“Lihat! Cocok sekali kau pakai!” seruku saat melihat Aamir akhirnya memakai baju itu.
“Kurasa agak canggung. Aku belum pernah memakai tuxedo sebelumnya,” kata Aamir.
Ia pemalu sekali! Jasnya bewarna ungu kehitaman dengan kerahnya yang bewarna ungu menyala. Celananya serasi dengan jas dan kemejanya juga bewarna ungu dengan dasi kupu-kupu bewarna ungu. Ia juga memakai topi yang ada dalam paket baju itu.
“Kau terlihat hebat!” kataku memujinya lagi. “Ayo kita keluar!”
“HAH?” dia berteriak. “Tidak mau!”
Akhirnya kita berjalan-jalan di taman kota. Ternyata Bumi indah juga. Tapi terlalu ramai. Aku memakai gaun yang kubeli kemarin. Gaun sepanjang betis yang berbulu membentuk mawar di bawah kain beludru dengan manik-manik di dadanya. Lengan bajunya panjang dan kerahnya lebar.
Kami duduk di bangku taman di depan air mancur. Aku masih memikirkan apa aku bisa kembali pulang. Aku men
Aku dan Aamir sedang di taman istana waktu itu. Aamir tengah memegang erat kotak itu. Ia begitu khawatir ini semua tidak akan berhasil. Wister juga mengikuti kami di taman.“Apa kau yakin aku bisa?” kata Aamir.“Tentu saja. Kau harus menyimpannya dengan baik. Bagaimanapun caranya!” kataku.“Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan!” guman Aamir.“Santai saja. Aku rasa di Bumi lebih aman. Kakakku benar.” Aku memandang Aamir lekat-lekat. “Kau harus menjaganya dengan baik, Aamir. Kami percaya padamu. Kami tidak mau Jimat itu sampai ke tangan para Waemon. Aku akan kembali untuk menemuimu. Atau kalau tidak suamiku, anakku, ataupun cucuku yang akan mengembalikan Jimat itu ke Warnas.”Aamir menarik napas. Ia mengeluarkannya sambil menguap. “Kalau begitu, aku merasa terhormat, Putri Lilacya. Aku akan menjaga kotak Jimat ini sampai darah penghabisaku. Dan jika kau belum saja kembali untuk men
Color Symphony Waktunya Para Warna BersatuKau sudah mendengar cerita sebelumnya tentang bagaimana para Warnarish Ungu dan pulau mereka yang unik. Dan juga perjuangan mereka mempertahankan kerajaan dan pulaunya. Dan satu hal lagi, anak manusia. Danil, Danniyyal. Ya dia, selalu ingin ditulis lengkap namanya. Juga berjuang bersama para Warnarish ungu, atau terpaksa. Tapi ada satu hal lagi yang harus mereka lakukan. Menghentikan Murghoana, sang selir, penyihir jahat para Waemon, guru Falfayria (mantan) yang sengaja dan sudah berencana menguasai bumi, apapun caranya.Danil dan Falfayria tiba di gudang belakang sekolah Orchid’s. Tapi keadaannya benar-benar berantakan. Barang-barangnya berjatuhan dan bergele
“Ini sangat keren! Tapi sebenarnya Warnarish ungu sangat beruntung karena membawa dua orang ke planet ini. Mari kita mulai pengenalan masing-masing, mulai dari …,” katanya menunjuk-nunjuk.“Hei,aku sebenarnya bukan .… “ potong Danil.“Jangan menyela! Mulai dari aku. Oke, namaku Taffie Pinqoe. Dan kekuatanku adalah sinar dari tulisan jari atau tanganku dan membuatnya meledak saat aku melemparnya. Kadang, aku juga bisa memanipulasi pikiran, emosi, dan perasaan sesuatu dan membuatnya penuh dengan cinta,” kata si Pink.”Nah lebih baik kita membuat lingkaran dan mulai selanjutnya searah bola langit berputar.”“Bola langit? Maksudmu satelit. Bulan? Matahari? Bintang?” Danil menyela lagi.“Mulai dari gadis ungu ini,” kata Taffie tanpa menghiraukan Danil.“Aku Falfayria Thistle. Putri di kerajaan ungu. Kekuatanku bisa dibilang, sihir. Aku bisa mengeluarkan bola cahay
Murghoana tertawa saat menyerang gedung sekolah. Dia menyerang dengan sihirnya yang bewarna pucat dan mengerikan. Sepertinya kekuatannya menggelegar saat ia sampai di gudang. Karena sekarang, gedungnya tidak hancur. Hanya menyebabkan bekas ungu pucat gelap di dinding bertingkat tiga itu. Jendelanya ada beberapa yang retak. Saat selesai memuji dirinya. Ia sadar kalau kekuatannya disini tidak sekuat yang biasanya. Ia tak ambil pikir. Ia terkejut melihat sebelas anak dengan marah dan menggemaskan berlari dan berteriak kepadanya. “Murghoana!” seru Taffie,”Kau tak akan kubiarkan lolos kali ini!” “Oh,benarkah?” kata Murghoana. ”Kalian bahkan belum bertemu aku selama ini.” “Memang benar. Tapi kau salah satu dari Waemon, selirnya,” kata Pytch. “Bisakah, sebentar saja semua orang berhenti memanggilku seperti itu?” gerutu Murghoana. “Kalian membuat kami menderita! Sekarang kami terpisah lagi gara-gara kelakuan bejat kalian,” Timpal Salvero memberengut.
Murid-murid terkesiap dan terkagum melihat ini. Falfayria kelihatan pucat pasi. Ia menggeram dan menyerang Murghoana dengan bola besar sihirnya. Emosinya juga bisa jadi kekuatan. Ia melesatkan bola cahaya itu ke Murghoana sampai ia menabrak tembok di belakang panggung dan tersungkur di tanah. Murghoana berintih ketika mencoba berdiri. Menopang kedua tangannya dan kakinya. Para Auru menghampiri dan mengambil ancang-ancang menyerangnya. Falfayria menghampiri Danil. Sudah dua kali ia hampir kehilangannya. Dan sekarang ia terlihat pucat, kusam, dan dipenuhi asap. Rambutnya berubah jadi ungu ke-abuan. Mukanya juga. Falfayria menangis di dadanya. Kemudian Danil menggerakkan matanya yang tertutup. Ia terbatuk-batuk. Falfayria terlonjak karena kaget. Danil lalu tersadar. Falfayria menghela napas lega. Ia lalu menopang pundak Danil.“Kau seharusnya tak melakukan itu! Kau baik saja?” kata Falfayria pelan.“Kau gak usah mikirin hal itu. Itu gak penting,” s
Falfayria mengerti. Ia meminta Bayru untuk memutar kran air di belakannya. Bayru agak tak mengerti. Untungnya krannya bentuknya seperti kran jaman dahulu—seperti kincir. Bayru memutar krannya. Air keluar dari krannya. Falfayria memintanya untuk mengatur airnya ke arah para Auru. Seperti pancuran beberapa air. Dengan mudah Bayru melakukan hal itu. Ia memainkan jari dan tangannya untuk mengatur arah air dan membaginya seperti pipa pancuran air. Saat air sudah mengucur di dua belas arah ke Murghoana. Masing-masing Auru menyentuh air yang mengalir. Warna airnya yang jernih berubah warna juga. Seperti cahaya yang dibiaskan. Tapi kali ini warnanya juga menghiasi Murghoana—atau lebih tepatnya membuatnya seperti es krim pelangi. Danil tertawa. Para Auru berekspresi menilai karya yang telah mereka buat.“Bagus! Tapi sepertinya ada yang kurang,” kata Taffie sambil menyentuh dagunya dengan telunjuknya.“Biar kubereskan!” seru Mayachit. Ia lalu
Danil mulai tersadar. Ia terbaring di ranjang. Salih dan Ghina berada di ruangan ia dirawat. Ghina yang sedang memandang ke jendela menoleh ke arahnya.“Hore! Danil sudah siuman!” teriak Salih sambil menepuk kaki Danil. Danil kaget dan membuka matanya lebar.“Salih! Jangan begitu!! Dia baru saja bangun,” bentak Ghina.“Sudah berapa lama aku pingsan?” tanya Danil pelan.Ghina dan Sanil menatapnya. Kemudian Salih tersenyum nakal.“Kau sudah pingsan selama dua minggu,” katanya“Apa?!”“Hush! Kau pingsan kemarin dan baru bangun pagi ini, Danil,” sahut Ghina.“Lagian kamu aneh banget, sih. Pingsan gara-gara layanin orang-orang aneh. Dan katanya Falfayria juga terlibat, ya? Bahkan kamu juga,” kata Salih memanas-manasi.“Tidak! Gadis itu hanya mirip Falfayria. Dan aku memang disuruh ikut. Tapi hanya bisa improvisasi.” elak Danil deng
“Aku masih tidak mengerti kenapa kau menangis waktu itu,” kata Salih.“Sudah kubilang aku gak nangis,” Danil menyangkal.“Ya, ya. Terus kenapa matamu begitu?”“'Kan aku dah bilang perih.”“Terus kenapa kau bisa kesini? 'Kan kau bilang kau gak akan datang ke pensi.”“Yah, karena sekarang kedua orang tuaku yang tadi mengumumkan bahwa sekolah ini akan menjadi sekolah negeri. Mereka ingin aku ikut, dan bukan mereka saja yang memaksaku ikut. Lagian, sekali-kali boleh, kan?”“Kenapa kau jadi setenang ini, sih?”“Aku memang seperti ini. Dan sebaiknya kita menikmati pertunjukkan sisanya.”“Ya, sebelumnya kan penampilan dari beberapa ekskul sekolah, terutama cabaret dan musik. Dan sekarang yang artisnya.”“Besok maulidnya.”“Ya Allah, masih juga mikirin itu. Lagian siapa yang punya ide Tarzan ketemu
“Wuah, jadi begitu! Apa kalian semua setuju?” seru Taffie penuh semangat.Kedua belas Auru terdiam sembari mengerjap bingung. Bayru menelan ludah, teringat akan kejadian lama tentang manusia. Ivoria juga terlihat tak yakin. Blazore terdiam, tak peduli. Pytch memandang Nayle yang semringah. Salvero memandang warnarish berlalu-lalang, tak mau peduli. Maya menatap Taffie serius. Kochop mengernyit. Karmin memainkan api di tangannya. Boltya memandang api di tangan Karmin menari-nari.“Taf, aku sudah bilang padamu, akan bahaya kalau kita benar-benar berbaur dengan manusia. Dan jumlah yang ingin masuk ke sekolah ada … dua belas? Hampir sepertiga dari angkatan kelas baru setiap tahunnya!” tutur Falfayria. “Lagipula, apa kita terus bisa menahan kekuatan kita dan mengubah warna-warna di sekitar kita?”“Aku setuju, lagipula aku tidak perlu sekolah lagi!” sahut Karmin, Auru Abu-Abu. “Bayru pun coba-coba mencari pekerjaan di Bumi, dan lihatlah apa yang terjadi. Selain murid apa kau mau kami bekerj
Taffyandria dipandang sinis oleh Peonie. Raja Pinqoe menatap lirih putrinya.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya sang raja.“Apa yang Ayahanda lakukan dengan seenaknya pada warnarish yang tidak bisa apa-apa dan hanya mengikuti eksekusi sampai akhir! Ayahanda tidak pernah peduli para warnarish Pink yang dieksekusi! Dan sekarang Ayahanda juga akan melakukannya pada Meagantya? Hanya karena selir baru dengan paras cantik, anggun, pintar, bisa segalanya, kebalikan dariku ini menuduhnya pembunuh karena sebuah botol beracun yang ditemukan Meagantya? Kenapa Ayah juga tidak curiga dengan botol racun yang sudah ada di kamar Nyonya Peonie? Apa yang selir itu lakukan? Apa dia mau bunuh diri? Atau mau meracuni salah satu dari kita?”“Taffyandria!” gertak Raja Pinqoe.“Kenapa tiba-tiba Meagantya dijadikan tersangka pembunuhan? Apa motifnya? Karena pertemuan kemarin siang? Sikap Nyonya Peonie yang menyebalkan karena terus menggan
Tubuh Taffie bergetar saat mendengar saat Meagantya divonis ingin meracuni Selir Peonie. Mentor favoritnya yang selalu mendidiknya dengan sabar dan penuh ilmu membuatnya semakin yakin kalau itu semua hanya tuduhan palsu. Meagantya akan dieksekusi hari ini. Sungguh kejam dan tergesa-gesa. Taffie tahu perbuatan siapa ini. Namun, kotak hadiah di nakasnya membuatnya bertanya-tanya siapa gerangan yang memberinya. Dia membaca kalau Peonie memberikan kotak itu, tetapi tatapan sinisnya saat Taffie mengamuk ketika mendengar eksekusi Meagantya, dia ragu wanita titisan waemon itu yang memberinya. Taffie teringat tempo hari ketika Peonie, Meagantya, dan dirinya duduk di taman. Dia tidak tahu kalau wanita mengerikan itu akan datang. Meagantya tersenyum selayaknya sebuah rencana berhasil. Taffie hamper saja menembakkan bola-bola cahaya di sekitarnya. Dia tidak sudi bertemu Peonie di waktu luangnya. Lain hal dengan Meagantya, kalau bisa Taffie bisa sekamar d
FantarnaAll in ColorsPetualangan Para Auru WarnaWarnarish yang selamat dari pemusnahan akhirnya tinggal di sebuah gua tersembunyi di suatu pulau di Bumi. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan Bumi di sekitarnya. Bersama dengan para warna lainnya, mereka hidup bersama, secara rahasia. Namun, para Auru penjaga yang penasaran dengan seisi Bumi memutuskan untuk berpetulangan. Beretemu dengan penduduk Bumi dengan sifat bermacam-macam.Tantangan ddan rintangan diarungi, resiko dihadapi, maut pun menanti.Namun, yang paling buruk adalah penyihirr terkuat Waemon akhirnya menemukan cara untuk bergabung dengan para Warnarish.Memusnahkan mereka untuk selamanya!The Pink One: Color of The HeartTaffie hanya mengingkan kebah
Malam ini merupakan malam yang paling bersejarah. Malam yang paling berbeda dari malam yang lain. Setidaknya itulah menurutku. Meskipun aku hanya menjadi pengurus dalam acara ini tetapi tetap saja malam ini sangat berarti untuk kita semua, para warnarish. Baiklah, mungkin aku agal berlebihan. Tetapi aku sudah tidak sabar dengan acara ini. Dan—ohh, sang auru biru juga ada disini, pengawalnya adalah kekasihku. Entah kemana dia dua hari kemarin, tetapi karena dia sudah ada disini jadi mungkin ini adalah hal yang bagus. Aku masih tidak tahu kalau para auru akan melawan warnarish lain juga atau melawan sesama auru juga. Yang pasti malam ini akan menjadi malam yang tidak terlupakan. Olimpiade ini adalah olimpiade dimana setiap warnarish dari semua warna yang berbeda, 12 warnanya, akan berduel sampai ke final, UNTUK PERTAMA KALINYA!!! Dan aku, Shyan Chann akan ikut juga. Melawan warnarish yang hebat dan juga berkompeten. Ah, aku sudah tidak sabar. Tiba-tiba aku mendenga
Sang Ketua yang mereka bicarakan ternyata hampir mirip dengan mereka. Dia tinggal di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu. Tirai masuknya dibuat dari kulit kelapa. Bayru dipaksa masuk kesana dan melihat ketua tiga orang tadi duduk bersila. “Apa ini? Orang yang terdampar lagi?” kata Sang Ketua. “Begitulah,” kata salah satu dari mereka. “Tapi yang satu ini aneh,” yang sebelahnnya menjelaskan, “Tidak ada kapal atau sampan apapun!” “Mungkin dia jatuh dari kapal dan kemari!” ujar yang satu lagi. “DIAM!” seru Sang Ketua. Bibir Bayru berkedut. Kemarin dia bertemu profesor psikopat, sekarang sekte orang aneh. “Apa sejak pertama kali melihatnya dia basah, atau bagaiman?” Kedua orang itu saling berpandangan dan yang satu lagi menggarukkan kepala. “Kami tidak tahu! Dia tiba-tiba ada di depan pulau.” “APA??? Itu tidak mungkin! Jika dia sudah ada disini dari kemarin, seharusnya kita tahu bukan?” Tidak! Ka
Falfayria agak terkejut saat ibu Danil yang membukakan pintu untuknya dan langsung memeluknya.“Oh, kau pasti ketakutan ya, Anak Manis!” serunya.Pasti ada sesuatu yang salah. Apa Danil tidak sengaja menceritakan apa yang terjadi?“Umma! Kenapa tiba-tiba?” kata Danil.“Oh, dia pasti kemari untuk memastikan kau baik-baik saja. Lagian kenapa kalian malah berpisah?”“Soal itu ....” Falfayria berhenti sejenak. “Sebenarnya aku sudah pulang dari tadi, tetapi karena rumahku gelap karena masih direnovasi jadi aku sebenarnya ingin menginap disini, maksudku ... ya—sebenarnya—”“Ohoho, pantas saja. Lagipula tidak apa-apa kau menginap disini. Dan apakah itu saudaramu?”Falfayria mengernyit. Dia tidak menduga ada yang mengikutinya. Jika itu Byzan, maka habislah dia.“Ah, bukan! Apa aku temannya Danil, juga?”Falfayria menoleh. Ternyata buk
Niatnya untuk membantu Arabella menjelaskan semuanya, Arabella sendiri yang menjelaskan semua. Mereka hanya mendengarkan sembari Arabella menjabarkan apa yang terjadi dan menunjukkan-nunjuk ke siapapun yang dia ceritakan. Setidaknya Falfayria bisa tenang sedikit. Tetapi luka di bahu Danil membuatnya bersalah. Dia memandang Danil yang kini sudah siuman di mobil ambulans. Danil tidak mau dibawa ke rumah sakit, dia memaksa. Memang peluru yang mengenainya itu kecil, tetapi tentu saja dia perlu pengobatan yang serius.Di sisi lain, Bayru dan Aquwamarie saling membisu. Tidak ada lagi perdebatan antara pengawal dan tuannya. Bayru masih merasa tidak enak karena dia bertindak senaknya, dan kejadian yang menimpanya ini memang tidak pernah ia pikirkan. Aquwamarie juga merasa begitu, sebagai penjaga Auru dia seharusnya lebih memperhatikan Bayru dan mengawasinya di setiap waktu dimanapun.Semua warnarish menjaga perasaan dan emosi mereka agar mereka tidak sepenuhnya berubah. Untuk
Falfayria tidak menduga bahwa pria itu sudah tahu dia berbeda. Bahkan Aquwamarie.Seharusnya kami menyelinap lebih cepat. Danil sekarang terluka. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku jika Arabella disini! Falfayria membatin.“Dasar pria tua kejam! Apa yang kau lakukan pada Danil?” hardik Arabella.Tomo hanya terkekeh-kekeh. Tidak peduli apa yang dikatakan gadis itu.Arabella semakin kesal. Dia berteriak menerkam Tomo, tetapi Tomo menghindarinya dan menjambak rambutnya, membenturkan ke tembok. Darah mengalir di dahi Arabella, dia pun terjatuh.Falfayria tertegun. Dia saling berpandangan dengan Aquwamarie.Yah, mungkin saatnya untuk menunjukkan kekuatanku.“Nah, dua gadis favoritku! Gadis asing dari planet lain. Kalian juga akan bergabung dengan penelitian besarku. Aku tidak akan memberikan kalian pilihan. Bergabung denganku atau teman kalian tidak akan selamat, kalian tahu,