POV Bella
“Kamu capek?” Tanya Mas Rengga, ketika sampai dikamar.
“Capek tapi aku menikmatinya Mas,” jawabku, sambil merapihkan tempat tidur.
Aku rasakan lengan hangat melingkari perutku. Aku tegakkan badanku. Lalu dia mulai menyerukkan wajahnya ke leherku.
“Maafkan Mas ya. Yang kurang ada waktu untuk kalian,” Kata Mas Rengga. Semakin mengeratkan pelukannya. Aku usap tangannya yang melingkar disekitar perutku.
“Kamu bekerja keras untuk kami Mas. Terimakasih untuk selalu meluangkan waktunya,” ucapku lembut.
“Aku berusaha. Aku juga tidak mau me
POV Rengga Saat ini aku sedang menikmati kebersamaanku bersama keluarga kecilku. Setelah puas bermain dengan Bella. Kami lanjutkan dengan mandi bersama, yang bukan hanya mandi. Walau dia bilang capek. Namun dia selalu kembali antusias jika berkaitan dengan kedua jagoan kami. Dengan tetap dibantu Kara dan Andin, yang mengawasi. Kami main disekitar taman belakang rumah. Aldo dan Ares dengan cepat merangkak. Menggapai setiap rerumputan, daun ataupun bunga yang dilihat mereka. Sedangkan kami berdua hanya mengawasi mereka dari kejauhan. Sesekali aku bangkit, mengikuti Aldo dan Ares yang membuat kedua baby sisternya kewalahan. Beruntunglah Dokter Ani merekomendasikan mereka be
POV Rengga Seperti janjiku, akan mengusahakan pulang lebih awal. Beberapa pekerjaan yang tersisa. Aku selesaikan secepat mungkin dan sisanya akan aku bawa pulang. Meeting terakhir baru saja selesai, dengan hasil yang memuaskan. Untuk keperluan pekerjaan diluar kota atau luar negeri. Aku serahkan pada asisten yang sudah ditugaskan papa, untuk membantuku. Karena aku tidak ingin berjauhan, apalagi meninggalkan Bella dan anak-anak. Karena soal pekerjaan. Bagiku mereka lebih penting, dari pertemuan-pertemuan bisnis yang masih dapat diwakilkan. Mengetahui perkembangan anak-anak, serta update kesehatan Bella jauh lebih penting buatku. Aku masih dalam perjalanan, ketika Andre tiba-tiba menelpon. “Ya Dre?” balasku seadanya. &n
POV Rengga Setelah drama tangisan Bella beberapa hari yang lalu. Aku mulai menyeleksi tamu-tamu yang membuat janji, apalagi itu perempuan. Kalau jadinya seperti ini. Mungkin lebih baik menyertakan Ria kedalam ruangan. Sebagai saksi mata, selama jalannya pertemuanku dengan Renita. Penyesalanku bertambah besar, kala keesokan harinya Bella sakit. Dan hanya bisa melakukan aktivitas diatas tempat tidur. Setelah diperiksa Andre, penyebab imunnya menurun. Adalah faktor strees dan tekanan pikiran. Mengetahui faktornya berawal dariku. Rasa bersalah juga penyesalan, seakan menikamku. Hingga beberapa hari, sampai hari ini. Aku menahan semua hasratku, untuk menyentuhnya. Saat ini aku sedang menunggun
POV Bella Saat ini aku sedang mengawasi kedua jagoanku. Bermain di taman sisi selatan rumah. Sambil menunggu guru les yang akan mengajari mereka berenang. Minggu lalu, mereka sempat diajari oleh Mas Rengga. Karena Mas Rengga juga belum tahu, kapan lagi bisa mengajari. Akhirnya aku berinisiatif memanggil guru les renang kerumah. Hal tersebut disetujui olehnya. Hari ini Ibu dan Mama akan mampir ke rumah. Katanya sudah pada kangen dengan si kembar. Ketika bibi mengantar seorang pria, sekitar awal 20-an. Aku pastikan, dia adalah guru berenang anak-anakku. Aku jabat tangannya lalu mempersilahkan duduk. Bibi dengan sigap mengantarkan minum juga camilan. “Oh ya, sebelumnya saya hanya berkomunikasi dari lembaga saja. Belum mengenal anda secara langsung. Perkenalkan nama saya Bella
POV Bella Kami sedang piknik didekat hutan buatan belakang rumah, Ketika aku rasakan kontraksi mendatangiku. Sudah seharian ini, terjadi kontraksi yang masih dalam intensitas rendah. Subuh tadi, selesai bercinta dikamar mandi dengan Mas Rengga kontraksi itu datang. Mungkin bayiku akan lahir besok atau 2 hari lagi. Mengingat intensitas kontraksi yang masih rendah. Aldo dan Ares begitu menikmati waktu bersama dengan Papa mereka. Mas Rengga dibuat kewalahan dengan tingkah mereka, yang kian aktif. Setelah aku amati, Aldo selain lebih manja dan rewel. Dia juga terlihat menyebalkan. Lihat sekarang saja, dia sedang menggoda Ares. Dengan merebut dan memainkan mainan Ares. Padahal mereka sudah punya mainan yang sama. Aku hanya dapat menggelengkan kepala. Seda
POV Rengga Keesokan harinya si kembar beserta pengasuh di antar kerumah Mama. Mama sudah menelpon sejak 2 hari yang lalu sebenarnya. Bahwa beliau ingin cucu-cucunya menginap. Segala kebutuhannya selama beberapa hari kedepan disiapkan. Mulai dari pakaian, asi dalam botol dan mainannya. Setelah mereka siap, segera diantar oleh Pak Hadi kerumah Mama. Karena saran dari Andre, yang meminta agar Bella banyak berjalan kaki. Sekarang aku dan Bella sedang berjalan-jalan didekat kebun apel belakang rumah. aku lingkarkan tanganku disekitar pinggangnya. Kami berjalan perlahan, sambil sesekali menikmati pemandangan pepohonan. “Bell,” panggilku pelan. “Ya Mas,” dia menyahut singkat. Seraya mengamati buah-bauh apel yang sudah waktunya panen. &nb
POV Rengga Saat ini semua sudah berkumpul diruang pemeriksaan. Mama dan Ibu bergiliran menggendong Amira. Bahkan Papa dan Ayah antusias untuk menggendongnya. Semua tersenyum dan tertawa bahagia. Sedangkan Aldo sedang tidur disebelah Bella. Dan Ares ada dalam pangkuanku. Aldo memang lebih manja dan rewel daripada Ares. Dia sedari tadi merajuk disisi Mamanya. Ingin dipeluk hingga tertidur. Berniat aku pindahkan, namun Bella mencegah. Hem, memang Aldo sangat mirip denganku, seperti duplikat. Lalu Ares, dia lebih tenang, pendiam seperti Mamanya. Walau kebanyakan wajahku menurun padanya. Tapi dari sifat, sangat dominan ke Bella. Ketika hari sudah larut, orang tua kami beranjak ke kamar. Aldo dan Ares juga ikut tidur bersama Kakek Nenek nya. Dan Amira sedang menyusu d
POV Bella Sekarang aku bersama Amira, sedang berkunjung ke rumah Dokter andre. Lebih tepatnya mengunjungi Kirana. Karena Dokter Andre tidak berada di rumah. Sejak Kirana menjengukku waktu itu. Dia akan main ke rumah 2 minggu, atau seminggu sekali. Hanya untuk bermain dengan Aldo dan Ares. Dia lebih suka menggendong Amira. Tetapi sejak kandungannya semakin besar. Kirana tidak lagi berkunjung, karena pergerakannya yang sudah terbatas. Dia mengandung bayi kembar, maka wajar jika pada diusia kandungan 28 minggu. Dia sudah tidak bisa banyak bergerak. Bahkan sekarang saja, aku agak kawatir. Melihat dia berjalan tertarih menghampiriku. “Amira cantik,” senyumnya menyapa Amira. “Maaf ya kalau agak