Bayangan wajah gadis kecil itu terlintas di benaknya namun tidak lama wajahnya berbayang dan berganti dengan wajah Yukie yang tepat berada di depan matanya.
"Apa kau bilang? Gadis kecil, Apa maksudmu?" Yukie terlihat bingung tak mengerti apa yang diucapkan oleh Daiki. "E... lupakan!" dia kembali berjalan sambil terus memikirkan dan mengingat tentang masa lalu. “Dia Kenapa sih, hari ini sangat aneh sekali!" gumam Yukie sembari mempercepat langkahnya yang tertinggal oleh Daiki. Sesampainya di ujung jalan Daiki terpaku melihat pintu yang sama persis dengan yang ada di bayangannya. Langkah Yukie terhenti tepat di depan pintu itu kemudian berucap Kepada Daiki."Kau hanya bisa mengantarku sampai disini, kau tidak bisa masuk!” Lamunannya terbuyarkan oleh ucapan Yukie."Lagi pula siapa yang ingin masuk ke dalam?" Sahut Daiki. Mereka pun terdiam sejenak membuat suasana menjadi canggung sementara Daiki mulaDaiki sengaja membelikan ponsel untuk Yukie karena baginya itu akan mempermudahkan untuk mereka berdua saling menghubungi satu sama lain. Namun ternyata Yukie menolak pemberian ponsel darinya."Maaf aku tidak bisa menerima ponsel ini" Yukie mengembalikan ponsel pemberian dari Daiki dia mendorong paperbag itu kembali ke arahnya.Daiki yang nampak duduk santai di bangkunya hanya melirik kearah paper bag di atas meja. Dia terlihat kesal karena Yukie menolak ponsel darinya namun dia terlalu pandai menyembunyikan perasaan tak sukanya.Mengingat bahwa Yukie tadi pagi sempat tersenyum kearah Daisuke, Daiki pun kemudian berbohong bahwa ponsel itu adalah pemberian kakaknya."Ponsel itu bukan dariku!” dia terpaksa melakukan itu, karena Daiki ingin sekali Yukie menerima ponsel darinya.Seperti dugaannya, Yukie langsung bereaksi senang namun itu membuat Daiki semakin kesal."Apa kau bilang? Ponsel ini dari kakakmu?" raut wajahnya pun bahkan nampak ter
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, ketinggian gunung Inasa yang tak lebih dari 400 meter itu menjadi pilihan mereka.Walaupun mereka tak perlu mendaki sampai ke puncak namun cukup berada di kaki gunung Inasa untuk mencari beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang mereka butuhkan.Sesampainya di sana cuaca tak mendukung langit mulai gelap bahkan kabut mulai menurun. Mereka bertiga berjalan menyusuri kaki gunung, beruntung di sana sudah terdapat bekas jalan kaki setapak yang biasanya dilewati oleh para pendaki. Sehingga mereka tak perlu kesusahan untuk menuju ke hutan yang lebih dalam.Semakin masuk ke dalam tekstur jalan semakin becek dan ada lumpur bercampur air. Yukie bertugas mencari contoh tumbuhan sementara Ginji bertugas mencari hewan kecil yang jarang di temui. Sedangkan Daiki mengambil tugas paling mudah. Dia hanya berdiri sembari mengambil foto untuk dokumentasi tugasnya.Tampak Daiki sesekali terdiam menikmati rasa perih bercamp
Daiki berlari membelah hujan mendatangi tempat-tempat yang tadi sempat di datangi oleh mereka berharap Daiki akan menemukan kalung yang entah bentuknya seperti apa, namun Daiki tetap terus berusaha mencarikan kalung milik Yukie.Terlihat Daiki mengelilingi tempat pertama kali mereka datang, dia membungkuk mencari siapa tahu kalung itu jatuh dan tertimbun dedaunan. Benar-benar seperti menjadi jarum di tumpukan jerami.Tempat itu sangat luas Daiki sempat beberapa kali memutari tempat itu sampai nafasnya terengah-engah.Terakhir dia naik ke atas ke tempat terakhir mereka kunjungi. Daiki mencoba mengingat-ingat di mana saja Yukie sempat berdiri.“Di mana kalungnya?? Kenapa susah sekali mencari kalungnya?” Daiki hampir menyerah karena cuaca semakin dingin.Rasa dingin yang merasuk ke dalam tubuhnya tak seperti biasa, kali ini rasanya sangat menusuk sampai ke dalam tulang membuat tubuhnya menggigil.Rambutnya telah basah kuyup, bibirnya samp
Ting tong!Yukie sempat ragu untuk datang menjenguk Daiki, namun mengingat lelaki itu terluka karenanya sehingga mau tak mau dia akhirnya datang ke rumah Daiki setelah mendengar kabar dari Ginji kalau Daiki telah pulang dari Rumah Sakit.Cklek!Emiko membuka pintu setelah mendengar bel berbunyi, melihat wajah asing berdiri di depan pintu, Emiko pun bertanya.“Kau siapa?”“Oh, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Aku Yukie Matsuda” dia membungkukkan badannya ke Emiko sebagai salam perkenalan.“Oh, aku Emiko... ada yang bisa aku bantu?” Emiko mulai menyelidik ke arah Yukie dari ujung rambut hingga kaki.“Umm, aku” belum selesai berucap, Yukie mendengar suara Daisuke dari arah dalam.“Siapa yang datang?” sahutnya Daisuke kemudian.“Aku tidak tahu, kak. Sepertinya temanmu atau teman Kak Daiki” ucap Emiko sembari membuka pintu lebih lebar.“Yukie?” Daisuke terlihat senang
"Anak yang ada di foto ini, apakah itu kau dan Daisuke?” pertanyaan Yukie masih menggantung di udara bahkan ketika kedua kalinya pertanyaan itu terlontar dari mulutnya Daiki masih diam membisu."Daiki!!" Yukie duduk di bibir ranjang, menatap wajah Daiki dengan tatapan tajam penuh harap menunggu jawaban dari pertanyaannya.Bimbang, saat inilah yang sedang di rasakan oleh Daiki. Antara ingin menjawab, keraguan itu bergelayut di hatinya.Namun karena Yukie sudah melihat foto itu mau tak mau Daiki pun mengakuinya.“Iya, anak kecil yang ada di foto itu adalah aku dan kakakku" Daiki mengalihkan pandangannya ke mata Yukie yang nampak berbinar.Gadis itu terlihat sangat bahagia senyum lebar kemudian terulas di bibirnya."Ya ampun kenapa kau tidak bilang padaku dari awal!" Yukie meletakkan kembali foto itu diatas nakas."Aku harus mengatakan apa? Aku tahu kalau kau gadis kecil itu juga setelah menemukan kalung itu kalau aku tidak menemukanny
Keesokan harinya Daiki berangkat sekolah seperti biasa namun saat ingin masuk ke dalam kelas dia langsung dihadang oleh Kira dan Murakami, Kakak kelasnya.Gadis yang tingginya sebahu Daiki itu bersandar di gawang pintu.“Daiki?” sapanya.Daiki langsung terpaku dengan wajah malas dia hanya menggerakkan bola matanya melirik kearah gadis itu.“Siapa kau?"Kira terkekeh geli bercampur kesal saat sadar ternyata Daiki belum mengenalnya."Aku yang menitipkan coklat kemarin pada teman sebangkumu, apa dia tidak memberikan coklat itu padamu?"Daiki semakin malas bahkan sepertinya berbicara dengan Kira hanya membuang-buang waktunya saja maka memilih untuk tak menghiraukan gadis itu adalah pilihan yang tepat."Menyingkirlah kau menghalangi jalanku!" Daiki kemudian mendorong bahu kira dengan tubuhnya saat ingin masuk ke dalam kelas.Gadis itu melirik dengan tatapan kesal karena tak menyangka bahwa Daiki pun akan b
“Daiki lepas!” Yukie mencoba menepis tangan Daiki yang masih merangkul bahunya.Lelaki itu hanya terdiam membuang pandangannya ke arah lain.“Kenapa?”“Jangan lakukan itu lagi di depan Daisuke!” Yukie nampak kesal seolah dia tak nyaman dengan perlakuan Daiki yang seakan di sengaja saat berada di depan Kakaknya.Daiki menghela nafas panjang kemudian berucap dengan nada berat.“Aku tahu... memangnya kenapa?” tatapannya berubah malas saat melihat Yukie, gadis itu membuatnya cemburu karena sikapnya saat berada di depan Daisuke dan saat sedang bersamanya sungguh sangat berbeda.Yukie akan menjadi lebih sopan dan lembut ketik ada di depan Daisuke namun saat berdua dengannya, Yukie seakan memperlihatkan sisi kasar dan cuek kepada Daiki.Lelaki itu tahu dan sadar kalau Yukie sepertinya memiliki perasaan kepada Kakaknya, namun sebelum mendengar pengakuan sendiri dari mulut Yukie, Daiki tak akan berpikir lebih.“Katakan
Daiki memejamkan matanya, perlahan mendorong tubuh Yukie ke rak buku yang ada di belakangnya.Dengan kedua tangannya, Daiki meraih rahang Yukie memaksa gadis itu mengangkat wajahnya ke atas ketika Daiki melumat bibirnya semakin intens.Yukie tak mampu menolak ciuman itu, bibir Daiki yang sangat lembut serta aroma wangi tubuh Daiki membuatnya seolah dengan sengaja menghipnotisnya.Ketika Daiki meraih dagunya meminta agar Yukie membuka bibirnya karena ingin memainkan lidahnya di dalam mulut Yukie, seketika gadis itu tersadar dan langsung membuka mata.Yukie menarik kepalanya ke belakang menyudahi ciuman itu, Daiki mulai membuka matanya perlahan menatap wajah Yukie dengan lekat.“Apa yang baru saja aku lakukan??” bisik Yukie dalam hati sembari menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya dari Daiki.Melihat Yukie terdiam dan tak marah dengan apa yang dia perbuat pada gadis itu membuat Daiki melangkah maju se
Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da
Teeeeeeeettt!Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,
Rencana Daiki tak mungkin begitu saja dilaksanakan, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari waktu yang tepat. Tapi setidaknya Daisuke telah meminta kepada Ibunya untuk mengulur waktu agar tidak menandatangani surat perjanjian jual beli tanah bangunan sekolah dan yayasan sampai Daiki bisa memastikan akan mendapatkan dana.Di suatu sisi semua murid sedang dibuat ramai dengan berita dari media. Belum selesai tentang foto yang diunggah oleh Kira kini mereka dikejutkan dengan postingan Daiki di akun pribadinya.Dia mengunggah satu foto seorang gadis berambut panjang yang sengaja di posting setengah badan dan itu dari arah belakang. Membuat semua murid semakin penasaran apakah benar orang yang ada di foto itu adalah Kira. Sementara beberapa hari lalu Kira mengunggah fotonya yang sedang mencium pipi Daiki.Membuat dugaan para murid semakin kuat bahwa mereka kini sedang berkencan. Lokasi yang sama tepatnya di pantai di mana saat itu hanya ada mereka bertiga. Dai
Jam pelajaran masih berlanjut, Sensei masih menjelaskan materi di depan kelas. Ginji semula fokus dengan pelajaran tapi bangku Daiki yang kosong mengalihkan perhatiannya. “Di mana Daiki? Apa dia melewatkan jam pelajaran terakhir?”Yukie terdiam saat mendengar ucapan Ginji, dia tak ingin ambil pusing lagi. Tetapi matanya tak bisa dialihkan dari bangku Daiki. Mengingat apa yang telah diucapkannya tadi kepada Daiki dan melihat kini dia tak mengikuti jam pelajaran akhir membuat Yukie berpikir apakah lelaki itu marah dan mencoba menghindarinya. ‘Lupakan Yukie, kau sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan hal itu lagi!’***Izumie menghabiskan waktunya di ruang Kepala Sekolah. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan bingung. Terlihat benar-benar sangat frustasi. Akhir-akhir ini masalah menimpa dirinya, baik perusahaan maupun yayasan.Tok tok tok!! Lamunannya tersadar saat mendengar suara ketukan pintu.Secepat mu
Yukie bisa saja menolak ajakan Daiki tapi, saat dia sadar tangannya digenggam erat oleh lelaki itu dia merasa sangat nyaman. Timbul perasaan aneh saat tangan mereka bersentuhan, hingga dengan sendirinya Yukie pun membalas genggaman tangannya sembari berusaha mengikuti langkah kaki Daiki yang terbilang cukup lebar membuatnya kualahan ketika mengikutinya dari belakang.Di saat itu Daiki sempat terkejut karena dia bisa merasakan jari-jemari kecil milik Yukie mulai bergerak membalas genggaman tangannya tapi, dia sama sekali tak menghentikan langkahnya.Tiba di tempat biasa Yukie menghabiskan jam istirahatnya, yaitu di bawah pohon samping stadion mini yang biasa digunakan untuk berolah raga, Daiki melepaskan tangannya. Itu sempat membuat Yukie terkejut tapi akhirnya dia sadar bahwa beberapa detik yang lalu tubuhnya seakan terhipnotis hingga menuruti perintah Daiki tanpa perlawanan.“E.kenapa kau membawaku kemari?” pertanyaan itu terlontar setelah Yukie me
“Oh ya ampuuun! Tuhan kenapa kau titipkan anak ini kepadaku kalau tahu dia akan menjadi pemalas seperti ini??” Bibi Mai terus mengoceh. “Kalau tahu hidupku akan semakin menderita karenanya kenapa dulu kau tidak ambil sekalian nyawanya!!” Setelah puas meluapkan amarah dan kekesalannya, Bibi Mai meninggalkan Yukie di halaman begitu saja. Rambut acak-acakan serta kondisi seragam yang lusuh dan kotor menambah kesedihan Yukie berlipat. Setelah beberapa tahun harus bersembunyi mencuri waktu saat ingin belajar dan kini ketika berhasil memakai seragam impiannya berharap Bibi akan bangga, namun ternyata di luar dugaan Bibi Mai justru mematahkan semangatnya. Akan tetapi mimpi yang sudah Yukie bangun sejak dari kecil tak akan mudah hilang begitu saja.Tertatih saat berjalan menuju ke kamarnya, menahan sakit yang menghujam punggung, kepala dan juga wajahnya. Saat mengingat Bibinya sempat menampar pipi beberapa kali, Yukie cepat-cepat pergi menuju ke kamar mandi un
“Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.”Yukie sangat bersyukur akhirnya Daisuke datang juga, karena beberapa saat yang lalu dia merasa sangat canggung berada di antara mereka berdua yang terlihat mesra. Apa lagi Daiki yang sepertinya sengaja pamer mesra di depan Yukie padahal kalau dilihat dari sikap tubuhnya lelaki itu merasa risih berdekatan dengan Kira.“Kak? Kau sudah selesai?” Yukie menyambutnya dengan senyum lebar disertai wajah ceria, membuat Daiki yang duduk di seberang meja mulai terganggu.“Umm...maaf membuatmu menunggu lama” ucapnya sembari mengusap lembut kepala Yukie.Huuufftt!! Daiki menghela nafas kasar melegakan dadanya dengan kata lain sebagai bentuk luapan rasa kesal melihat perhatian Kakaknya kepada Yukie.“Kau baik-baik saja?” Kira merasa cemas setelah melihat Daiki murung.Terlihat dari raut wajahnya yang tampak sangat kesal, namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya. W
Untuk mempersingkat waktu dan juga agar tak terjebak kemacetan, Daisuke sengaja memakai motor milik adiknya. Mesin telah menyala dia sudah berada di atas motor dan tengah memakai helm.Yukie berdiri di sampingnya memamerkan raut wajah cemas, membayangkan nantinya entah bagaimana menghadapi situasi canggung yang akan tercipta ketika ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku tinggal sebentar” Daisuke mengusap lembut pipinya, dia bisa melihat kegelisahan dari raut wajahnya. “Aku hanya sebentar, kau tidak apa-apa ‘kan, aku tinggal?”Dari kejauhan tampak Daiki yang sedang bersama Kira menoleh mengalihkan pandangan ke Yukie. Melihat Kakaknya tengah membelai pipi gadis itu, Daiki hanya bisa diam menikmati rasa aneh yang bahkan dia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.“Hei!” Kira berlari kearahnya ketika melihat Daiki terus melamun, memeluk lengannya membuat lelaki itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
Tanpa menjawab Daiki langsung mengenakan lagi helmnya, saling melempar pandangan dengan Daisuke yang berada di dalam mobil lalu menganggukkan kepala menyetujui tantangan itu. Daiki tengah siap dengan kedua tangan berada di setir motor menunggu lampu hijau menyala yang hanya tinggal beberapa detik lagi. Brrruuuuuummmm!!Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, berada di barisan paling depan dari deretan kendaraan yang baru saja terkena lampu merah. Daisuke tahu dan sadar kalau dia akan kalah dari Daiki, meskipun kecepatan mobil jauh lebih unggul ketimbang motor tapi dia tak bisa menerobos kemacetan, sementara Daiki dengan mudah melewati kepadatan mobil untuk mencapai lokasi terlebih dulu. Melihat jalan asing yang sedang dilewatinya, Yukie baru tersadar kalau perjalanan menuju rumahnya terasa lebih lama karena terus melamun. Pantas itu bukan jalan yang biasa dia lewati setiap harinya. “Tunggu! Ini mau ke mana?” setelah puas meneliti pemandangan di luar