Radit tak pernah memusingkan soal perceraiannya dengan Lita. Kini dia hanya fokus dengan megaproyek yang Kakek Yusman berikan padanya. Meski sering kali bayangan Lita kembali terngiang, Radit sudah tak lagi menghiraukannya.Usai sidang perceraian yang pertama, Radit semakin bersemangat untuk mencetak karya yang membanggakan. Semua bagian lapangan sudah mengawasi jalannya proyek dikerjakan begitu juga Deni yang tak pernah lelah membantu Radit untuk menyelesaikan proyek ini."Pak Deni, jika sudah lelah bisa istirahat di kamar!" Radit melihat Deni yang tiba - tiba menguap saat Radit masih menyusun rencana selanjutnya."Saya buatkan kopi dulu, Pak!" Deni segera ke dapur untuk membuat dua cangkir kopi. Sejak sepulang dari persidangan, Radit dan Deni sibuk di ruang kerja Kakek Yusman. Sengaja Radit berubah pikiran membuat rencana anggaran selanjutnya di kediaman Kakek Yusman supaya tak ada lagi yang mengganggu atau bahkan menyabotase seperti tempo lalu.Keduanya berkutat sampai larut malam
Radit terkejut saat melihat Candra dan Lita ternyata masuk ke dalam ruangan. Tentu saja ini akan mengganggu pikiran Radit. "Anggap dia tak ada," Deni membisikkan ucapan di telinga Radit. Radit kini tak memperdulikan keberadaan Lita san sibuk bercengkerama dengan beberapa investor. Lita merasa jika Radit kini sudah berubah dan melupakannya.Radit sudah bertekat untuk membalas fitnah yang dilakukan keluarga Lita kepadanya. Termasuk Lita sendiri yang kini memilih Candra sebagai penggantinya."Pak Radit, selamat ya!" Sinta memberikan ucapan selamat disertai cipika cipiki pada Radit. Radit yang semula tidak terbiasa dengan adegan seperti itu kini mulai membiasakannya."Pak Dodi mau kemana? Kita bersenang - senang dulu! Setelah ini ada jamuan kepada semua hadirin yang telah hadir," Dodi yang beranjak pergi bersama Ratna seketika berhenti ketika Radit mencegahnya untuk pergi. Radit senang ketika Dodi seperti kebakaran jenggot usai melihat keberhasilannya."Dasar kampungan!" Dodi dan Fatma t
Dodi bernapas lega karena perselingkuhannya tidak tercium oleh Fatma. Dodi segera merapikan semuanya berkas yang dikirimkan oleh Sherly, wanita simpanannya yang kini memeras tiga puluh persen dari penghasilan perusahaannya."Aku harus singkirkan wanita itu!" Dodi menghubungi salah satu anak buahnya untuk menghabisi Sherly yang kini menjadi ancaman baginya.Senyum licik mengembang dari bibir Dodi manakala anak buahnya langsung mencari keberadaan Sherly untuk segera dieksekusi sesuai perintah Dodi."Kamu pikir mudah memerasku?" Dodi bahagia sekali ketika rencananya akan berjalan lancar.Dodi menyimpan semua bukti perselingkuhannya ke dalam sebuah kotak yang nantinya akan dia bakar untuk menghilangkan bukti. "Lain kali jangan macam - macam dengan Dodi, sekarang kau akan mendapatkan akibatnya!" Dodi merasa paling berkuasa saat ini, berharap semua rencanya berjalan lancar.CeklekDodi keluar dari ruang kerja dengan wajah tenang tanpa ada rasa kekhawatiran. Fatma yang melihatnya tidak begi
"Sial!" Dodi melonggarkan dasinya, kesal dan marah karena Deni sudah menjebaknya dan membalas dendam padanya."Kalian semua goblok! Masa mengeksekusi mereka berdua saja gagal!" Dodi memijid pelipisnya karena pusing memikirkan uang yang harus disetorkan kepada Deni dengan jumlah yang sangat besar.Dodi benar - benar marah karena kegagalan yang didapatkannya saat akan mengeksekusi Sherly. Ditambah lagi ada Deni di belakang Sherly yang akan mempersulitnya melenyapkan Sherly. "Ancamanmu tak akan mampan, Deni!" Dodi menghubungi anak buahnya untuk kembali berulah pada proyek yang digarap Radit. Dengan seperti ini maka proyek akan semakin lambat pengerjaannya dan Radit akan mendapatkan nilaik buruk dari beberapa perusahaan yang sudah bergabung dengannya.Deni memasuki halaman kediaman Kakek Yusman dengan santai. Kakek Yusman sebenarnya sudah tahu apa yang dilakukan Deni. Tak sulit bagi Kakek Yusman untuk melacak setiap gerak gerik atau tujuan salah satu cucu angkatnya termasuk Deni dan Radi
Sherly senyum - senyum sendiri memperhatikan Radit sedang makan. Dia membayangkan jika suatu saat akan menjadi pasangan Radit.Ting[Jangan membayangkan yang tidak - tidak!] Pesan yang dikirimkan oleh Deni membuat Sherly kesal.[Biarin, Sherly suka Kak Radit] balas Sherly.[Dia belum cerai, mau jadi pelakor?] Sherly kesal ketika Deni membahas pelakor padanya.[Dia dalam proses cerai, Sherly siap menjadi pengganti istri pertama] balas Sherly disertai emoji bergambar menjulurkan lidah.[Dia akan kembali pada istrinya jika rahasia orang tua Lita terbongkar] Deni tak mau jika suatu saat Sherly akan bersedih karena patah hati dengan Radit."Kenapa kalian berdua tidak makan?" Radit memperhatikan Kakak adik di depannya sedang asik dengan ponselnya. Karena merasa tak enak dengan Radit maka Deni segera memasukkan ponselnya ke dalam sakunya, begitu juga dengan Sherly.Ting[Siang, Pak Radit. Jangan lupa besok sidang kedua digelar, jika anda berkenan hadir maka saya persilahkan][Maaf Pak Ahwan,
Meski Radit berusaha fokus namun tetap saja gagal, bayangan Lita bersama Candra terus saja terngiang padanya."Aku harus fokus membalas hinaan mereka, harus!""Dan kamu, Lita. Kamu akan menyesal karena tidak pernah mempercayaiku!" Radit berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, Radit sudah lelah selama menikah dengan Lita tidak pernah dihargai oleh kedua orang Lita. Hinaan serta cacian menjadi makanan sehari - hari meski tidak tinggal serumah. Puncaknya ketika Radit difitnah sehingga pernikahan mereka kandas. Lita bahkan lebih percaya pada kedua orang tuanya yang punya bukti palsu dari pada dirinya.BrakRadit membanting vas bunga karena sedari tadi belum juga fokus. Radit memijid pelipisnya karena sedari tadi bayangan Lita belum juga hilang sempurna."Sepertinya kamu harus refresing sebentar, Nak!" Radit terkejut ketika Kakek Yusman sudah berada di ambang pintu ruang kerja Radit. Begit juga dengan Deni yang merasa kasihan kepada Radit."Kakek.""Ambilah cuti kerja beberapa hari
Drrtt drrtt Ponsel Radit berdering karena panggilan dari nomor tak dikenal. Awalnya Radit enggan sekali menerima panggilan itu namun Deni memberi isyarat supaya Radit segera menerima panggilan tersebut. "Halo," Radit mendengar suara yang tidak asing. "Halo Radit, aku Candra," mendengar suaranya saja Radit ingin menutup panggilan teleponnya."Apa maumu, Candra?" Rahang Radit mengeras mendengar suara Candra, namun sebisa mungkin Radit tetap tidak mengedepankan emosi."Hanya ingin memberitahukan kalau aku dan Lita akan segera menikah usai perceraian kalian. Aku harap kamu mendoakan aku dan Lita menjadi keluarga bahagia," tangan Radit terkepal kuat karena Candra. Deni mengusap bahu Radit yang kini dilanda rasa emosi."Itu urusan anda, Pak Candra. Sudah tidak ada hubungannya lagi dengan saya," Radit menggunakan bahasa resmi dan besikap tenang supaya Radit tidak kelihatan jika sedang cemburu."Baiklah kalau begitu! Saya tidak akan melepaskan Lita sampai kapanpun," Ucapan Candra tidak ter
Deni tertawa puas melihat Candra dan keluarganya seperti sedang kebakaran jenggot atas kasus skandal Candra, setidaknya kasus ini menjadi pelajaran untuk Candra. Ting[Keluarga Candra mau menutup kasus ini dan dianggap salah orang] anak buah Deni yang menjadi mata - mata mengirimkan persan kepada Deni.Bibir Deni tersungging, Deni memiliki saham terbesar dari perusahaan media masa tersebut. Deni menghubungi rekan kerjanya untuk menolak permintaan kerja sama oleh keluarga Candra. "Sekuat apapun keluargamu berserta dirimu untuk menutup berita itu tetaplah hal yang mustahil!" Deni tersenyum smirk sambil menatap berita viral mengenai berita viral Candra."Pak Deni," Deni yang sedang duduk di balkon terkejut ketika Radit ternyata berada di belakangnya. Deni khawatir jika perbuatannya akan diketahui Radit namun Deni tetap bersikap tenang layaknya tidak terjadi apa - apa. Deni berdiri dan menghadap kepada Radit dengan tatapan serta sikap yang santai."Pak Radit.""Nanti malam kita berangka
Perjalanan dari Ranukumbolo kini dilanjutkan ke bukit cinta. Bukit yang dikenal karena mirip seperti gambar hati."Sepertinya kita hanya bisa sampai di sini saja! Cuaca sedang tidak bagus. Dari pada nanti ada kejadian yang tidak diinginkan diatas sana lebih baik kita turun saja." Langit terlihat sangat gelap dan tidaklah mungkin melanjutkan pendakian hingga ke Arcopodo. Radit dan Sherly setuju dengan instruksi Deni yang lebih peduli dengan keselamatan daripada melanjutkan tanpa tahu ancaman yang menghadang mereka."Baiklah. Tapi kita foto dulu ya!" Sherly mengambil gambar dan foto bertiga di depan Ranukumbolo dan foto di area bukit cinta bersama Radit. Malam ini mereka bermalam di area ranukumbolo sebelum kembali perijinan esok hari. Meski kecewa tidak bisa sampai puncak namun Sherly cukup senang bisa kembali hiking seperti dulu.Pagi menjelang, mereka mempersiapkan sarapan dan bekal. Sarapan terakhir yang dinikmati mereka bertiga sambil menatap indahnya danau di atas ketinggian. Tak
TingSebuah pesan dari Lusi terkirim ke ponsel Candra. Lusi mengirimkan foto kebersamaan Candra dengan Lita di teras rumah kediaman Lita dalam foto itu juga terdapat Fatma sedang asyik mengobrol bersama mereka. "Kau tahu apa yang akan kulakukan dengan kedua wanita ini Candra?" Candra sangat marah ketika membaca pesan yang dikirim oleh Lusi"Awas kamu, Lusi! Aku akan membuatmu menyesal jika sampai melukai mereka berdua!" Di seberang sana Lusi sangat puas sekali melihat Candra marah setelah membaca pesannya. Lusi merencanakan sesuatu supaya kita keluar sendirian dan membunuh Lita saat itu juga. " Lita sebentar lagi aku akan mendekatkan kamu kepada pemilik alam ini. Kamu tidak pantas bersanding dengan Candra. Dia adalah lelaki idamanku sejak dulu" "gumam Lusi disertai seringai licik ke arah foto LitaReno datang sambil membawa sekilas pistol yang nantinya akan digunakan untuk menembak Lita dari jarak jauh. Reno termasuk penembak yang sangat handal sehingga profesinya menjadi pembunuh
Chandra datang ke kamar Lita mendapati Lita yang tengah termenung di depan jendela"Lita, Apakah kamu merasa khawatir dengan skandal ini?" Candra berharap Lita tidak mengkhawatirkan soal ini"Tenang saja, Candra! Aku yakin jika sebentar lagi berita ini akan hilang begitu saja." Perasaan Candra sedikit lebih tenang namun teringat ancaman Lusi, Candra lebih mengkhawatirkan keamanan Lita. Candra tidak mau jika Lusi sampai bertemu dengan Lita. Candra tahu jika Lusi bukanlah wanita sembarangan. Lusi akan melakukan apapun asalkan hatinya puas sekalipun itu harus menyingkirkan orang untuk selama-lamanya. "Kenapa wajahmu tegang Candra?" Lita tidak tahu dibalik ketegangan Candra saat ini. "Oh tidak ada apa-apa, Lita. Aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu saja dari wartawan-wartawan yang nantinya akan mengejar kamu. Kau tahu sendiri kan bahwa aku salah satu lelaki yang tergolong pengusaha sukses, Meskipun aku tetap berkolaborasi dengan orang tuaku karena bagaimanapun aku adalah penerus usaha ke
Candra benar-benar berada di atas angin ketika Lita sama sekali tidak menolak pemberiannya bahkan ciuman di kening Lita tak ada penolakan sama sekali."Radit, kau pasti sakit melihat ini!" Candra meminta anak buahnya segera mengirimkan momen ini ke nomor Radit. Berharap Radit secepatnya bisa melupakan Lita sepenuhnya."Aku bahagia sekali, Candra." Candra begitu bahagia dengan kebahagiaan Lita saat ini. "Seandainya kamu sudah resmi bercerai maka aku akan melamarmu saat ini juga, Lita!" Lita terkesiap saat Candra membahas perceraiannya. Jujur saja Lita mulai jengah dengan perceraian ini meski ada rasa rindu kepada Radit."Tak perlu dibahas, Candra. Biarkan memgalir seperti air!" Lita merasa bersalah kepada Candra karena membuat Candra menunggu kepastian darinya."Baiklah, Maafkan aku!" Candra kembali mengulurkan tangannya dan kembali berdansa bersama Lita. Alunan musik syahdu menambah suasana romantis mereka berdua. Beberapa wartawan berdatangan dan mengambil gambar kebersamaan Lita d
'Ternyata kamu masih menyimpan nama Radit dalam hatimu, Lita!" Gumam Candra dalam hati."Yuk, kita jalan-jalan!" Candra menggandeng tangan Lita menuntunnya masuk ke dalam mobilnya. Candra tetap saja belum bisa mendapatkan Lita seutuhnya, Lita masih menyimpan kenangan tentang Radit meski sudah difitnah habis-habisan oleh keluarganya.Candra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali bercanda dan bergurau dengan Lita. Tak berapa lama, Candra dan Lita sudah sampai ke taman kota. Meski hanya sebuah taman tapi Lita begitu senang."Mas Radit, apa kau tidak rindu dengan taman kota yang sering kita kunjungi ini?" Gumam Lita dalam hati."Nih, Es krim!" Candra mengulurkan sebuah es krim untuk Lita yang sedari diam menatap air mancur yang ada di taman kota."Apakah ada kenangan dengan air mancur ini?" Candra ingin tahu dengan arti tatapan Lita ke arah air mancur ini."Tidak ada apa-apa, hanya kenangan dengan .."Radit?" Lita tersenyum dan mengangguk pelan. Candra hanya menghela nafa
Fatma berjalan kesana kemari menunggu kedatangan Dodi malam ini. Sampai larut malam, Dodk belum juga pulang hingga membuat Fatma tidak bisa tidur. Dodi selalu menyimpan kebiasaannya rapat-rapat dari Fatma."Kemana dia?" Fatma mondar-mandir di ruang tamu sambil menunggu Dodi pulang dari rencananya merusak beberapa alat di lokasi pembangunan."Kenapa perasaanku tidak enak?" Fatma merasa sesak di dadanya, berharap tidak terjadi apa-apa pada suaminya.Hingga menjelang dini hari, Dodi belum juga menunjukkan kedatangannya dan semakin membuat Fatma khawatir. Fatma berusaha menghubunginya namun ponselnya sedang tidak aktif.Tepat pukul delapan pagi, mobil Dodi muncul dan penampilannya juga begitu kusam tidak seperti biasanya. Bahkan langkahnya begitu gontai karena akibat pengaruh minuman beralkohol."Mas, kamu darimana?" Fatma menghampiri Dodi namun Dodi memilih membuang muka dari Fatma."Mas, aku semalaman menunggumu!" Fatma terus saja mengekori Dodi sampai ke kamar mereka."Mas, jawab aku!
Kabar absennya Radit dan Deni beberapa hari terdengar oleh Dodi dan Fatma. Kesempatan bagi mereka untuk merusak semua proyek yang dijalankan Radit."Cepat kerjakan semua permintaan kami!" Dodi menyuruh anak buahnya merusak beberapa alat berat yang digunakan dalam proses pembangunan proyek"Sebentar lagi Om Yusman akan menendang Radit karena telah membuatnya rugi besar, hahahah," suara Dodi terdengar nyaring di ruan kerja Dodi.Dodi mempersiapkan semuanya untuk nanti malam yaitu merusak beberapa bahan dan alat berat yang ada di lokasi pembangunan dengan harapan supaya Radit gagal."Sebesar apapun caramu, aku akan menggagalkannya, Radit!" Dodi meminum segelas kecil wine yang harganya cukup mahal.Kali ini Dodi mengawasi secara langsung mereka bekerja untuk merusak alat di malam hari. Dodi bahkan tidak curiga sama sekali jika dirinya dan semua anak buahnya sedang diawasi Om Yusman secara langsung dan beberapa anak buah Deni secara sembunyi - sembunyi.Dodi berkacak pinggang di samping mo
Usai mendirikan tenda, Radit membantu Deni menyiapkan makanan untuk mereka bertiga. Hanya menu sedehana namun akan terasa nikmat jika disantap saat lapar. Radit memasak sarden instan dan Deni menanak nasi sedangkan Sherly merebus air yang akan digunakan menyeduh teh dan kopi."Sherly, Kakak sudah bilang denganmu. Kamu tidak udah ikut menyiapkan makanan atau minuman, ini tugas laki-laki kalau di gunung!" Deni meminta Sherly membatalkan keinginannya untuk membantunya."Sherly kan cuma mau bikin kopi aja, Kak. Lagian juga ini mudah!" Begitulah Sherly dengan sikap keras kepalanya. Apapun yang diinginkan harus dilakukannya. Sherly mengambil tiga buah mie instan siap seduh untuk mereka bertiga sambil menunggu makanan siap."Ini untuk Kak Deni dan ini untuk Kak Radit," Sherly memberikan mie seduh untuk mereka berdua sembari menunggu nasi matang dan sarden siap."Terimakasih, Sherly. Kamu memang top!" Radit mengacungkan ibu jarinya kepada Sherly disertai senyuman yang selalu saja membuat Sher
Keesokan harinya, mereka bertiga menuju dari basecam ke pos perijinan ranu pane usai sarapan. Udara di pagi hari sungguh menyegarkan karena terletak di ketinggian 2100 mdpl. Radit menghirup nafas dalam - dalam untuk menikmati udara segar di ranu pane. Semua masalah yang menjadi bebannya kini berangsur menghilang. "Kak, kita kesana yuk! Sambil nunggu Kak Deni antri di perijinan," Sherly mengajak Radit ke sebuah danau yang tak jauh dari lokasi perijinan. Danau yang indah disertai hijaunya pohon dan air yang bening."Cantik," Radit takjub dengan keindahan danau yang ada di ranu pane. Kesejukan udara membuat pikiran jauh lebih tenang, ditambah lagi dengan keindahan."Udara dan cuaca akan lebih dingin jika musim kemarau, Kak. Embun-embun akan membeku seperti salju, suhunya bisa mencapai minus empat derajat celsius," Sherly menatap keindahan danau ranu pane. Danau yang ada di sepanjang perjalanan menuju ke semeru menjadi tempat paling favorit bagi Sherly. Tempat yang selalu membuatnya lup