Radit mulai membuka baju milik Selly, tetapi gejolak yang tadinya membara, kini sirna. Rasa yang begitu menggelora, berubah menjadi rasa kecewa dan Amarah saat melihat di dada Selly banyak tanda merah yang bukan miliknya karena Radit belum melakukannya. Radit mendorong Selly hingga terhempas."Wanita jal*ang! Tega kau mengkhianatiku, dua kali!" Radit menampar Selly membabi buta.Selly berteriak kesakitan, ia memohon pada Radit untuk berhenti menamparnya."Sakiit, Bang! Tolong hentikan, sakit!"Radit pun menghentikan aksinya karena melihat Selly kesakitan. Sebenarnya Radit bukan tipe lelaki yang kasar, hatinya terlanjur sakit dan perlakuannya pada Selly di luar kendalinya.Radit duduk di sofa, menatap Selly dengan kecewa. Sementara Selly pun tergugu, ia mengelus kedua pipinya yang merah bekas tamparan Radit."Kenapa kau lakukan ini? Kenapa tak puas mengkhianatiku?" tanya Radit pada Selly, saat ia sudah mulai mengendalikan emosinya.Selly menoleh, ia menatap Radit dengan tatapan benci.
Anton merasa familiar dengan nama tersebut. Ia menerka-nerka sepertinya pernah bertemu dengan putri kandung Tuan Abimanyu itu. Ia pun mengingat sesuatu, kejadian satu tahun lalu saat makan di sebuah restoran bersama Selly. Mereka sempat ribut dengan seorang pelayan bernama Amira, yang menurut Selly mantan istri dari Radit--suami Selly. Anton kembali memperhatikan Amira yang tengah berbicara di atas panggung, sangat berbeda dengan Amira pelayan wanita yang ia temui satu tahun lalu. Hanya wajahnya saja yang sekilas mirip, tetapi Amira yang ini kelihatan lebih berkelas. Sementara Amira si pelayan dulu, kelihatan polos dan lugu."Mungkin hanya mirip saja," gumam Anton, ia menggelengkan kepalanya karena sempat merasa terkejut dengan Amira. Anton merasa, tak mungkin pelayan wanita itu tiba-tiba menjadi putri tunggal bos-nya.Amira memperkenalkan dirinya secara singkat dan garis besarnya saja. Ia juga mengatakan akan mulai sering ke kantor untuk bekerja. Amira meminta kepada semua karyawan
Syahla dan Radit pun akhirnya berkenalan. Syahla menceritakan tujuannya datang merantau ke kota Jakarta untuk memulai kehidupan baru di sana. Ia sudah berjanji bertemu dengan teman kuliahnya dulu yang kini menetap di Jakarta dan menawarinya pekerjaan.Radit dan Syahla mengobrol sepanjang perjalanan. Meskipun lebih banyak Syahla yang bercerita, sementara Radit hanya sebagai pendengar dan sesekali menanggapi. Hingga akhirnya obrolan mereka berhenti saat keduanya didera rasa kantuk dan mulai tertidur di dalam kereta.Kereta akhirnya berhenti setelah berjalan selama sepuluh jam dari Surabaya ke Jakarta. Radit bangun dari tidurnya, ia pun membangunkan Syahla yang masih terlelap.Syahla pun terbangun, ia kemudian bersiap-siap dan mengikuti Radit yang bersedia menolongnya untuk sampai di alamat tujuan.Mereka berdua menaiki taksi online yang sudah Radit pesan sebelumnya. Kebetulan mereka satu arah, alamat rumah teman Syahla berada di satu komplek yang sama dan hanya berbeda blok saja.Syahla
Hari ini Bu Syahnaz mengunjungi Syahla di rumahnya. Bu Syahnaz sangat rindu pada putrinya tersebut karena sudah seminggu tidak bertemu.Bu Syahnaz mencoba menghubungi Syahla, tetapi dua hari ini nomor Syahla tidak aktif. Hal itu membuat Bu Syahnaz merasa khawatir karena saat terakhir berkomunikasi, Syahla terus meminta maaf padanya dan suaminya.Melihat pagar rumah Syahla terkunci dari luar, membuat wanita paruh baya itu bertanya-tanya. Namun, Bu Syahnaz tak ingin berpikiran negatif. Mungkin saja, Syahla sedang ada keperluan di luar rumah.Bu Syahnaz mencoba kembali menghubungi Syahla, tetapi tetap sama, tidak aktif. Wanita paruh baya itu memutuskan untuk menunggu di depan rumah. Ia hanya ingin memastikan jika Syahla baik-baik saja.Setelah hampir satu jam menunggu, Bu Syahnaz akhirnya menyerah untuk menunggu. Ia terlihat sangat khawatir terhadap Syahla yang sudah seminggu ini tak memberi kabar padanya.Bu Syahnaz memilih pulang, ia kemudian memerintah sopirnya untuk tetap tinggal dan
Selly menerima uluran tangan Amira, ia mencoba tersenyum menutupi rasa penasarannya. Amira duduk berhadapan dengan Anton dan Selly, ia kemudian memesan minuman pada Delia yang masih berada di situ. Sementara Selly terus memperhatikannya, menelisik wajah Amira yang masih tertutup masker. Selly ingin meyakinkan dirinya jika wanita itu bukanlah Amira yang ia kenal."Apa ada yang salah dengan saya, Bu Selly?" tanya Amira seketika, saat melihat pandangan Selly yang tak berhenti menatapnya."Ah, tidak. Saya hanya merasa, seperti pernah bertemu Anda," jawab Selly, kikuk."Nona Amira ini mirip dengan seseorang yang Bu Selly kenal, makanya ia terus memperhatikan Anda. Kebetulan juga namanya mirip," timpal Anton."Benarkah?" Amira pura-pura antusias. "Semirip apa?""Lumayan mirip, saya juga sempat berpikir seperti itu, tapi setelah dipikir-pikir sepertinya tak mungkin orang yang sama," ujar Anton."Kenapa?""Perbedaannya bagai langit dan bumi. Amira yang saya kenal, dia hanya seorang pelayan d
Amira merasa ini tawaran yang menarik, ia pun memikirkan keuntungan dan kerugiannya jika menerima tawaran Selly. Ia bisa saja memberi kesempatan untuk perusahaan Selly, karena memang yang korupsi di sini adalah Anton. Sementara ia juga butuh perusahaan Selly untuk melakukan proyek pekerjaan yang sudah mulai berjalan."Baiklah, aku coba pertimbangkan, asal kau mau memenuhi semua permintaanku.""Apa?" tanya Selly penasaran."Bersihkan nama baikku di lingkungan tempat tinggal Yudha," ujar Amira mengatakan permintaannya."A-apa? Aku tak mengerti maksudmu?" Selly menelan salivanya, ia merasa sedang dihakimi Amira."Kau tak usah berpura-pura Selly. Aku tahu apa yang kau lakukan saat aku masih tinggal di rumah Yudha. Kau memfitnahku, memberikan foto-foto editan itu pada Bu Yati, tetangga Yudha, dan karena hal itulah aku diusir oleh warga," jelas Amira."I-itu tak benar, aku tak melakukan itu. Siapa yang mengatakan itu padamu, Mir?" "Aku bisa melakukan apa pun, Selly. Sekarang aku yang berku
Syahla sangat terkejut setelah melihat pria yang akan mewawancarainya tersebut. Ia tak menyangka akan bertemu lagi dengan pria itu di sini."Ka-kamu?""Nona Syahla Khairunnisa, senang bertemu kembali. Saya Yudha Prawira, yang dipercaya sebagai wakil direktur di perusahaan ini." Lelaki bertubuh tegap itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Syahla.Syahla tertegun, ia menerima uluran tangan Yudha dan hanya bisa tersenyum. Ada yang berdenyut di relung hati Syahla, ketika melihat lelaki yang pernah menjadi tunangannya tersebut berdiri di hadapannya. Rasanya tak berubah, masih sama, getaran itu masih ada saat tatapan mata Yudha bertemu dengan matanya. Yudha kemudian mempersilahkan Syahla untuk duduk."Apa kabar, La?" tanya Yudha setelah mereka berdua sama-sama duduk di tempat masing-masing."B-baik." Lama tak bertemu membuat Syahla kembali merasa canggung."Aku gak nyangka, kamu melamar kerja di sini. Apa ada hal yang terjadi padamu?" "Ah, tidak. Aku tak apa-apa. Bagaimana kamu bisa be
Selly kembali datang ke Jakarta untuk memenuhi permintaan Amira. Wanita berwajah cantik itu merasa terancam dengan gertakan Amira padanya. Apalagi ia juga tak ingin terlibat dalam kasus yang menjerat Anton terkait dengan penggelapan dana yang dilakukan pria itu. Selly sangat kesal dan kecewa pada Anton karena telah membohonginya. Padahal ia sangat berharap banyak pada lelaki itu yang menurutnya lebih baik daripada Radit.Kini hubungannya dengan Radit sudah berakhir karena kebodohannya mempercayai laki-laki seperti Anton. Selly menyesalinya, tetapi semuanya sudah terjadi.Selain karena permintaan Amira untuk berbicara jujur di lingkungan keluarga Yudha, kedatangan Selly ke ibu kota juga untuk memperbaiki hubungannya dengan Radit. Selly berharap Radit mau memaafkannya. Ia juga ingin mengatur rencana untuk menghadapi Amira nantinya.Selly telah sampai di kediaman orang tuanya. Terlihat sang ayah yang kini berbaring lemah di kamarnya. Ayahnya sudah mulai sakit-sakitan. Selly pun mendeka