Alea masih terdiam di antara dua cwo tampan di depannya. Dia menyadari kalau saat ini dia sedang menjadi sorotan banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan kesal dan kebencian. Raka dan Marcho pun sudah mendekat di meja Alea saat ini.
"Eeh ada anak pinter di sini. Cuma gara-gara kejebur kolam aja, lu bisa dapet perlakuan istimewa dari dua orang penting di sekolah. Beruntung banget lu," ucap Raka sinis.
"Alea," panggil Nathan.
Alea menatap Nathan, wajah Nathan seolah memaksa Alea untuk memakan makanannya. Alea tertekan saat ini. Alea berdiri dan berlari meninggalkan mereka semua.
Alea berlari dari kantin. Dia tidak ingin berada dalam posisi yang membingungkan seperti itu. Tapi sebenarnya posisinya lebih menakutkan, karena terlalu banyak tatapan tajam yang siap membunuhnya.
Alea masuk ke dalam kelas. Dia duduk di bangkunya sambil terengah-engah mengatur nafasnya.
"Eh, pake ilmu apaan lu berani goda Keanu?" tanya Martha sinis.
"Il
Nathan mengajak Alea ke sebuah kafe. Dia mengajak Alea makan sebentar. Perutnya sangat lapar saat ini."Turun bentar, kita makan," ajak Nathan."Aku mau pulang. Aku ga mau makan," jawab Alea."Kalo ga mau makan, temenin gw makan!" perintah Nathan.Nathan membuka pintu di sebelah Alea, dia menyuruh Alea segera turun. Alea masih menekuk mukanya, dia kesal sengan sikap semena-mena Nathan.Alea berjalan di belakang Nathan. Dia tidak ingin jalan beriringan dengan pemuda yang egois itu."Ganteng sih, tapi kasar," gerutu Alea saat berjalan dibelakang Nathan."Lu bilang apa?" tanya Nathan yang sedikit mendengar apa yang di ucapkan Alea."Ga kok, aku ga ngomong apa-apa."Mereka duduk di dalam kafe. Pelayan memberikan daftar menu untuk mereka. Alea membuka daftar menu tersebut. Mata Alea di buat melotot dengan daftar harganya."Mau makan apa?" tanya Nathan."Ga ah, ga makan," jawab Alea. Dia takut nanti dia akan disu
Nathan melihat Alea menangis sambil berdiri. Ibunya terus memaki Alea dan seorang laki-laki paruh baya itu tetap diam di dalam sana. Nathan tidak mengerti apa yang terjadi sampai ibu Alea bisa sekasar itu pada putrinya sendiri."Alea, kita pergi dari sini ya," kata Nathan dengan lebih lembut kali ini.Dia melindungi Alea dari lemparan barang dari dalam rumah. Berdiri di depan Alea dan menjadikan punggungnya sebagai pelindung.Di dalam mobil pun Alea masih menangis, dia terdiam sambil melihat keluar jendela. Nathan tidak berani mengganggu, dia hanya sesekali melihat Alea."Lea kening kamu, kita obati dulu ya?"Nathan mengusapkan tissu di kening Alea yang terluka. Alea sedikit meringis saat tangan Nathan menyentuh lukanya."Eh, maaf sakit ya. Sorry ga sengaja," kata Nathan.Mobil berhenti di depan sebuah apotik. Nathan menyuruh supirnya untuk membeli obat luka untuk Alea.Alea masih terdiam, dia masih mengingat kejadian tadi. Ken
Alea tiba di rumah malam ini sedikit lebih larut. Hari ini ada yang menyewa restoran tempat dia bekerja sebagai tempat ulang tahun. Jadi dia dan pegawai lainnya harus bekerja ektra untuk membersihkan restoran malam ini.Pemandangan di dapur masih seperti biasanya. Alea masih melihat gunungan piring kotor ada di sana.Alea mengambil beberapa piring, mangkok, gelas dan sendok garpu masuk ke dalam kamarnya. Dia bertekat mulai malam ini dia tidak akan membersihkan apa pun yang digunakan ibu dan adik tirinya. Dia hanya akan membersihkan kamarnya saja. Alea masuk lagi ke dalam kamarnya setelah dia mandi."Oh iya, tadi paketan apa ya yang di kasih Bang Ichal. Kayanya kok aku ga beli apa pun di online shop," kata Alea sambil mengambil paper bag di atas mejanya.Alea membuka isi paket tersebut. Alea kaget saat melihat isinya adalah sebuah ponsel keluaran terbaru."Omaygot, ini kan ponsel yang aku pengen. Tapi ini dari siapa? Ini kan mahal banget?" kata Alea
Nathan menarik pergelangan tangan Alea dari kerumunan orang. Semua yang ada disana melihat Nathan yang membawa Alea pergi dari sana."Nathan Kenapa lu malah bela anak kampung itu sih!!" kata Clarissa kesal.Nathan tak menanggapinya dan terus membawa Alea naik ke tangga. Alea melihat Keanu dan Raka sedang berdiri di depan kelas mereka saat melihat Nathan sedang menarik tangan Alea.Nathan maembawa Alea ke roof top. Nathan mengunci pintu roof top agar tidak ada orang yang menggangu mereka.Alea berdiri di depan Nathan, dia sedikit kesal dengan Nathan. Nathan berdiri di pinggir roof top. Dia seolah tidak peduli ada Alea di sana."Angin di sini sejuk, bisa bawa terbang semua perasaan sedih," kata Nathan sambil menikmati hembusan angin."Maksud mu apa sih, Than?""Pagi ini ga usah masuk kelas ya. Gw pengen di sini ama lu.""Kamu gila ya. Kita ke sekolah tuh mau belajar, bukan mau main. Ga mau ah. Aku mau ke kelas sekarang." Alea mem
Alea berjalan menuju kantin bersama Kamila. Mereka sedang asik bercanda sambil menyusuri koridor gedung sekolah mereka yang super luas."Lea, di cari pak Regan di gedung 3," kata salah seorang teman Alea."Gedung 3? Kamila gimana ini?" tanya Alea."Udah temuin dulu sana. Kamu mau apa, ntar aku beliin.""Tapi kali ini aku nitip loh ya, aku ga mau kamu bayarin," kata Alea sedikit memperingatkan Kamila."Iya, ntar bayar ya. Sekalian sama ongkos jalan ya," kata Kamila sambil tertawa ringan.Setelah memesan apa yang dia inginkan ke Kamila, Alea segera berbelok menuju gedung 3.Gedung 3 itu khusus untuk siswa tingkat 3 di sekolah Alea. Sekolah Alea memang memiliki banyak gedung karena memang ruang kelas yang disediakan sangat banyak.Tiap kelas hanya boleh diisi oleh 18-20 siswa saja, oleh karena itu dalam satu angkatan, ada banyak sekali kelas. Mayoritas muridnya juga anak orang kaya.Setiap gedung memiliki fasilitas lab masi
"Nathan ... kok kamu di sini?" tanya Alea."Emang kenapa kalo gw disini? Ga boleh?" tanya Nathan dengan tatapan mata intens ke Alea."Eh ga gitu, maksudnya kenapa ga belajar di kelas," tanya Alea."Lagi males." Nathan segera meninggalkan meja Alea.Alea melihat Nathan berlalu dan menuju meja lainnya. Sepertinya memang Nathan sudah di sana sejak tadi. Alea memilih untuk kembali belajar sebelum Nathan akan merusak konsentrasinya.Alea berusaha memecahkan soal kimia yang ada di depannya. Dia sedikit kesusahan sehingga dia membutuhkan referensi dari buku lain. Dia juga belajar dari soal-soal yang di berikan di internet.Olimpiade sains yang akan diikuti Alea memang khusus untuk mata pelajaran Kimia. Mata pelajaran favorit Alea. Dia sangat jatuh cinta pada atom dan molekul. Apalagi kerja praktek di laboratorium, dia sangat menyukai moment itu.Alea menggeliat mengendurkan otot punggungnya. Dia merasa badannya sudah kaku semua saat
Alea melangkah gontai dari ruang belajar saat bel panjang berbunyi tanda pelajaran telah selesai. Alea melihat di sekitarnya masih sepi, tidak ada satu pun makhluk ada di sana selain dirinya."Ini hari apa sih, kok sepi amat. Ga ada kelas belajar mandiri apa ya?" tanya Alea sendiri.Alea meneruskan langkahnya menuju kelasnya untuk segera pulang. Dia melewati aula utama sekolah. Banyak siswa berlalu lalang disana. Mereka tampak bersemangat karena mereka akan pulang sekolah."Alea, bisa ikut ke ruang sains bentar ga?" tanya Radit yang berpapasan dengan Alea di koridor."Ke ruang sains? Sorry Dit, aku harus ke tempat kerja. Emang kenapa gitu?" tanya Alea."Anak-anak butuh bantuanmu buat belajar, Lea. Mereka pengen kamu ajarin.""Eh kok aku sih. Panggil Pak Regan aja, Dit. Maaf ya aku bukan ga mau bantu. Tapi aku harus kerja.""Ok deh, ntar aku bilang ke anak-anak. Sukses ya, Lea.""Thank's ya Dit."Alea meneruskan langk
Alea ke sekolah sedikit siang hari ini. Dia harus sampai berlari-lari karena takut telat. Kalau telat dia malas di suruh jalan kodok dari gerbang ke gedung sekolahnya."Pak, bentar pak. Baru telat 1 menit doank. Ijinin ya?" pinta Alea memelas."Udah jam 07.32 menit sekarang. Udah telat ya. Tunggu Pak Bagas datang ya.""Ya elah Pak, bentaran doank kok. Sekali ini aja kok pak. Alea ga pernah telat loh sebelumnya." Alea terus berusaha memelas ingin di bukakan gerbang.Tin tin...Sebuah mobil memberi sinyal untuk di ukakan. Alea melihat mobil Nathan ada di belakangnya. Alea berharap Nathan akan membantunya kali ini.Tapi ternyata mobil itu masuk begitu saja tanpa berhenti. Alea juga melihat Nathan tetap diam di dalam mobil seolah tidak melihat ada Alea di sana."Dasar cwo arogan. Inget kalo lagi butuh aja. Nyebelin!!" kata Alea melampiaskan kekesalannya."Mbak Alea tunggu sini bentar ya, bentar lagi Pak Bagas datang," kata Pak Satp
Hari pertandingan pun di mulai. Alea yang pagi ini berangkat ke sekolah di jemput oleh Nathan pun hanya mencoba menghafalkan pelajaran yang sudah dia pelajari selama ini.Nathan tidak berani mengganggu Alea dalam menghafal dia hanya memberikan satu tangannya agar bisa dimainkan oleh Alea seperti biasanya. Alea terus berkonsentrasi dan hampir tidak mengajak bicara Nathan sedikitpun.Alea mencoba untuk terus menghafal sampai mereka masuk ke dalam area sekolah. Saat mobil Nathan sudah parkir, dia baru sadar kalau dari tadi dia sedang bersama dengan Nathan.“Ya ampun Nathan ... maaf ya. Dari tadi aku diemin kamu,” ucap Alea tidak enak.“Santai aja. Ga papa kok. Aku tau kamu lagi prepare banget sekarang kan. Santai aja, Lea,” jawab Nathan sambil tersenyum.“Maaf ya. Harusnya kita ngobrol dan aku juga harus nanyain soal persiapan kamu juga. Eeh aku malah egois gini.”“Ga papa. Justru nanti kalo kamu ngobrol ama
“Kamu bolos kelas?” tanya Nathan“Aku ga bisa konsen di kelas. Aku kangen kamu. Aku ga bisa belajar.”“Pasti kamu kangen tangan aku ya? Hmm jangan-jangan kamu mau baikan ama aku biar kamu bisa belajar buat olimpiade kan? Trus kalo kamu udah menang, ntar kamu bakal lupain aku lagi. Gitu ya?”“Ya ampun Nathan ... kamu kok jadi pinter sekarang. Pasti kamu ketularan aku ya. Dulu kayanya kamu ga sepinter ini deh. Aku jadi salut kamu sepinter ini. Sampe bisa nebak isi pikiran aku lho.”“Anak songong,” ucap Nathan sambil menjentik kening Alea dengan jarinya.“Aduuh sakit.”“Sakit? Aku sembuhin ya.”Alea mengangguk manja. Dia seolah mengerti bagaimana Nathan akan menyembuhkannya. Dia seolah ingin terus bermanja pada pemuda itu.Alea ingin menebus semua waktunya yang kemarin dia habiskan tanpa Nathan. Dia ingin menebus semuanya sampai habis dan tidak bersisa.
Alea dan Nathan memutuskan untuk kembali ke rumah Luna. Luna sudah kehilangan mood-nya untuk dia pergi bermain di luar. Dia ingin pulang dan merebahkan dirinya santai di rumah. Dia juga malas berbicara dengan Nathan.Nathan yang masih kegirangan karena Alea menyatakan kecemburuannya dengan sangat jelas pun menjadikan Nathan sangat senang. Dia merasa Alea sudah menyatakan perasaannya, hanya saja dia masih menjaga gengsi sampai olimpiade selesai.Mobil Nathan berhenti di sebuah taman yang sedang ramai dengan pengunjung. Ada banyak anak-anak muda dan juga anak-anak harta orang tua yang sedang melakukan berbagai aktivitas di taman tersebut. Alea mengamati satu-persatu aktivitas orang yang ada di taman tersebut. Pandangan Alea tertuju pada satu aktivitas yang ingin dia lakukan.“Tunggu!” teriak Alea saat Nathan hendak melajukan mobilnya.“Ijo sayank lampunya. Di marahin orang kita nanti,” ucap Nathan sambil tetap melajukan mobil.A
Alea sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Dia menyapa para tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk sekedar berjalan pagi. Maklum hari ini kan hari minggu jadi warga di komplek Alea sering berolah raga di sekitar lingkungan rumah Alea."Mbak Alea, itu bunganya pada seger-seger. Kaya hati yang nyiram," kata seorang tetangga Alea."Bisa aja loh. Sehat bu?""Sehat Mbak Lea. Sekarang udah enak di rumah ya.""Alhamdulillah bu, lebih nyaman."Alea melanjutkan menyiram bunga. Terkadang dia juga menebang batang yang jelek serta memotong rumput di sekitar."Mbak, kalo mau potong rumput bisa minta tolong Pak Eko. Dia mau kok, kalo pas ga kerja nyambi beberes," sapa tetangga lainnya."Pak Eko satpam bu?""Iya. Seikhlasnya tapi hasilnya bagus. Punya saya beberapa hari kemaren di bersihin Pak Eko.""Eh iya deh, ntar saya minta tolong Pak Eko."Alea meneruskan pekerjaannya. Selain mengurus kebun rumahnya, dia juga m
Alea berkeliling di toko buku, dia sedang mencari buku yang dia cari. Dia sudah menyusuri tiap rak tapi tidak menemukannya juga.Bahkan Alea bertanya ke pelayan di sana tapi ternyata bukunya tidak tersedia. Dia menjadi sedikit bingung saat ini."Ga ada bukunya?" tanya Nathan."Ga ada. Bentar ya, aku mau cari novel," kata Alea sambil berjalan ke rak novel.Alea melihat satu persatu novel yang di pajang di sana. Nathan juga tampak sedang serius membaca sebuah buku."Oh, jadi gini caranya. Kira-kira bakalan aneh ga ya ntar?" kata Nathan."Ah yang penting usaha dulu." kata Nathan sedikit meyakinkan dirinya.Dia meletakkan buku di tangannya. Buku tentang menaklukkan seorang cwe. Nathan sampai membutuhkan panduan untuk menaklukkan hati Alea."Kita pulang yuk?" kata Alea setelah dia mendapatkan novel yang dicarinya.Nathan berusaha membayari belanjaan Alea, tapi Alea menolaknya. Nathan membuang nafasnya kesal. Dia mera
Alea jalan ke kantin utama bersama teman-temannya di club sains. Mereka baru saja selesai belajar bersama."Alea," panggil Kamila."Mila... kok cemberut, kenapa?" tanya Alea saat melihat temannya itu sedikit menekuk wajahnya saat melihatnya."Aku kaya kamu lupain. Kamu udah dapet temen baru di club sains," kata Kamila sedikit protes."Kok ngomongnya gitu sih. Ga kok, aku ga lupain kamu, cantik. Tapi kan emang selasa aku udah harus tes. Maaf ya?""Hehehee... aku becanda kok. Kita makan yuk. Menunya hari ini sop jamur, aku ga suka," kata Kamila sambil memamerkan barisan giginya yang rapi."Aku suka, aku mau sup kamu ya."Alea dan Kamila duduk di meja mereka. Tampak Nathan dan genk super boy's nya sedang berkumpul di satu meja. Mereka tampak sedang asik ngobrol sambil bercanda.Nathan melihat Alea yang sedang duduk di sebrang mejanya. Dia terus menatapnya seolah ingin segera mendatangi gadis itu."Samperin sana, bilang makasih
"Lea, ditunggu di ruangan kepala sekolah lu sekarang," kata salah satu teman Alea yang di temui Alea saat dia hendak menuju ke kelasnya."Ada apa?""Ga tau, lu ke sana aja."Alea meletakkan tas di dalam kelas dan segera ke ruangan kepala sekolah. Dia bertemu Keanu dan Raka di dalam kelas."Hai Alea, gimana keadaan kamu hari?" sapa Keanu saat melihat Alea masuk ke kelas."Baik," jawab Alea singkat. Alea segera pergi lagi keluar kelas untuk menemui kepala sekolah di ruangannya.Tok tok tokAlea mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Setelah di ijinkan masuk, Alea pun membuka pintu dan melihat di dalam ada Clarissa yang di dampingi seorang perempuan paruh baya.Mungkin itu ibu Clarissa. Di sana juga ada Pak Regan sebagai wali kelas Alea dan tentunya kepala sekolah."Masuk sini, Lea," kata Pak Regan menyuruh Alea masuk.Alea duduk di kursi sebelah Pak Regan. Alea sudah mulai menebak, mungkin ini akan membahas hal yang terja
Alea belajar bersama anak club sains. Mereka menerima Alea dengan baik. Alea menerangkan dan membantu teman-temannya belajar.Alea juga senang mendapatkan teman baru. Terkadang Alea masih sedikit merintih karena luka di tangannya masih perih. Apa lagi dia harus banyak menggunakan tangannya."Lea, makasih ya udah bantuin. Besok main sini lagi ya. Cara nerangin kamu tuh lebih enak di mengerti, jadi gampang di inget," kata salah satu anggota club."Aku juga seneng kalo kalian bisa terima dengan semua kekurangan aku. Hmmm aku pulang duluan ya?"Alea membereskan barangnya. Dia berpamitan dan ingin segera beristirahat di rumah. Saat membuka pintu, Alea kaget, Nathan sudah berdiri di depan pintu bersandar pada dinding.Nathan hanya melihat Alea. Pandangan mata mereka bertemu sejenak sebelum Alea melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan. Tapi Nathan terus mengikuti Alea. Ke mana pun Alea pergi, Nathan berjalan di belakangnya."Lea, Nathan di b
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i