Katakata Zeus itu menarik perhatian Kemala juga. Perempuan itu pun ikut buka suara.
“Mama sudah bilang, lebih baik Wyn mulai melepas pekerjaan yang skalanya besar. Seperti katering untuk pernikahan atau acara-acara dengan undangan di atas seribu dan harus disiapkan dengan matang. Itu semua kan menyita waktu dan tenaga. Bukan karena Mama tidak mau usaha ini maju, cuma memang sumber dayanya terbatas. Mama juga tidak mungkin selamanya bisa membantu.” Kemala menoleh ke arah Zeus. “Dan adikmu ini sangat sulit percaya pada seseorang. Terlalu perfeksionis. Kadang Mama harus memaksanya untuk belajar mendelegasikan tugas kepada yang lain. Tapi sepertinya Wyn lebih suka menyiksa dirinya sendiri.”
Wynona memandang ibunya dengan tatapan tak berdaya. Kemala memang sudah menyarankan hal itu berkali-kali. Wynona bukannya tidak mempertimbangkan usul ibunya. Keterbatasan sumber daya memang menghalangi langkahnya. Gadis itu sudah sangat kewalahan menghadapi pesan
“Leon?” Wynona tak menutupi rasa heran karena mendapati lelaki itu bertandang ke rumahnya sepeninggal Zeus. Apakah Leon tidak tahu jika kakak Wynona sudah kembali ke Ibu Kota? Yang disebut namanya malah tersenyum tipis.Lalu, Leon merespons sambil tertawa kecil. “Kamu masih ingat aku, ternyata. Tadinya aku cemas kalau kamu sudah lupa siapa aku.”Meski begitu, ucapan Leon itu sama sekali tak memberi petunjuk tentang alasan kedatangan lelaki itu. Alis dan glabela Wynona berkerut.“Tentu saja aku masih ingat kamu, Leon. Kita bertemu belum terlalu lama, kan? Tapi, Zeus sudah pulang ke Jakarta beberapa hari yang lalu. Apa kamu tidak tahu itu? Eh, Jimmy tahu dan sempat datang sehari sebelum Zeus kembali ke Jakarta.”Leon tertawa kecil, membuat guncangan lembut di bahunya. “Aku tahu kalau Zeus sudah pulang ke Jakarta. Aku datang ke sini bukan untuk bertemu Zeus,” akunya.Wynona makin keheranan. “Oh, ya
Sejak kembali ke rumah, Wynona bukan orang yang sering menerima tamu. Orang yang rutin datang hanyalah David, itu pun tanpa jadwal khusus karena berkaitan dengan kesibukan masing-masing. Jadi, duduk berhadapan dengan Leon membuat Wynona merasa agak aneh. Namun bukan sesuatu yang berkonotasi negatif. Sejak awal, dia cukup nyaman berada di dekat lelaki ini.“Aku juga memaklumimu,” imbuh Leon. “Ya, aku memang orang yang pengertian.”Wynona buru-buru merespons, “Itu karena kamu tidak mengenalku dengan baik. Teman-teman Zeus memilih menghindar dariku. Kita mereka, aku sangat menakutkan. Mereka selalu bilang semoga tidak punya istri sepertiku.”Tawa Wynona pecah seketika, mengingat gurauan teman-teman Zeus yang kadang kelewatan. Namun dia tidak merasa terganggu, karena Wynona pun sering menggoda mereka. Dia kadang mengatai teman-teman Zeus sebagai bangsa barbar yang mengerikan.Leon tidak berkomentar, dia hanya menatap Wynona
Alasan Leon mengajak Wynona makan malam itu, sungguh tak terbayangkan. Selama beberapa saat, gadis itu cuma membatu di tempat duduknya. Wynona sungguh kebingungan untuk memberikan respons. Dia tak tahu apakah harus merasa senang atau sebaliknya. Sekaligus bertanya-tanya, mengapa lelaki yang baru ditemuinya satu kali, malah mengajaknya merayakan hari spesial pria itu? Ulang tahun, meski tanpa perayaan yang melibatkan kue, lilin, dan balon, tetap saja hari yang istimewa.“Kamu berulang tahun hari ini dan ingin mengajak Wynona makan malam?” tanya Kemala. Seperti halnya Wynona, tentulah ibunya pun keheranan mendengar kata-kata Leon.“Betul, Tante,” respons Leon.Kemala menatap putrinya sebelum berdiri dari tempat duduknya. “Kalau begitu, silakan mengobrol berdua dengan Wynona. Tante sih, tidak keberatan sama sekali. Asal pulangnya tidak sampai terlalu malam.”Kemala langsung menuju dapur, meninggalkan Wynona dan Leon berdua
Bahu Wynona berguncang karena tawa kencang. Dia sungguh merasa geli karena ucapan Leon tadi. Sementara si pengemudi melirik sekilas ke kiri seraya mengukir senyum tipis. Tampaknya Leon tidak berniat menjelaskan dengan detail tentang alasannya mengajak Wynona untuk merayakan hari ulang tahunnya.“Maafkan aku,” pinta Wynona dengan napas agak terengah. “Aku bukan perempuan sopan yang tertawa dengan anggun. Aku agak me... berantakan. Aku suka tertawa dan kadang melakukan hal-hal bodoh jika merasa geli. Kamu bisa lihat bagaimana tidak sopannya sikapku barusan, kan?” katanya dengan cepat. Pipi gadis itu terasa pegal karena terlalu lama tertawa. “Pokoknya, maaf kalau kamu jadi tidak nyaman.”Leon memberi jawaban yang tak terduga. “Kenapa harus minta maaf? Aku merasa nyaman-nyaman saja, kok! Jadi, tidak ada yang salah kalau kamu tertawa sekencang apa pun di dekatku. Sungguh, aku suka melihatmu tertawa.”“Oh ya? Apa a
Hati kecil Wynona tiba-tiba meneriakkan peringatan keras. Wynona tidak seharusnya berada di tempat itu bersama orang selain David. Namun sebagian dirinya justru sangat ingin menikmati suasana di tempat itu bersama orang lain. Dan Leon adalah pilihan yang sangat tepat. Jika ditanya, Wynona sendiri tidak tahu apa alasannya. Mungkinkah karena lelaki ini merupakan sosok yang menyenangkan dan mampu membuatnya merasa nyaman?“Wyn, silakan duduk,” kata Leon. Lelaki itu menarik sebuah kursi dan mempersilakan gadis itu menempatinya.Wynona tidak menjawab dan memilih mengikuti saran dari Leon. Seorang pramusaji perempuan mendatangi meja mereka dan menyapa dengan ramah. Dia kemudian menyodorkan buku menu ke arah Wynona dan Leon. Gadis itu menatap beragam menu yang tertulis di sana dan tidak bisa mencegah bibirnya ternganga. Tidak akan berlebihan jika menilai restoran ini adalah surga bagi Wynona.Betapa tidak? Semua hidangan yang tersedia dan namanya tertulis d
“Tolong buat aku senang, Wyn,” pinta Leon sembari tersenyum tipis. “Aku tambahkan pesananmu lagi, ya? Hari ini aku berulang tahun. Dan salah satu kesenangan terbesarku adalah melihat teman makan malam yang menyantap makanan dengan lahap.”Wynona ingin menolak tapi akhirnya berubah pikiran. Leon sedang berulang tahun, sudah sepantasnya dia sedikit menyenangkan hati lelaki itu. “Baiklah. Tapi kamu harus janji satu hal.”“Apa?” Leon memajukan tubuhnya. Mata sayunya bersinar lembut. Entah megnapa, pemandangan itu menghangatkan hati Wynona.“Jangan minta kado apa pun! Karena sepertinya kamu tidak membutuhkan hadiah dariku,” seloroh Wynona.“Kamu sudah memberiku hadiah yang sangat berarti, kok! Apa kamu tidak menyadarinya?” tanyanya. Leon tersenyum simpul. Sebagai jawaban, gadis itu menggeleng.“Padahal, aku nggak memberimu apa pun,” kata Wynona.Leon menggeleng. U
“Aku sepakat denganmu,” komentar Leon. “Aku pun paling menyukai ikan dori. Tiap kali mampir ke sini, hampir pasti aku akan memesan menu itu,” akunya. “Tapi, buatku, rasanya tidak lebih enak dibanding masakanmu.”Komplimen itu membuat Wynona tergelak. “Oh ya? Kamu benar-benar membuat perasaanku lebih baik, Leon. Hasil olahan koki profesional di restoran ini kamu samakan dengan masakanku. Bagaimana mungkin aku tidak merasa tersanjung? Kamu yang salah kalau aku bisa tidak tidur selama seminggu gara-gara pujian konyokmu ini,” celotehnya geli.Leon meletakkan gelas berisi jus melon yang baru diminumnya dan nyaris tersedak karena kata-kata Wynona.“Kamu yang ternyata sangat berlebihan,” kelakar Leon dengan wajah memerah karena menahan batuk. Aku memohon maaf lewat kedua telapak tangan yang disatukan, prihatin dengan apa yang dialami lelaki itu barusan.“Kenapa kamu mengajakku makan malam? H
Leon mengusap dagunya perlahan dengan tangan kanan. Ada kerutan samar di galabelanya, menunjukkan bahwa lelaki itu sedang berpikir.Ucapnya, “Masalah hati bukan persoalan sederhana. Dan sudah seharusnya aku berhati-hati untuk urusan ini. Aku tidak mau asal-asalan memilih kekasih. Apalagi hanya karena sudah lama tak punya pucar. Tapi bukan berarti aku memilih dengan standar tinggi yang kelewatan dan tidak masuk akal, lho!”Kata-kata pria ini memicu rasa penasaran baru di dalam benak Wynona. Dia pun mengajukan pertanyaan tanpa sungkan. “Leon, aku boleh tahu seperti apa kriteria perempuan idamanmu?”Leon menukas cepat dengan satu kata yang membuat Wynona terpana, “Kamu.”Entah siapa yang lebih terkejut saat mendengar kata itu, Wynona atau Leon? Jelas-jelas lelaki itu keceplosan. Selama beberapa saat, keheningan menggantung di udara dan membuat percikan rasa aneh di dada Wynona..“Aku benar-benar tersanjung,&rd
Wynona memasuki masa berkabung karena patah hati tanpa air mata atau kesedihan yang berlarut-larut. Kendati berpisah dari David setelah hubungan selama sembilan tahun, tetap saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Akhir hubungan mereka begitu tak menyenangkan karena sikap David dan keluarganya. Namun Wynona makin yakin dia sudah mengambil keputusan yang tepat.Ada beberapa sebab, tak cuma melulu “dosa” David saja, melainkan juga kesalahan Wynona. Sejak malam itu, David bahkan tak berusaha menghubungi Wynona lagi. Lelaki itu seolah menghilang begitu saja. Sembilan tahun yang mereka miliki bersama-sama, tak penting. Wynona pun tampaknya dianggap bukan lagi perempuan yang pantas untuk diperjuangkan.Sementara dari sisinya, Wynona kian yakin bahwa perasaannya pada David sudah benar-benar tawar. Hatinya sudah berubah. Gadis itu tak keberatan disalahkan karena seolah memberi peluang pada Leon untuk masuk dalam hidupnya.Dia tak akan menampik hal itu. Nam
Kata-kata yang dilontarkan orangtua Leon itu membuat Wynona benar-benar merasa dihargai. Dia tak bisa mencegah rasa haru menusuk-nusuk dadanya. Namun. Tentu saja dia tak boleh menangis lagi di sini. Sudah cukup air mata yang ditumpahkannya hari ini.“Wyn, mau main ludo atau halma?” Suara erangan terdengar dari berbagai arah sebagai respon untuk kata-kata Anton. Lelaki itu menunjukkan ekspresi tak berdosa saat membela diri. “Papa kan belum pernah main ular tangga dengan Wynona.”“Tolong Pa, kreatiflah sedikit. Setiap tamu selalu diajak main halma atau ludo. Apa tidak ada yang lain?” gerutu Trisa. Lalu, perempuan itu bicara pada tamunya. “Wyn, kapan kamu bisa mengirim daftar belanjaan untuk minggu depan? Lebih cepat lebih baik, kan?”“Iya Kak, aku akan menyiapkan daftarnya secepatnya. Besok atau paling telat lusa,” janji Wynona.Trisa mengangguk senang. “Mungkin sehari sebelum acara, akan leb
“Tidak apa-apa. Walau sebenarnya aku ke sini cuma ingin bertemu Om, Tante, dan Kakak,” sahut Wynona. “Agak pesimis juga awalnya, karena menurut Leon, Kakak nggak tinggal di sini.”Trisa tersenyum lebar. “Begitulah kalau menjadi anak perempuan satu-satunya. Kalau aku nggak datang selama beberapa hari, pasti ada yang menelepon. Kalau tidak Mama, Papa, kadang asisten rumah tangga. Ada saja alasan yang diajukan. Yang terbanyak sih, Nadya. Padahal, mereka itu merindukanku,” kelakarnya.“Hahah, aku jadi sangat iri. Aku juga anak perempuan satu-satunya tapi tak ada yang merindukanku seperti itu.”Trisa menatap Wynona sungguh-sungguh. “Aku justru yang iri dengan kemampuan memasakmu, Wyn! Aku semur hidup cuma bisa memasak nasi goreng. Itu pun menggunakan bumbu instan. Kemampuan memasakku nol besar. Padahal Mama jago di dapur. Dan kami terbiasa dimanjakan dengan masakannya.”Setelah kembali ke ruang tamu,
Wynona hampir menabrak dada seseorang saat membalikkan tubuh. Sendok kayu yang dipegangnya, jatuh ke lantai. Tangan kanannya memegang dadaku, seakan dengan begitu rasa kaget gadis itu akan berkurang jauh.“Syukurlah kamu baik-baik saja,” gumamnya dengan ekspresi lega tergambar jelas. Leon pasti tidak pernah tahu kalau Wynona pun tak kalah lega melihatnya.“Kamu mengagetkanku,” bibir Wynona cemberut. Dia hendak berjongkok memungut sendok kayu, tapi Leon bergerak lebih cepat dan menaruh benda itu di wastafel.“Dapurnya indah. Aku suka,” puji Wynona. “Sebentar, aku harus memindahkan mi-nya dulu.”“Butuh mangkuk besar?” Leon membuka sebuah pintu kabinet di bagian atas dan mengeluarkan sebuah mangkuk kaca transparan. “Apakah ini cukup?”Wynona mengangguk. Dengan gerakan hati-hati, dia menyusun mi, kol, dan telur rebus yang sudah dipotong-potong. Saat hendak menua
David menatap Wynona tak percaya. Kemarahan tergambar di setiap gerak tubuhnya. “Putus? Kenapa kamu terlalu cepat mengambil keputusan?”Gadis itu menggeleng. “Ini bukan keputusan yang terburu-buru. Selama ini, aku hanya tidak berani mengakui kenyataan.”“Wynona!”Gadis itu menatap wajah David dengan perasaan campur aduk. Betapa lelaki ini pernah membuat hati Wynona berpesta karena cintanya. Betapa David pernah menjadi orang terpenting dalam hidup gadis itu. Betapa Wynona pernah sangat ingin mengubah dirinya agar menjadi sosok paling diinginkan dalam hidup lelaki ini. Itulah kuncinya, pernah. Artinya, itu sudah berlalu lama, sebelum gadis itu akhirnya diterpa kesadaran. Terlambat, tapi Wynona tidak menilainya sebagai sebuah kefatalan. Dia tidak menyesali semuanya. Gadis itu hanya menganggap semua ini sebagai proses panjang yang mendewasakan.“Wyn, jangan cuma karena masalah ini, hubungan kita m
“Wyn,” David menjajari langkah kekasihnya. Sementara Wynona berusaha berjalan lebih cepat. Dia hampir mencapai pintu gerbang ketika David berhasil meraih lenganku.“Apa kamu tidak mendengarku?” tanyanya marah. Ekspresinya berubah keras.“Aku cuma ingin pulang. Aku tidak mau dihina lagi.”David menggelengkan kepalanya. “Mama hanya ingin tahu tentang kamu.”Wynona menatap David dengan tajam. Andai bisa, dia ingin mengguncang tubuhnya David dan meniupkan kesadaran di benaknya agar lelaki ini melihat fakta yang sebenarnya.“Vid, mamamu tidak menyukaiku. Sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Percayalah, tidak akan ada yang berubah. Dan aku tidak nyaman diperlakukan seperti tadi.”David masih memegang lengan Wynona. “Aku tidak mengizinkanmu pulang. Nanti aku akan mengantarmu, Wyn! Sekarang, ayo kita masuk ke dalam lagi,” ajaknya.Wynona menggeleng tegas seraya melepa
Wynona tersenyum kecil menanggapi gurauannya. David nyaris tidak pernah antusias menikmati masakanku. Gadis itu mengitari ruang tamu yang luas itu dengan tatapannya. Ada belasan perempuan paruh baya yang bergaya trendi. Juga ada beberapa gadis muda yang usianya tak jauh beda dengan Wynona. Aneka aroma parfum mahal menyengat hidung. Membuat campuran aneh yang memusingkan kepala Wynona. Semua orang sibuk berbincang seraya menikmati aneka makanan yang tampak lezat. Gadis itu tidak melihat kehadiran ayah dan saudara David lainnya.Irene mendekat ke arah Wynona, Sofia, dan David yang duduk di sebuah sofa panjang. Perempuan itu memilih sofa tunggal di depan mereka. Wynona baru ingat, dia sama sekali tidak diperkenalkan dengan tamu yang ada.“Ma, coba cicipi ini.” Sofia menyodorkan sepotong kecil pie yang dibawa Wynona. Irene menggigit ujungnya sedikit. Entah mengapa, Wynona menjadi tegang karenanya.“Enak,” ujarnya. Namun dia menolak m
Wynona mendesah. “Kukira kamu akan memberiku usul yang masuk akal. Kamu kan tahu apa yang terjadi padaku saat resepsi? Kenapa kamu masih bisa mengusulkan ini?”“Wyn, aku tidak ingin melihatmu sedih atau terluka. Akan tetapi, ada kalanya kita harus berhadapan dengan kepahitan untuk mengetahui apa sebenarnya kebenaran di baliknya. Kalau kamu tidak mau bertemu mamanya David, apa masalah kalian akan selesai? Bukannya malah membuat semuanya menjadi makin rumit?”Wynona mengerutkan alis. “Aku tidak mengerti maksudmu.”Gadis itu mendengar suara tawa ringan di seberang.“Menghindar pasti lebih mudah. Tapi, apa kamu tidak penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya sikap keluarga David? Maksudku, mamanya. Kamu butuh kesempatan untuk bisa menilai dengan objektif. Dan menurutku, ini saat yang tepat.”Wynona tercenung mendengarnya. Keheningan menyergap selama sesaat.Leon bicara lagi. “Sebenarnya
Wynona masih berada di dalam kepungan kabut membingungkan sebagai efek dari kata dan tindakan Leon. Dia masih belum bisa berpikir dengan jernih untuk tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Semuanya serba membingungkan. Seakan Wynona berada di sebuah labirin paling rumit di dunia.Lalu, David menghubunginya setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar. “Wyn, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.“Ya,” dusta Wynona sembari menggigit bibir.“Aku minta maaf untuk berbagai masalah di antara kita. Tapi aku ingin menyelesaikannya satu per satu.” Jeda beberapa detik. “Mama ingin bertemu denganmu. Nanti malam bisa?”Wynona benar-benar tak siap dengan permintaan itu. “Nanti malam?”“Iya. Apa kamu tidak bisa? Ada pekerjaan?”“Aku....”Jawaban Wynona belum tuntas tapi sudah menukas dan mendesak. “Tolong luangkan waktu, ya? Aku tidak enak kalau har