, Lu bilang dong, Lang. Jangan diem-diem aja. Kita bisa omongin baik-baik, jangan kek jelangkung, bikin gue gelisah. Gue kan—““Ya ampun ... Mulut Lu berisik banget kek knalpot bajay. Lagian siapa juga yang bosen? Lu kagak boleh suudzon, Woy. Sebenernya kemarin pas istirahat gue mau nyamperin Lu. Tapi ...“ sahut Elang menggantung.“Tapi apa, Lang?““Tapi Mbak Anggun keburu nelepon, dia dipukulin Mas Indra,“ ucap Elang yang tentu hanya diucapkan dalam hati saja. Seburuk apapun keadaan rumah tangga kakaknya sekarang, Elang tak punya wewenang untuk menceritakannya. Sekalipun pada Adeera yang sudah seperti adik bagi Anggun.“Tapi gue kebelet boker. Gue diare, Deer,“ jawabnya nyengir.“Ya Allah ... Serius?“Elang mengangguk ragu.“Kenapa Lu kagak bilang sama gue? Terus gimana keadaan Lu sekarang?“ tanya Adeera. Kekhawatiran tergurat jelas di wajahnya.“Seperti yang Lu lihat. Gue udah sembuh,“ jawab Elang. Adeera mengh

    Last Updated : 2023-04-14
  • GADIS 100 KG   Ancaman Elang

    Adeera berjalan terburu-buru menuju kamar mandi. Berbagai makanan pedas yang dikonsumsinya kemarin, membuat perutnya sembelit bukan main. Sementara dari berlawanan arah, Dewi berjalan sambil menatap wajahnya di kamera depan ponsel hingga akhirnya menabrak Adeera dan keduanya langsung jatuh terjengkang.Adeera hanya terbelalak dengan mulut terbuka, lalu buru-buru berdiri. Sementara Dewi masih dalam posisi terduduk, menatap gadis tambun itu kesal. Namun kemudian netranya meliar dan berubah panik melihat beberapa murid menghampiri. Dewi gegas bangkit, menatap Adeera dengan nyalang.“Hei, Kuda Nil! Mata Lo ditaruh dimana sih? Jalan tuh pake mata bukan pake dengkul. Mentang-mentang segede karung, seenaknya nyenggol-nyenggol orang!“ umpatnya."Maaf, Wi.“ Adeera menyahut cepat. Walau tak merasa salah, tapi ia tetap melakukannya. Bukan mengalah, tapi karena enggan membuat keributan.“Lo pikir beres cuma pake maaf? Lihat nih baju gue, jadi kotor gara-gara gue. Sepatu gue juga. Apa Lo pikir se

    Last Updated : 2023-04-15
  • GADIS 100 KG   Prasangka Reynan

    “Makan yang banyak, Deer.“ Elang menyalin beberapa toping mie ayam miliknya ke mangkok Adeera.“Lang, gue lagi sembelit. Kagak napsu makan gue,“ sahut Adeera.“Gue kagak mau denger alasan Lu, Deer. Pokoknya Lu harus makan banyak. Oh iya, nih buat penawar sembelit Lu,“ kata Elang sambil memberikan segelas jus apel pir.“Kapan Lu beli ini, Lang?“ tanya Adeera. Matanya menatap haru satu cup jus yang dibawa Elang.“Kagak perlu tau, yang penting ada. Oh iya satu lagi, mulai besok Lu harus ngimbangin menu makan. Lu banyakin makan buah juga,“ sahut Elang.“Nanti gue kurus dong,“ cetus Adeera. “Bukan buat kurus, Ey. Tapi biar Lu kagak sembelit.“Elang berujar ketus, membuat Adeera tergelak seketika. Sementara Reynan tak berhenti mengamati Terbesit rasa iri melihat keakraban mereka berdua, terlebih saat Elang menyuapi Adeera juga menyeka keringat yang bercucuran di wajah tembam itu.Saking fokusnya mengamati, ia sampai tak sadar kalau beberapa kamera mengarah padanya.“Makan yang banyak, bi

    Last Updated : 2023-04-19
  • GADIS 100 KG   Permintaan Reynan

    “Lang ...,“ panggil Adeera saat mereka sedang menikmati eskrim di bangku taman Kota. “Apa, Deer?““Gue masih penasaran sama yang perkataan Lu tadi di kelas,“ kata Adeera sambil tersenyum tipis.“Perkataan yang mana?“ tanya Elang, pura-pura tak paham.“Itu yang kata Lu aib Dewi CS,“ jawab Adeera. Elang membulatkan bibir.“Bukan apa-apa, cuma gertakan aja biar mereka kagak ngomong seenaknya. Eh tapi ternyata mujarab juga,“ sahutnya berdusta diiring tawaan geli.“Oh ... Kirain beneran,“ kata Adeera, ia ikut tertawa geli.“Ya kali gue sekepo itu, Deer. Gue bukan emak-emak cctv yang doyan ngepoin urusan orang, gue juga bukan lambe turah apalagi wartawan infotaiment,“ ujar Elang. Adeera tersenyum, membenarkan.Elang menghela napas lega, karena Adeera percaya begitu saja. Bibirnya pun melengkung sinis, mengingat kejadian seminggu lalu. Ucapannya tadi di kelas bukanlah gertakan tapi memang sebuah fakta yang pada jaman ini dianggap sebagai hal yang lumrah.“Hei, ngelamunin apa, Lu?“ Suara Ad

    Last Updated : 2023-04-29
  • GADIS 100 KG   Dirundung ... lagi

    Terik matahari terasa membakar kulit. Selepas memberikan tugas sekelas ke ruang guru, Elang menepi sejenak karena ponselnya tak berhenti bergetar. Dahinya lantas mengernyit melihat panggilan dari sebuah nomor baru.“Hallo—““Hallo, Nak Elang. Ini Bu Asih, Nak. Kamu bisa pulang nggak? Mbakmu perdarahan.“ Rentetan ucapan dari seberang sana membuat napasnya terasa tercekat. Untuk beberapa menit, ia terpaku. Mencerna ucapan perempuan paruh baya yang merupakan tetangganya.“Nak ... Nak Elang ...““I-iya, Bu. Ba-baik, Elang izin pulang sekarang juga,“ sahutnya gugup.“Iya, Nak. Kamu langsung ke RS Hermina saja, ya. Ibu sama yang lain bawa Mbakmu ke sana.““Ba-baik. Terimakasih ya, Bu,“ ucapnya.Elang meraup wajahnya. Tergesa-gesa ia melangkah kembali ke ruang guru, meminta izin pulang. Setelah itu barulah ke kelas, lalu berdecak saat tak mendapati sahabatnya di sana. Tanpa menunggu Adeera, ia langsung meluncur keluar kelas. Menuju rumah sakit yang disebutkan tetangganya tadi.Sementara di s

    Last Updated : 2023-04-29

Latest chapter

  • GADIS 100 KG   Kejujuran yang menyakitkan

    ”Maafkan aku, Ay ...” ucap Reynan tertunduk.”Aku nggak butuh maafmu. Aku butuh kejujuranmu. Katakan semuanya padaku, Reynan!” seru Adeera dengan suara tertahan karena emosi yang meluap.”Akan kuceritakan semuanya, Ay.” Reynan menatap Adeera lekat-lekat.”Dari awal kamu kesulitan berkomunikasi dengannya, aku dan Elang masih bertukar kabar. Kami masih sering berbagi cerita. Termasuk aku yang menceritakan perasaanku padamu, Ay. Termasuk program diet kamu.Dia juga sengaja nggak menghubungimu karena dia sudah menitipkanmu padaku. Dan terakhir ...”Reynan menarik napas sejenak. Menatap Adeera yang tampak tak sabar menunggu ucapannya.”Dan yang terakhir, aku menelponnya saat kita jadian. Aku memberitahunya kalau kamu menerimaku,” lanjut Reynan seraya menelan salivanya kasar.”Lalu?” tanya Adeera tak sabar.”Elang kecelakaan.” Reynan menjawab dengan kepala tertunduk.”Apa?!” Adeera memekik tertahan sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.”Dia kecelakaan tunggal, Ay. Dan setelah itu k

  • GADIS 100 KG   Pengakuan Reynan

    ”Ma-maksudnya gimana, Ay?” tanya Reynan, dengan mata membulat sempurna.”Kita seperti dulu, Rey. Sebelum jadi sepasang kekasih,” jawab Adeera. Membuat Reynan susah payah menelan salivanya.”Jangan bercanda, Ay!” serunya frustasi.”Aku nggak bercanda, Rey. Aku serius,” ujar Adeera. Membuat hati Reynan luluh-lantak. Kepalanya menggeleng pelan, sementara bibirnya perlahan melengkung walau tipis.”Enggak, Ay. Aku enggak mau. Jangan minta putus, aku mohon,” ucapnya dengan suara bergetar.”Minta yang lain saja, Ayy. Tapi jangan minta putus,” lanjutnya. Adeera menatapnya lekat-lekat. Ada sedikit rasa iba melihat siluet kecewa yang membentang di bibir lelaki itu. Namun ia juga sudah tak kuat jika terus bertahan di sisi lelaki itu.”Please, Ay ... Minta saja yang lain. Tapi jangan minta putus.”Adeera menghela napas dalam-dalam. Menatap sang kekasih dengan tangan bersedekap di meja.”Kalau begitu, aku minta kamu terima kehadiran Airlangga di kehidupanku. Aku rasa, aku butuh dia,” paparnya. Me

  • GADIS 100 KG   Putus

    Adeera menatap jam digital di atas nakas. Sudah jam satu siang, dan selama itu Adeera tak melakukan aktifitas apapun selain rebahan dan drakoran. Ia mulai bosan dan ingin menghubungi Elang. Tapi ponselnya mati. Lucunya lagi, di rumah sebesar itu, Adeera tak menemukan satu pun charger. Tadi, Adeera sudah meminta pada Narsih. Tapi ponsel mereka ternyata beda. Narsih masih menggunakan ponsel keypad, yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS saja.Adeera merasa heran pada wanita itu. Kenapa tak terbawa arus kecanggihan teknologi? Kenapa tak menggunakan ponsel pintar? Tapi jawaban wanita itu langsung membuat bibirnya mengatup.“Hape itu hanya melenakan, Neng. Sementara saya sudah tua. Daripada waktu luang kita digunakan haha hihi nonton tiktok, mending banyakin ibadah saja.“Adeera mendengkus kasar. Lalu memilih keluar kamar. Mengitari ruang tamu, berpindah ke ruang tengah dan berakhir di dapur saat perutnya melilit minta diisi. Ia pun membuka lemari pendingin dan tudung saji, tapi

  • GADIS 100 KG   Murka Reynan

    Elang bergidik ngeri mendengar penuturan Vino tentang Herlan. Lelaki yang dulu pernah jadi gurunya itu ternyata punya gurita bisnis di bidang prostitusi dan narkoba. Selain punya rumah prostitusi bertopeng tempat karoke, Herlan ternyata memiliki banyak anak buah. Termasuk di institusi kepolisian.Untuk memperkuat bukti, Vino akan mengali lagi lebih dalam supaya nantinya Herlan tak mampu beralibi. Bahkan tak mampu tuk sekadar mengangkat kepala.“Atur saja sesukamu, Vin. Pokoknya kamu harus kuliti habis kasus Herlan. Pastikan juga kasus ini di up di media sosial dan berita nasional. Batasi juga pergerakan anak buahnya. Kalau kamu berhasil, saya akan kasih kamu bonus,“ ujar Elang menggebu-gebu.“Siap, Bos.“Elang menghela napas. Lalu berjalan ke balkon kamarnya sambil menyesap segarnya angin malam.“Kamu pantas dihukum, Herlan. Aku yakin, kamu sudah banyak merugikan orang terutama hawa. Kamu juga menyelewengkan hukum. Sekarang, nikmati hidupmu, Herlan. Sebelum aku menjebloskanmu ke jeruj

  • GADIS 100 KG   Bertindak

    “Mixue?“Adeera yang tengah fokus pada layar komputer, terbelalak seketika saat sebuah cup dingin tiba-tiba menyentuh pipinya. Dengan cepat, ia mendongak dan memutar bola mata melihat Elang tersenyum cengengesan.“Dasar Jahil!“ umpatnya dengan bibir mengerucut.“Cepat ambil, mumpung masih dingin,“ kata Elang.Adeera terdiam sesaat. Memandangi eksrim itu dengan sudut bibir yang berkedut.“Ini buat aku?“ tanyanya. “Bukan, tapi buat kelinci!“ Elang menjawab ketus dan asal.Adeera sontak melotot dan merebutnya dengan segera.“Sayang banget kalo buat kelinci,“ katanya sambil mencicipi eskrim asal negeri Thailand itu.“Enak banget, dingin seger,“ katanya sambil memejamkan mata dan tiba-tiba saja bayangan Elang melintas di pikirannya.Ia ingat betul lelaki itu sering membawakan minuman serupa untuknya. Sejurus kemudian, air matanya menetes. Rindu itu semakin tumbuh subur di dalam hatinya. Walau ada Airlangga sang bos, tapi tetap saja tak mengurangi kerinduannya pada Elang.“Hei, kok malah na

  • GADIS 100 KG   Bertemu Herlan

    “Sudah siap?“ tanya Adeera saat masuk ke ruangan Elang.“Sudah,“  jawab Elang sambil tersenyum tipis.“Hanya saja moodku lagi nggak baik,“ lanjutnya dalam hati.Hari ini mereka berdua ada agenda bertemu dengan klien baru yang bersinggungan dengan divisi Adeera.“Kamu kok kayak nggak semangat gitu?“ ujar Adeera sambil menatap wajah Elang yang tampak kuyu.“Emang nggak semangat. Klien yang ini sangat merepotkan dan manja. Modal sedikit aja banyak gaya. Pake pengen meeting di restoran mahal segala,“ jawab Elang sambil bangkit berdiri dan merapikan penampilan.“Harus semangat dong. Mereka punya banyak koneksi termasuk di bea cukai. Sayang banget kalau kita melewatkannya,“ sahut Adeera sambil tersenyum.“Iya, Ibu Adeera. Yaudah ayo!“Mereka pun langsung bertolak ke restoran di sebuah hotel bintang lima. Sepanjang perjalanan, mereka membahas rancangan pr

  • GADIS 100 KG   Bertemu Reynan

    “Bagaimana kalau kita main-main dulu, Deer?“ gumamnya pelan.Elang mengulas senyum menyeringai. Lalu dengan suara lembut ia membangunkan Adeera. Membuat gadis itu membuka mata dengan bibir mengerucut.“Suaramu mirip demit, Lang!“ celetuknya. Di saat itu juga ia baru menyadari sesuatu. Ia sudah sangat lancang memanggil sang bos dengan panggilan Elang. “Lancang Lu, Deer,“ gumamnya lirih. Matanya membeliak seketika melihat Elang yang menatapnya dengan mata memicing.“Kamu bilang apa barusan?“ tanya Elang.“Yang mana?“ Adeera tersenyum kaku.“Yang tadi. Apa kamu bilang? Suaraku mirip demit?“ Elang memastikan.Adeera mengangkat jari telunjuk dan jari tengah. Ia berusaha santai, walau sebenarnya gugup juga karena kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.“Kita di mana?“ Adeera mencoba memecah kegugupan yang menyelimuti diri. E

  • GADIS 100 KG   Happy Milad, Adeera

    Elang mengajak Adeera menghampiri pengurus panti. Walau canggung, Adeera menurut. Lalu senyumnya merekah saat pengurus panti menyambut dengan ramah.Bahkan pipinya terasa menghangat mendengar pertanyaan salah seorang dari mereka.“Ini calon istrinya, Nak?“Elang tak langsung menjawab. Malah melirik pada Adeera yang menahan grogi.“Bukan, Bu,“ jawabnya.Senyuman Adeera langsung sirna. Hatinya terasa seperti diremas. Entah kenapa, ia merasa kecewa dengan jawaban lelaki itu.“Belum jodoh, tapi insya Allah jodohnya Nak Elang.“Suara Ibu ketua panti membuat keduanya saling bersitatap untuk sesaat. Kemudian tertawa canggung.“Yaudah ayo masuk ke ruang tengah. Anak-anak sudah nunggu,“ lanjutnya.Mereka pun mengangguk, lalu mengikuti para pengurus panti yang sudah berjalan lebih dulu. Adeera mematung sejenak, melihat ruangan luas itu sud

  • GADIS 100 KG   Pedekate

    “Serius kita temenan?“ tanya Elang, tak percaya.“Iya. Tapi kamu sendiri udah tau kan, aku udah ada pacar. Jadi kamu jangan macem-macem,“ kata Deera sambil menatap Elang sungguh-sungguh.“Em ... Macem-macem gimana maksudnya?“ Elang pura-pura tak paham.“Maksudmu, takutnya aku ganggu hubungan kalian? Begitu?“ sambungnya dengan perasaan tak karuan, karena jelas itu tujuannya. Ia mau merebut Adeera dengan cara elegan.“Heem ...“ Adeera tersenyum kaku, “ta-kutnya gitu.““Oh ... Kamu tenang aja, Deer. Kamu bukan tipeku. Tipeku cewek yang bohay tapi pake baju tertutup. Lagian aku sudah punya gebetan. Walau enggak pacaran, aku yakin kami berjodoh,“ sahut Elang dengan tatapan dalam. Mendengar hal itu, Adeera merasa pasokan oksigen di dadanya berkurang. Kriteria yang disebutkan Elang, jelas tak ada di dirinya. Ia yang sekarang bertubuh langsing cenderung kurus dan belum mengenakan pakaian tertutup.Adeera menghela napas kasar, balas menatap Elang dengan jantung yang berdebar kencang.“Kamu ng

DMCA.com Protection Status