Alea melangkah gontai dari ruang belajar saat bel panjang berbunyi tanda pelajaran telah selesai. Alea melihat di sekitarnya masih sepi, tidak ada satu pun makhluk ada di sana selain dirinya.
"Ini hari apa sih, kok sepi amat. Ga ada kelas belajar mandiri apa ya?" tanya Alea sendiri.
Alea meneruskan langkahnya menuju kelasnya untuk segera pulang. Dia melewati aula utama sekolah. Banyak siswa berlalu lalang disana. Mereka tampak bersemangat karena mereka akan pulang sekolah.
"Alea, bisa ikut ke ruang sains bentar ga?" tanya Radit yang berpapasan dengan Alea di koridor."Ke ruang sains? Sorry Dit, aku harus ke tempat kerja. Emang kenapa gitu?" tanya Alea.
"Anak-anak butuh bantuanmu buat belajar, Lea. Mereka pengen kamu ajarin."
"Eh kok aku sih. Panggil Pak Regan aja, Dit. Maaf ya aku bukan ga mau bantu. Tapi aku harus kerja."
"Ok deh, ntar aku bilang ke anak-anak. Sukses ya, Lea."
"Thank's ya Dit."
Alea meneruskan langk
Alea ke sekolah sedikit siang hari ini. Dia harus sampai berlari-lari karena takut telat. Kalau telat dia malas di suruh jalan kodok dari gerbang ke gedung sekolahnya."Pak, bentar pak. Baru telat 1 menit doank. Ijinin ya?" pinta Alea memelas."Udah jam 07.32 menit sekarang. Udah telat ya. Tunggu Pak Bagas datang ya.""Ya elah Pak, bentaran doank kok. Sekali ini aja kok pak. Alea ga pernah telat loh sebelumnya." Alea terus berusaha memelas ingin di bukakan gerbang.Tin tin...Sebuah mobil memberi sinyal untuk di ukakan. Alea melihat mobil Nathan ada di belakangnya. Alea berharap Nathan akan membantunya kali ini.Tapi ternyata mobil itu masuk begitu saja tanpa berhenti. Alea juga melihat Nathan tetap diam di dalam mobil seolah tidak melihat ada Alea di sana."Dasar cwo arogan. Inget kalo lagi butuh aja. Nyebelin!!" kata Alea melampiaskan kekesalannya."Mbak Alea tunggu sini bentar ya, bentar lagi Pak Bagas datang," kata Pak Satp
"Sudah beres lapangannya?" suara Pak Bagas terdengar di dalam ruang olah raga.Alea dan Nathan kelabakan. Mereka segera berdiri dengan benar dan saling menjauhkan diri mereka. Alea merasa malu saat ini. Dia segera berjalan cepat ke pinggir lapangan dan mengambil tasnya."Udah pak, udah beres ruangannya," jawab Nathan sedikit gugup.Dia hampir saja mencapai bibir Alea saat Pak Bagas tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Dia takut Pak Bagas melihat mereka berdua tadi.Nathan melihat Alea berjalan menuju pintu keluar. Dia pasti sudah sangat malu, sampai dia tidak berpamitan lagi pada Pak Bagas atau pun Nathan.Nathan tersenyum melihat tingkah kikuk Alea yang tampak lucu di matanya."Kamu habis main basket di sini ya?" tanya Pak Bagas."Bentaran doank pak, dari pada bengong.""Siapa juga yang nyuruh kamu bengong. Balik ke kelasmu sana," kata Pak Bagas mengusir Nathan pergi.Saat Nathan pergi, siswa yang akan memakai
Hari ini hari sabtu. Semalam Alea perpisahan dengan orang di restoran. Semalam adalah hari terakhirnya bekerja disana.Pak manager memberikan bonus atas kerja keras Alea selama 3 bulan bekerja di sana. Sekarang Alea hanya akan menjalani part time di mini market. Hanya saja kini jam kerjanya di tambah 1 jam oleh Pak Adi."Aaahhhh,"Alea menggeliat melemaskan badannya di atas ranjang. Dia rasanya masih malas bangun. Dia masih ingin sedikit bermalas-malasan di kasurnya.Alea sudah belajar dengan sangat keras. Dia sampai merasa dirinya kurang tidur karena selalu penasaran memecahkan soal yang dia temukan di internet."Eh hari ini sabtu ya? Hari ini Keanu jadi ngajakin nonton ga ya?"Alea memainkan ponselnya, dia membuka-buka pesan yang sudah masuk di grup sekolahnya. Dia ingin mencari berita terbaru agar dia tidak ketinggalan bahan rumpian saat dia berkumpul dengan teman-temannya.LINE"Hari ini ujian Kimia.""Iya bene
Nathan masih ada di tempatnya. Dia tidak peduli dengan jam belajar mandiri. Baginya Alea lebih penting sekarang. Alea masih tertidur, sesekali Nathan membenarkan selimutnya dan mengelap keringat yang ada di kening Alea. Dia benar-benar merawat Alea saat ini."Alea, lu kenapa nyiksa diri kaya gini sih. Segitu sulitnya kah hidup lu?" bisik Nathan pelan di samping Alea.Tapi tentu saja Alea tak mendengarnya. Alea masih tertidur saat ini."Kayanya gw ga kenal ama Nathan yang ini. Lu suka ama Alea?" tanya Keanu yang muncul di balik layar.Nathan tak memperdulikan pertanyaan Keanu, matanya tetap melihat Alea."Jadi lu beneran suka ama Alea? Tapi lu juga malu buat akuin lu suka?""Bukan urusan lu," jawab Nathan."Denger ya Than. Gw ga akan semudah itu mundur dari Alea. Gw juga ingin Alea jadi pacar gw. Lu denger itu."Nathan masih terdiam. Dia sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dibicarakan Keanu.
TRANGSendok yang dipegang Alea terjatuh mengenal bibir gelas es krimnya. Dua insan yang sedang saling menatap itu jadi salah tingkah.Nathan segera menyingkirkan tangannya dari bibir Alea. Alea yang malu hanya bisa menundukkan kepalanya. Nathan pun jadi salah tingkah. Dia memilih menghabiskan es krim di hadapannya.Lama mereka terdiam, sampai bunyi ponsel Nathan memecahkan kesunyian diantara mereka."Halo," sapa Nathan ke penelfon.".....""Ya gw kesana secepatnya."Nathan meletakkan ponselnya lagi. Dia melihat ke arah Alea."Lea, kamu kerja jam berapa?" tanya Nathan masih sambil menyetabilkan degup jantungnya."Jam 3," jawab Alea pelan."Kalo gw anter sekarang ga papa? Gw ditunggu di lapangan neeh.""Boleh."Nathan memanggil pelayan dan membayar pesanan mereka. Mereka segera keluar dari kafe dan masuk ke mobil Nathan.Nathan menarik seat belt dan menoleh hendak mencari pengunci sea
"Kita pergi. Dia bukan siapa-siapa kok," kata Alea.Keanu segera menjalankan mobilnya menjauhi mini market. Alea mencoba untuk tidak terlalu memikirkan Nathan. Toh memang kan besok Nathan mengajaknya pergi bukan malam ini. Alea mencoba menghargai Keanu."Suka dengarin lagu apa?" tanya Keanu."Suka semua sih, asal ga musik rok ama punk. Aku ga bisa menikmatinya," jawab Alea."Wah sama donk kalo gitu. Aku juga ga suka musik kaya gitu."Alea hanya tersenyum mendengar ucapan Keanu. Keanu mukai menyalakan musik di mobilnya. Alunan musik romantis dari pemutar musik di dalam mobil yang mengiringi perjalanan mereka."Kita mau makan dulu ato mau nonton dulu neeh?" tanya Keanu."Kamu pesen tiketnya nontonnya jam berapa?""Jam 8. Kita nonton dulu aja ya? Eh tapi kamu udah laper belum?""Belum kok. Makan ntar aja sebelum pulang.""Ok. Kita nonton dulu ya."Keanu melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota menuju
Alea berusaha memejamkan matanya, dia ingin tidur, tapi matanya belum bisa diajak tidur. Pikirannya masih melayang. Alea mengambil ponselnya lagi dan membuka galerinya.Dia melihat foto-foto disana. Dia kaget tiba-tiba ada foto Nathan menghiasi galerinya."Loh, ini kan dia tadi siang. Jadi dia tadi ambil foto dia pas rebut ponsel ku," kata Alea sambil tersenyum.Alea memperhatikan foto Nathan yang sedang tersenyum di ponselnya. Nathan tampak lucu dan menggemaskan di foto itu.Alea juga ingin tau isi medsos Nathan. Dia melihat semua postingan Nathan. Isinya kebanyakan tentang basket.Tapi ada yang menarik di sana, di setiap postingan Nathan, Kak Luna selalu berkomentar. Bahkan Nathan juga membalas komentar Kak Luna."Bearti bener, Kak Luna special buat Nathan," kata Alea pelan.LINE.Prince : Hai Alea, kok masih belum tidur?"Alea : Hai Prince, belum bisa tidur neeh.Prince : Kenapa?Alea : Ga papa kok
Nathan merasa Alea salah paham padanya. Dia ingin menjelaskan pada Alea kalau dia tidak seperti yang dia pikirkan."Alea ikut aku sebentar," kata Nathan sambil menarik lengan Alea."Apaan sih. Aku lagi kerja Nathan."Nathan tidak memperdulikan ucapan Alea. Dia terus membawa Alea keluar dari mini market."Nathan, sakit tau. Bisa ga sih ga kasar ama aku!!" ucap Alea kasar."Lea, dengarin gw. Gw ga ada hubungan apa pun dengan Luna. Kami hanya berhubungan secara profesional. Dia yang mengenalkan kami ke pelatih dan tim bertanding kami. Cuma itu Alea.""Kak Luna? Apa hubungannya aku dengan Kak Luna? Perasaan aku ga nanya apa-apa deh," tanya Alea tidak mengerti."Pokoknya, lu jangan pernah salah paham soal ini. Gw beneran ga ada hubungan dengan Luna."Alea menatap Nathan dengan mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak mengerti kenapa Nathan sampai bicara seperti itu dengannya."Semalem pulang jam berapa?" tanya Nathan."Ha
Hari pertandingan pun di mulai. Alea yang pagi ini berangkat ke sekolah di jemput oleh Nathan pun hanya mencoba menghafalkan pelajaran yang sudah dia pelajari selama ini.Nathan tidak berani mengganggu Alea dalam menghafal dia hanya memberikan satu tangannya agar bisa dimainkan oleh Alea seperti biasanya. Alea terus berkonsentrasi dan hampir tidak mengajak bicara Nathan sedikitpun.Alea mencoba untuk terus menghafal sampai mereka masuk ke dalam area sekolah. Saat mobil Nathan sudah parkir, dia baru sadar kalau dari tadi dia sedang bersama dengan Nathan.“Ya ampun Nathan ... maaf ya. Dari tadi aku diemin kamu,” ucap Alea tidak enak.“Santai aja. Ga papa kok. Aku tau kamu lagi prepare banget sekarang kan. Santai aja, Lea,” jawab Nathan sambil tersenyum.“Maaf ya. Harusnya kita ngobrol dan aku juga harus nanyain soal persiapan kamu juga. Eeh aku malah egois gini.”“Ga papa. Justru nanti kalo kamu ngobrol ama
“Kamu bolos kelas?” tanya Nathan“Aku ga bisa konsen di kelas. Aku kangen kamu. Aku ga bisa belajar.”“Pasti kamu kangen tangan aku ya? Hmm jangan-jangan kamu mau baikan ama aku biar kamu bisa belajar buat olimpiade kan? Trus kalo kamu udah menang, ntar kamu bakal lupain aku lagi. Gitu ya?”“Ya ampun Nathan ... kamu kok jadi pinter sekarang. Pasti kamu ketularan aku ya. Dulu kayanya kamu ga sepinter ini deh. Aku jadi salut kamu sepinter ini. Sampe bisa nebak isi pikiran aku lho.”“Anak songong,” ucap Nathan sambil menjentik kening Alea dengan jarinya.“Aduuh sakit.”“Sakit? Aku sembuhin ya.”Alea mengangguk manja. Dia seolah mengerti bagaimana Nathan akan menyembuhkannya. Dia seolah ingin terus bermanja pada pemuda itu.Alea ingin menebus semua waktunya yang kemarin dia habiskan tanpa Nathan. Dia ingin menebus semuanya sampai habis dan tidak bersisa.
Alea dan Nathan memutuskan untuk kembali ke rumah Luna. Luna sudah kehilangan mood-nya untuk dia pergi bermain di luar. Dia ingin pulang dan merebahkan dirinya santai di rumah. Dia juga malas berbicara dengan Nathan.Nathan yang masih kegirangan karena Alea menyatakan kecemburuannya dengan sangat jelas pun menjadikan Nathan sangat senang. Dia merasa Alea sudah menyatakan perasaannya, hanya saja dia masih menjaga gengsi sampai olimpiade selesai.Mobil Nathan berhenti di sebuah taman yang sedang ramai dengan pengunjung. Ada banyak anak-anak muda dan juga anak-anak harta orang tua yang sedang melakukan berbagai aktivitas di taman tersebut. Alea mengamati satu-persatu aktivitas orang yang ada di taman tersebut. Pandangan Alea tertuju pada satu aktivitas yang ingin dia lakukan.“Tunggu!” teriak Alea saat Nathan hendak melajukan mobilnya.“Ijo sayank lampunya. Di marahin orang kita nanti,” ucap Nathan sambil tetap melajukan mobil.A
Alea sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Dia menyapa para tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk sekedar berjalan pagi. Maklum hari ini kan hari minggu jadi warga di komplek Alea sering berolah raga di sekitar lingkungan rumah Alea."Mbak Alea, itu bunganya pada seger-seger. Kaya hati yang nyiram," kata seorang tetangga Alea."Bisa aja loh. Sehat bu?""Sehat Mbak Lea. Sekarang udah enak di rumah ya.""Alhamdulillah bu, lebih nyaman."Alea melanjutkan menyiram bunga. Terkadang dia juga menebang batang yang jelek serta memotong rumput di sekitar."Mbak, kalo mau potong rumput bisa minta tolong Pak Eko. Dia mau kok, kalo pas ga kerja nyambi beberes," sapa tetangga lainnya."Pak Eko satpam bu?""Iya. Seikhlasnya tapi hasilnya bagus. Punya saya beberapa hari kemaren di bersihin Pak Eko.""Eh iya deh, ntar saya minta tolong Pak Eko."Alea meneruskan pekerjaannya. Selain mengurus kebun rumahnya, dia juga m
Alea berkeliling di toko buku, dia sedang mencari buku yang dia cari. Dia sudah menyusuri tiap rak tapi tidak menemukannya juga.Bahkan Alea bertanya ke pelayan di sana tapi ternyata bukunya tidak tersedia. Dia menjadi sedikit bingung saat ini."Ga ada bukunya?" tanya Nathan."Ga ada. Bentar ya, aku mau cari novel," kata Alea sambil berjalan ke rak novel.Alea melihat satu persatu novel yang di pajang di sana. Nathan juga tampak sedang serius membaca sebuah buku."Oh, jadi gini caranya. Kira-kira bakalan aneh ga ya ntar?" kata Nathan."Ah yang penting usaha dulu." kata Nathan sedikit meyakinkan dirinya.Dia meletakkan buku di tangannya. Buku tentang menaklukkan seorang cwe. Nathan sampai membutuhkan panduan untuk menaklukkan hati Alea."Kita pulang yuk?" kata Alea setelah dia mendapatkan novel yang dicarinya.Nathan berusaha membayari belanjaan Alea, tapi Alea menolaknya. Nathan membuang nafasnya kesal. Dia mera
Alea jalan ke kantin utama bersama teman-temannya di club sains. Mereka baru saja selesai belajar bersama."Alea," panggil Kamila."Mila... kok cemberut, kenapa?" tanya Alea saat melihat temannya itu sedikit menekuk wajahnya saat melihatnya."Aku kaya kamu lupain. Kamu udah dapet temen baru di club sains," kata Kamila sedikit protes."Kok ngomongnya gitu sih. Ga kok, aku ga lupain kamu, cantik. Tapi kan emang selasa aku udah harus tes. Maaf ya?""Hehehee... aku becanda kok. Kita makan yuk. Menunya hari ini sop jamur, aku ga suka," kata Kamila sambil memamerkan barisan giginya yang rapi."Aku suka, aku mau sup kamu ya."Alea dan Kamila duduk di meja mereka. Tampak Nathan dan genk super boy's nya sedang berkumpul di satu meja. Mereka tampak sedang asik ngobrol sambil bercanda.Nathan melihat Alea yang sedang duduk di sebrang mejanya. Dia terus menatapnya seolah ingin segera mendatangi gadis itu."Samperin sana, bilang makasih
"Lea, ditunggu di ruangan kepala sekolah lu sekarang," kata salah satu teman Alea yang di temui Alea saat dia hendak menuju ke kelasnya."Ada apa?""Ga tau, lu ke sana aja."Alea meletakkan tas di dalam kelas dan segera ke ruangan kepala sekolah. Dia bertemu Keanu dan Raka di dalam kelas."Hai Alea, gimana keadaan kamu hari?" sapa Keanu saat melihat Alea masuk ke kelas."Baik," jawab Alea singkat. Alea segera pergi lagi keluar kelas untuk menemui kepala sekolah di ruangannya.Tok tok tokAlea mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Setelah di ijinkan masuk, Alea pun membuka pintu dan melihat di dalam ada Clarissa yang di dampingi seorang perempuan paruh baya.Mungkin itu ibu Clarissa. Di sana juga ada Pak Regan sebagai wali kelas Alea dan tentunya kepala sekolah."Masuk sini, Lea," kata Pak Regan menyuruh Alea masuk.Alea duduk di kursi sebelah Pak Regan. Alea sudah mulai menebak, mungkin ini akan membahas hal yang terja
Alea belajar bersama anak club sains. Mereka menerima Alea dengan baik. Alea menerangkan dan membantu teman-temannya belajar.Alea juga senang mendapatkan teman baru. Terkadang Alea masih sedikit merintih karena luka di tangannya masih perih. Apa lagi dia harus banyak menggunakan tangannya."Lea, makasih ya udah bantuin. Besok main sini lagi ya. Cara nerangin kamu tuh lebih enak di mengerti, jadi gampang di inget," kata salah satu anggota club."Aku juga seneng kalo kalian bisa terima dengan semua kekurangan aku. Hmmm aku pulang duluan ya?"Alea membereskan barangnya. Dia berpamitan dan ingin segera beristirahat di rumah. Saat membuka pintu, Alea kaget, Nathan sudah berdiri di depan pintu bersandar pada dinding.Nathan hanya melihat Alea. Pandangan mata mereka bertemu sejenak sebelum Alea melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan. Tapi Nathan terus mengikuti Alea. Ke mana pun Alea pergi, Nathan berjalan di belakangnya."Lea, Nathan di b
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i