Dasta bangun lebih awal dari Shaka, melirik Shaka yang semakin meringkuk dalam tidurnya. Bisa Dasta pastikan jika pria itu mengalami masuk angin dan flu saat bangun nanti.
Bagus sih! pikir Dasta tersenyum jahat.Dasta melangkah masuk ke dalam kamar mandi, ia ingin membersihkan tubuhnya sebelum pria gila itu bangun. Ya, sekarang Dasta lebih suka memanggil Shaka dengan julukan pria gila. Lidah Dasta lebih enak saat menyebutkan kata itu.Cepat Dasta memulai ritual mandinya dan keluar dari kamar untuk membantu sang ibu, yang pasti sudah bangun dan berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan.Tak membutuhkan waktu lama bagi Dasta untuk mandi, sekitar sepuluh menit ia sudah selesai mandi dan keluar. Berjalan ke arah lemari mengambil pakaian miliknya yang sebagian memang sengaja ia tinggalkan di rumah, dan untungnya itu sangat berguna.Dasta melirik Shaka kembali yang masih pada posisinya semula sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi tadi. Pakaian yang di kenakMusic instrumental diatas semoga cocok dengan part ini Hampir seminggu Shaka tinggal di rumah mertuanya, selama seminggu itu pula Dasta tak henti-hentinya menguji kesabaran Shaka. Berbagai macam hal sudah Dasta lakukan untuk Shaka agar pria itu merasa bosan dan tak betah lebih lama lagi tinggal bersamanya.Sebaliknya, rencana Dasta harus pupus ketika melihat Shaka yang begitu semangatnya malah menyuruh orang suruhannya untuk memindahkan semua barang-barangnya yang ada di rumah mereka berdua ke rumah orang tua Dasta.Dasta menepuk jidatnya sendiri saat menyaksikan hal itu. Kini lemarinya tak hanya berisikan pakaiannya saja, tetapi kini juga berisikan pakaian milik Shaka.Tak hanya itu saja, Shaka juga membeli tempat tidur baru yang cukup luas untuk berdua. Alhasil seisi kamar Dasta di sulap menjadi baru olehnya. Shaka tersenyum puas memandangi kamar Dasta, keinginannya terpenuhi sekarang hingga tak membuat dia harus lebih lama lag
Shaka tak konsentrasi di kantornya, entah kenapa pikirannya terus melayang ke wajah Dasta beserta ucapan wanita itu yang mengatakan jika ia tidak percaya dengan perubahan sikap Shaka yang menjadi manis dan lembut dalam sekejap.Entahlah, Shaka juga tak mengerti pada perubahan dirinya sendiri. Awalnya ia memang berniat membawa Dasta kembali ke rumah mereka, tapi sepertinya Shaka harus bersabar untuk itu melihat Dasta yang tampak senang mengujinya. Shaka bukannya tidak tahu jika Dasta sedang mengujinya dari hari pertama ia memutuskan untuk ikut tinggal di rumah mertuanya itu. Hanya saja Shaka mengikuti alur permainan yang Dasta buat.Shaka rela mengalami flu untuk itu karena memang jujur ia merasa gerah jika harus berbagi ranjang sempit itu bersama Dasta. Syukurlah sekarang sudah ia ganti yang lebih besar, sehingga sekarang Shaka tak akan merasakan dinginnya lantai lagi.Shaka jadi berpikir, hal selanjutnya apalagi yang akan Dasta lakukan untuk dirinya.
Music instrumental diatas semoga cocok dengan part ini #######Dasta teringat dengan kartu nama pemberian Gee di cafe siang tadi, Dasta mengambil benda itu yang tersimpan di dalam tasnya. Setelah berhasil mendapatkannya Dasta duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan dengan seksama kartu nama itu.Dari situ Dasta tahu nama panjang dari Gee, ternyata Gee ini seorang pebisnis sekaligus pengusaha sukses juga sama seperti Shaka dan keluarganya."Gee Ranata." "Apa?" Dasta tersentak kaget saat mendengar suara Shaka yang bertanya cukup kuat, dengan cepat Dasta menyembunyikan kartu nama itu di balik punggungnya. Terlihat Shaka yang baru keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuknya saja yang melilit dari pinggangnya sampai lutut. "Kau bilang apa tadi? Ge—siapa?" "Memang aku tadi bilang apa?" tanya balik Dasta pura-pura tak mengerti.Mata Shaka menyipit curiga. "Apa yang kau sembunyikan itu." tunjuk Shaka ke arah tangan
Music instrumental diatas semoga cocok dengan part ini Coba dengerin deh, enak banget ❤️°°°°°°°°°Gee keluar dari kantornya dengan terburu-buru, Gee menghiraukan sapaan para bawahannya. Ia celingak-celinguk ke sana-sini saat sudah sampai di luar kantor.Berharap bahwa ia melihat Dasta ada di sekitar sini karena hatinya merasakan kehadiran wanita itu. Entahlah, mungkin hanya perasaannya saja.Dengan langkah gontai Gee masuk kembali ke dalam kantornya. Si resepsionis cantik tadi melihat bosnya yang kembali masuk dan langsung melangkah mendekati."Pak Gee," panggilnya menyapa ramah."Ya, ada apa Marissa?" tanya Gee melihat resepsionis itu yang bernama Marissa."Anu pak-" Marissa menggabungkan kalimatnya bingung ingin mengatakannya."Anu, apa?" "Tadi ada seorang wanita yang datang ke kantor mencari bapak." "Seorang wanita? Mencari saya?" Marissa mengangguk. "Lalu, dimana dia?" "Sudah saya usir pak."
Music instrumental diatas Setelah mereka resmi memutuskan berteman, kini keduanya semakin dekat dan saling sering bertemu. Seperti saat ini, Dasta dan Gee kembali berjanjian untuk bertemu di tempat biasa. Cafe yang lokasinya terletak dekat dengan toko roti tempat Gita bekerja."Ini!" Gee menyodorkan sebuah bungkusan kado yang ukurannya tak terlalu kecil namun tak juga terlalu besar."Apa ini?" tanya Dasta kaget."Jika kamu penasaran, maka bukalah." titah Gee tersenyum geli melihat reaksi wajah Dasta yang kaget bercampur penasaran.Dengan rasa penasaran luar biasa, Dasta membuka bungkusan kado itu semangat. Sebuah kotak yang juga langsung di buka Dasta, dan isinya sebuah kotak kecil lagi yang dengan cepat juga Dasta buka."Gee, ini-" Dasta tak bisa melanjutkan ucapannya karena syok luar biasa."Itu untukmu Dasta," "Untukku?" ulang Dasta, Gee mengangguk."Bagaimana? Apa kamu suka?" tanya Gee antusias."Aku
"Ponsel?" ucap Dasta tak percaya jika hari ini ia akan mendapatkan hadiah dari dua orang pria sekaligus.Satu dari Gee dan yang satunya lagi dari suaminya sendiri, Shaka. Suami yang kini sangat di bencinya, dari rasa cinta yang perlahan menuai benih kebencian di diri seorang Dasta Rasnita."Bagaimana? Kau suka?" tanya Shaka penuh antusias. Pria itu sangat berharap jika Dasta menyukainya dan menerima hadiah pemberiannya.Dasta terdiam dan hanya memandangi ponsel pemberian Shaka di tangannya saat ini. Sungguh, ia tidak tahu harus memilih ponsel yang mana. Ponsel pemberian Gee atau ponsel pemberian Shaka."Untuk apa?" tanya Dasta. "Untuk apa kau memberiku sebuah ponsel?" "Untuk memudahkanmu menghubungiku dan keluarga kita." jawab Shaka kikuk. Ia sedikit ragu saat mengatakan menghubungiku, apa mungkin Dasta mau menghubunginya saat mereka berjauhan? "Kenapa repot-repot melakukan itu," Dasta menaruh lagi ponsel itu ke dalam kotak. "Ini!" Dasta menyodork
Wajah tampan itu tersenyum licik menatap layar ponselnya yang menampilkan isi pesan dari wanita yang menjadi objek untuk di dekatinya kali ini.Kedua manik mata cokelat itu menatap tajam sahabatnya yang tampak fokus pada layar ponselnya sembari menikmati candunya. Mulutnya mengeluarkan gumpalan asap rokok yang tengah dihisap untuk merasakan kenikmatannya, begitulah yang di rasakan mulutnya.Gee meletakkan ponselnya ke meja, lalu menatap tajam ke arah sahabat wanitanya itu."Bagaimana?" tanya wanita itu."Berhasil," jawab Gee tampak puas dan bangga."Bagus, sangat bagus.""Tapi, Mei, tidakkah menurutmu ini terlalu mencolok?" tanya Gee was-was."Mencolok bagaimana?" sahut wanita yang bernama Mei itu."Ya, menurutku saja. Secara aku mendekatinya terlalu singkat, apakah tidak menimbulkan kecurigaan untuknya?"Mei tertawa. "Kau takut akan hal itu, kau takut ketahuan ya."Gee mengangguk mengiyakan. "Tentu
Mental dan jiwa anda sedikit terganggu pak Shaka. Apakah anda pernah mengalami hal buruk atau semisalnya meminum obat-obatan seperti stress dan depresi? Kalimat-kalimat itu terus berputar di kepala Shaka, ia memegang kepalanya erat saat merasakan pusing.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Shaka masih betah berada di ruangan kantornya. Tadi siang Shaka datang menemui psikiater dan menanyakan perihal kondisinya. Apakah benar ia mengalami gangguan jiwa pada dirinya, atau ada penyakit aneh dan langka lainnya seperti DID mungkin? Walau besar kemungkinan tebakan yang kedua itu salah, karena selama 27 tahun Shaka hidup. Ia baru merasakan ke anehan pada dirinya semenjak orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan Dasta.Saat itu Shaka masih menjalin hubungan dengan Meika Litsi, dan Shaka memutuskan hubungan dengan Mei ketika Dasta nekat melakukan percobaan bunuh diri waktu itu.Selama menjalin hubungan dengan Mei, Shaka selalu rut
Sebulan sudah berlalu semenjak insiden itu terjadi, namun kondisi Dasta masih seperti biasa. Wanita itu kehilangan keceriaan dirinya yang selama ini selalu terlihat, semakin hari Dasta terlihat semakin murung dan kerap kali mengelus perutnya. Masih jelas terlihat jika Dasta masih tak terima akan fakta yang menyatakan jika ia kehilangan calon anaknya.Calon anaknya yang bahkan belum ia tahu berapa minggu ada di dalam rahimnya. Calon anak yang bahkan belum sempat ia berikan kejutan untuk Shaka akan kehamilannya. Jelas hal ini tentu membuat Shaka terpuruk dan sakit hati, Shaka yang belum tahu mengenai kehamilan Dasta malah langsung mendapat kabar keguguran istrinya. Di tambah lagi Dasta yang mengalami pendarahan hebat saat itu, keadaan kacau dan Shaka seperti mahluk tak bernyawa pada saat itu juga.Kehilangan sang calon anak yang membuatnya terpukul dan ia juga tak ingin kehilangan istrinya. Tuhan mengabulkan doanya, syukurlah lima hari setelahny
"Ya Tuhan! Selamatkan aku!" doa batin Dasta yang menjerit.Sepertinya baru beberapa menit saja Dasta bisa bernafas lega, tapi harus kembali merasakan sesak nafas yang ngos-ngosan saat melihat Mei yang kembali datang dengan anak buahnya yang mengawal dirinya kanan-kiri.Dasta melirik ke arah tangan kiri Mei yang tadi terluka kini sudah di balut perban. Merasa plong ketika wanita itu sudah mengobati tangannya sendiri."Syukurlah kau sudah mengobati tanganmu Mei," ucap Dasta tersenyum."Jangan pernah menebarkan senyum palsu penuh kelicikanmu itu." hardik Mei sarkastik."Maaf? Maksudnya?""Aku tahu jika senyumanmu itu hanyalah sebuah kepalsuan, kau memiliki daya tarik untuk memikat agar orang lain luluh dengan senyummu. Kau memakai susuk kecantikan, bukan?"Dasta ternganga mendengar ucapan Mei, apa maksud wanita itu mengatakan Dasta memakai susuk kecantikan?
"Hentikan!!!" teriak Dasta sekuat mungkin agar menghentikan gerakan tangan Mei yang mengeluarkan sebuah pisau untuk membunuhnya."Kenapa? Kau takut juga dengan yang namanya mati ternyata.""Ini tidak bener Mei, ini salah. Ku mohon sadarlah Mei, jangan bertindak nekat melakukan ini." bujuk Dasta lembut agar Mei luluh dan berubah pikiran.Sumpah demi apapun saat ini Dasta sangat ketakutan dengan tubuh yang gemetaran luar biasa. Ia takut Mei benar-benar serius dengan keinginannya untuk melenyapkan Dasta, sebisa mungkin Dasta harus bisa membujuk wanita yang nyaris gila ini agar mau melepaskannya."Sadar, huh? Aku bahkan sangat sadar dengan apa yang ku lakukan ini, Dasta. Bahkan aku juga sangat senang dengan hal yang ingin ku lakukan ini. Ah, aku sudah lama tidak melakukan ini, biasanya aku akan langsung melenyapkan seseorang yang berani mengusik hidupku. Dan karena kau yang termasuk salah satu orang yang men
Setelah mengubungi mertuanya mengabarkan mengenai keberadaan Dasta yang tak ada di rumah, Shaka pun mengubungi nomor ponsel Gita sahabat dekat istrinya. Gita juga mengatakan bahwa Dasta tak ada bersamanya, kepanikan Shaka semakin meningkat, ia pun menghubungi Rasty adiknya menanyakan apakah Dasta ada di rumah. Dan lagi-lagi jawaban yang harus Shaka terima adalah Dasta tidak ada datang ke rumah, saat Rasty bertanya ada apa Shaka pun menjawab tidak apa-apa. Tak mungkin ia mengatakan firasat buruknya mengenai Dasta pada adiknya yang tengah hamil tua yang sebentar lagi mendekati hari kelahiran.Dengan langkah yang lemah dan goyah, Shaka tetap memaksakan kakinya untuk bangkit berdiri. Rasa panik yang melanda dirinya secara pesat pun tak mempedulikan langkahnya yang tampak seperti orang kesurupan. Shaka pun tak menghiraukan jarinya yang tergores pecahan kaca tadi, Shaka mendengar suara ribut-ribut saat ia sudah di luar kantor.Terlihat dua orang satpam te
Byuurrr.Dasta tersentak bangun dari pingsannya ketika merasakan semburan air dingin ke wajah dan tubuhnya. Perlahan kelopak matanya terbuka, menatap siapa seseorang yang menyiramnya dengan air barusan.Seorang pria berbadan tinggi tegap, kulit hitam dan kepala plontos yang barusan menyiramnya dengan seember air yang terasa sangat dingin.Dasta tertegun dengan kepala yang berdenyut pusing memperhatikan keseluruhan sudut ruangan ini.Belum lagi kekagetannya pulih akibat bingung dimana dan tempat apa itu, yang lebih mengagetkan Dasta adalah kondisi tubuhnya yang terikat, kaki dan tangannya di ikat kuat ke kursi belakang.Dasta juga baru sadar jika tak hanya satu orang pria saja, tapi ada dua orang pria lagi yang pas berdiri di depan pintu yang menatapnya tajam.Ya Tuhan! Dimana sebenarnya aku ini? Tempat apa ini? teriak batin Dasta terisak.Dasta menundukkan kep
Dua bulan kemudian...."Huueeekk," suara muntahan yang kembali Dasta rasakan.Terhitung ini sudah yang ketiga kalinya Dasta muntah-muntah di pagi hari. Hal ini pun tak sekali dua kali Dasta rasakan. Sudah hampir seminggu belakangan ini Dasta mengalami muntah, tapi tak sekalipun ia mengatakannya pada Shaka maupun kedua orang tuanya.Ya, dua bulan telah berlalu semenjak kejadian di cafe yang membongkar kedok kebusukan Gee dan Mei. Sejak hari itu baik Shaka maupun Dasta sama sekali tak mendengar kabar dari Gee dan Mei. Entahlah, dua hama itu seakan menghilang di telan bumi tak mengusik kehidupan rumah tangga mereka.Pernah suatu hari Dasta melihat Gee yang tengah berdiri di depan rumahnya yang masih tinggal di rumah kedua orang tuanya. Dasta panik dan langsung ingin menerjang Gee, tapi sebelum itu Gee masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Dasta.Dasta yang tak ingin meraha
Dasta tersenyum menggoda Shaka yang tengah memperhatikannya bagai predator, hujan turun dengan derasnya malam ini membuat hawa dingin begitu terasa hingga menusuk kulit. Entah Dasta memang sedang menguji iman Shaka atau tidak, intinya malam ini Dasta sengaja mengenakan pakaian tidur super tipis hadiah pernikahan mereka dari Rasty.Shaka yang baru masuk ke kamar sehabis makan malam berlangsung tadi tentu saja kaget sekaligus syok dengan apa yang di lihatnya. Istrinya menyuguhkan pemandangan yang indah untuknya, terlebih lagi tingkah dan pose Dasta yang tampak berani duduk di tepi ranjang.Shaka tersenyum melihat usaha istrinya yang sedang mencoba menggodanya, padahal tidak di goda pun Shaka memang selalu bergairah dan tergiur dengan Dasta."Jadi, ini alasanmu kenapa izin terlebih dahulu masuk ke kamar saat makan malam tadi?" tanya Shaka terkekeh seraya menggelengkan kepalanya tak percaya."Surprise!" teriak Dasta gem
Dasta terisak di dalam mobil selama perjalanan arah pulang, rasanya sangat sakit apabila kau menemukan kebenaran secara langsung dari mulut seseorang yang kau anggap teman dan sangat kau percayai.Berulang kali Shaka sudah membujuk sang istri untuk tenang dan menenangkan dirinya agar berhenti menangis. Tapi, Dasta yang merasa sangat terpukul pun tak merespons ucapan suaminya."Aku menyesal karena sedari awal sempat meragukan ucapanmu yang menuduh Gee orang jahat bang. Aku pikir ucapanmu pastilah salah, melihat bagaimana baiknya Gee padaku." ucap Dasta di sela isak tangisnya.Shaka diam mendengarkan segala unek-unek dihati Dasta sambil masih tetap fokus menyetir memperhatikan jalanan."Tapi setelah melihat dan mendengar langsung semua yang keluar dari mulut Gee, aku jadi membencinya. Dia pria jahat yang bertopeng malaikat kebaikan."Cukup!Shaka sudah tak tahan lagi mende
"Jadi, ada apa sebenarnya kamu ingin mengajakku bertemu hari ini?" tanya Gee tanpa basa-basi lagi karena ia sungguh muak berada di situasi seperti ini.Dasta dan Shaka saling menatap sebelum mereka berdua menjawab pertanyaan Gee, tatapan yang penuh makna diantara mereka."Gee, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu." ucap Dasta memberanikan diri mengutarakan maksud dan tujuannya."Apa itu?" tanya Gee tak sabar dan terlihat gelisah.Tangan Dasta bergerak membuka clutch bag-nya, mengeluarkan sesuatu yang secara otomatis membuat kedua mata Gee terbelalak kaget."Ini aku kembalikan Gee," kata Dasta menyodorkan ponsel pemberian Gee untuknya beberapa waktu lalu."Kenapa?" tanya Gee yang dari nada suaranya terdengar jelas jika Gee sedih karena Dasta yang mengembalikan hadiah berupa ponsel pemberiannya."Karena aku sudah mempunyai ponsel pemberian bang Shaka," jelas