Beranda / Romansa / Fake Love / Dituduh Perebut Pacar Orang

Share

Dituduh Perebut Pacar Orang

Penulis: Rina Anggriani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-08 10:29:10

Pagi hari di kampus, Dinda dan Fina berjalan menuju gedung fakultas ekonomi. Fina melihat Dinda yang senyum-senyum sendiri heran, ada apa dengannya? 

"Din? kamu bahagia kali ya? sampai-sampai senyum terus dari tadi?" Tanya Fina.

Dinda masih tersenyum dan melihat mata Fina. 

"Haduh kalau ketahuan sama Fina kacau nih." Ucap Dinda dalam hati.s

Ia pun segera mengubah ekspresinya menjadi biasa aja.

"Em.. gak juga si Fin, cuma bahagia aja kemarin ditempat kerja aku gak ada masalah lagi." 

Fina mendengar ucapan Dinda hanya mengangguk-anggukan kepalanya seakan masih ada kejanggalan yang terjadi.

Mereka berdua terus berjalan hingga memasuki gedung fakultasnya dan akan menuju ke kelas mereka. Ketika hendak menaiki tangga, ada seorang pria yang sedang berdiri seolah sedang menunggu kekasihnya dengan memegang setangkai bunga mawar merah ditangannya. Sementara dibelakangnya ada banyak para mahasiswi yang berkerumun memandanginya berharap bunga itu akan diberikan pada mereka. Dinda yang melihat Adit berdiri disana merasa terkejut, seketika ia memalingkan wajahnya. 

Sementara Adit yang telah menunggu kedatangan Dinda, tersenyum manis kearahnya dan berjalan perlahan untuk mendekati Dinda. Mahasiswi yang lain melihat itu menjadi sangat iri.

"Good morning beb!" Ucap Adit sambil memberikan setangkai bunga mawar merah itu.

Fina yang berada disamping Dinda terkejut bukan main. Dan Dinda hanya tertunduk, tak tau apa yang harus dia lakukan.

"Din? kenapa diam aja?" Tanya Adit heran.

Dindatertunduk diam meratapi keadaannya lalu mendongakkan kepala ke arah Adit dan menatap matanya.

"Apa ini sungguhan? Kukira semalam dia hanya main-main saja. Lagian aku kan gak ada niatan tambahin pacar, pacarku di Korsel sana mau diapain? Tapi kenapa dengan jantungku ini ya? kok rasanya susah bernapas." Gumam Dinda dalam hati.

Dinda tak sadar saat ia sedang bergumam dalam hati, matanya terus saja menancap kemata Adit. Adit pun juga menatap mata Dinda.

Perlahan Adit mengayunkan tangannya untuk meraih tangan kekasihnya itu, lalu diberikannya bunga mawar tersebut ke Dinda. Fina yang ada disamping melihat dengan geleng-geleng heran, dan tak sengaja melihat jam ditangan Dinda menunjukkan pukul 8 pagi. 

"Waduh!" Teriak Fina dengan lantang.

Dinda dan Adit kaget mendengar teriakan Fina.

"Hehehe, gak usah gitu kali lah liatnya udah kayak mau bunuh orang aja terutama senior nih." Ucap Fina dengan canggung.

"Udah jam 8 udah ayok Dinda! Masuk kelas aku gak mau diusir dari kelas." 

Teriak Fina sambil berlari meninggalkan sepasang kekasih itu. Dinda yang menyadari akan hal itu kaget dan berlari juga mengejar Fina. Sementara Adit tersenyum melihat dua perempuan yang sedang berlari itu. Dan dari kejauhan ada seorang perempuan yang sedang kesal karena melihat hal yang tak diinginkannya.

Dua mata kuliah yang hanya istirahat 10 menit sudah berakhir pada hari ini. Dinda dan Fina seperti biasa akan menuju kekantin terlebih dahulu sebelum pulang. 

"Din? Kamu sama senior Adit itu pacaran?" Tanya Fina yang sambil terus berjalan.

Dinda menoleh kearah Fina dan menghelahkan napasnya. Melihat itu Fina jadi merasa ada yang mencurigakan.

"Kita gak usah ke kantin ya? Kamu tunggu di sana?" Fina menunjukkan kursi yang ada dibawah pohon dekat dengan taman. "Aku beli roti dulu." Ucap Fina meninggalkan Dinda.

Dinda hanya mengangguk dan berjalan menuju kursi yang tak jauh darinya itu.

"Dinda?" Terdengar suara pria yang sedang memanggil namanya. Ia pun menoleh. Ternyata pria itu adalah Aldi teman sejurusannya.

"Aldi? Kenapa Al?" Tanya Dinda dengan santai.

Aldi mencoba untuk duduk disamping Dinda dan mencari tau ada hubungan apa Dinda dan Adit. Dia gak mau teman sejurusannya menjadi korban Adit berikutnya.

"Din, Kamu sama Adit ada hubungan apa?" Tanya Aldi dengan cemas.

Dinda yang mendengar pertanyaan Aldi jadi heran dan tersenyum sendiri.

"Gak ada apa-apa kok Al, Kenapa?" Jawab Dinda dengan kebohongannya.

"Gak apa-apa cuman kamu mending jauhin dia Din, kamu tau kan dia itu fakeboy. Aku khawatir sama kamu." Ucap Aldi dengan mata yang serius dan nada yang lembut.

"Kenapa dia nyuruh aku menjauh dari Adit ya? Perasaan dia temanan dengan Adit." Tanya Dinda dalam hati.

Dinda hanya mengangguk-angguk saja dan berkata, "Kamu tenang Al, kan kamu tau aku ini penyuka oppa-oppa di negeri ginseng. Gak bakal kepincut sama dia." Ucap Dinda dengan santainya.

Aldi merasa lega mendengar pernyataan Dinda.

"Yaudah aku pergi dulu ya Din, Kamu gak balik?"

"Ok Al, gak aku lagi nungguin Fina beli roti dikantin."

Aldi pun kemudian beranjak dari duduknya dan berlalu dimata Dinda.

plukk..plukk..plukk.. Bunyi tepuk tangan dari belakang. Dinda yang mendengarnya heran, dari mana asal suara tepuk tangan itu? Ia menoleh kebelakang. Berdiri seorang mahasiswi yang super cantik dengan ekspresi kesal. Melihat itu Dinda hanya terdiam karena dia sama sekali gak kenal dengan mahasiswi itu, kalau bukan junior pasti senior pikirnya Dinda.

"Wah hebat ya kamu!" Ucap Mahasiswi cantik itu dengan nada mengejek.

Dinda menggaruk kepala yang tak gatal. "Ada apa si dengan orang ini, Gila ya? Kenal juga kagak." Gumam Dinda dalam hati.

Mahasiwi cantik yang bernama Rinda itu mendekati Dinda dan berdiri tepat dihadapannya yang sedang duduk diam dikursi.

"Kamu siapa?" Tanya Dinda dengan biasa saja.

"Hem.. Saya Rinda pacarnya Adit, bisa-bisanya kamu rebut pacar saya?"

"Oh pacarnya Adit? Terus hubungannya ke saya apa?" Jawab Dinda.

"Lah kamu kan yang merebutnya dari saya, ya jelaslah ada hubungannya. Dasar perebut pacar orang. Kamu udah jadian kan sama dia?" Tanya Rinda.

Dinda hanya terdiam. 

"Awas ya kamu, kalau berani dekati Adit lagi." Teriak Rinda sambil mengacungkan telunjuknya kedepan wajah Dinda.

Fina yang sedang berjalan dan membawa roti, merasa heran dengan siapa Dinda berbincang itu. Dan kenapa wanita itu menunjuk-nunjuk dengan Dinda? Melihat itu, Fina pun berlari menghampiri keduanya.

"Eh kenapa ini? kenapa Anda menunjuk-nunjuk kedepan Dinda." Teriak Fina yang sedang menghampiri mereka.

Tiba wanita itu menoleh kearah Fina, Fina hanya kaget. Hah? Ini kan? 

Rinda melihat Fina dengan tatapan sinis dan segera berlalu dari hadapannya.

"Din kamu gak apa-apa?" Tanya Fina dengan khawatir sambil duduk dan memberikan roti.

Dinda tak menjawabnya sama sekali dan menolak roti yang ditawarkan oleh Fina.

"Lah? emang gak mau rotinya? aku udah jauh-jauh ke kantin demi beli ini roti, lagian kamu setelah ini harus kerja setidaknya makanlah ini roti." Ucap Fina

"Gak Fin, aku jadi males makan."

"Din?" Teriak Fina. "Kamu yang bilang kita itu harus sadar diri pada kenyataan kalau kita gak mau makan siapa lagi yang mau ngasih kita makan, terlebih untuk kamu yang jauh dari ortu. Kalau kamu tiba-tiba sakit tengah malam gimana?" Ucap Fina dengan kesal.

Mendengar pernyataan itu Dinda kembali sadar kalau dunia ini kejam, jadi dia harus menjaga dirinya sendiri terutama kesehatan.

"Kamu tu ya, Fin! Kalau ngomong gak ada rahang." Jawab Dinda dengan kesal tapi sambik tertawa.

Fina yang melihat sahabatnya kembali ceria ikut tertawa. 

"Hahaha.. Nah gitu dong." Ucap Fina.

Bab terkait

  • Fake Love   Salah Paham

    Di swalayan SuperIndah, Dinda melayani konsumennya dengan muka datar karena terpikirkan ucapan Rinda tadi siang. "Kenapa dengan wajahmu? Kamu harus professional kalau lagi kerja." Ucap Supervisor yang menghampiri Dinda. "Iya Pak, maaf." Ucap Dinda. Hari ini adalah hari libur bagi Adit karena swalayannya buka setiap hari jadi liburnya secara bergantian. Dinda merasa hening disaat Adit tidak ada. Biasanya Ia yang selalu ngomel gak jelas, marah-marah belum lagi kejahilannya. Tapi kali ini ada yang ingin ia tanyakan pada pacarnya tanpa melibatkan perasaan itu. Dreenn.. Bunyi suara motor, Adit tiba didepan swalayan. Dinda yang baru keluar kaget dengan kedatanganan Adit. "Din, ayo aku antar kamu pulang." Ucap Adit. "Gak, Bapak pulang aja dengan pacarmu yang cantik itu." Jawab Dinda dengan kesal. Adit merasa bingung dengan ucapan Dinda. "Iya aku mau pulang dengan pacarku yang cantik ini." Jawab Adit. "Pacar kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Fake Love   Kasus Kehilangan Uang

    "Eh Din, semester ini kita langsung ambil mata kuliah metode penelitian yuk?" Tanya Fina.Dinda dan Fina sedang duduk di perpustakaan untuk belajar karena sebentar lagi akan ujian semester."Yakin langsung ambil mata kuliah itu? kita kan baru mau masuk semester 6?" Jawab Dinda."Ya paslah Din, biar sekalian kita tentuin judul untuk skripsi. Biar cepat." Ucap Fina."Kalian tu udah kuliah 2 tahun setengah masih belum tau peraturan kampus kita. Kampus kita gak ada skripsi adanya cuma karyailmiah." Ucap Aldi tiba-tiba menyahut.Dinda dan Fina merasa malu karena gak mencari tau tentang kampusnya."Hehehe sorry lah Al, kami mah gitu. Udah Din ayo kita ke kampus sebelah." Ucap Fina.Aldi mengernyitkan dahinya kenapa dua temannya pergi ke kampus sebelah?Mereka tiba di kampus sebelah yang lebih terkenal itu. Aldi yang penasaran memutuskan untuk mengikuti Dinda dan Fina."Mumpung masih pagi dan gak ada kelas jadi kita

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Fake Love   Mencurigakan

    Jangankan untuk berbicara rasanya jantung pun seolah berhenti. Napasku tak beraturan lagi hingga darah yang mengalir tak lagi terasa ditubuh. Beban kehidupan yang tadinya mulai ringan namun hanya angan. Mencoba untuk tegar, melerai diri dari perdebatan dalam hati dan pikiran untuk menyadari bahwa kenyataan tak pernah berpihak kepadaku. Namun kenapa rasanya begitu sakit. Aku selalu mempercayai orang namun aku lalai.Kesedihan yang dirasakan Dinda benar-benar membuatnya ambruk. Ia terdiam di atas motor bersama Adit, memikirkan kesialan yang Ia alami. Mereka berdua menuju kantor Superindah untuk mencari tau kebenaran.Tiba di kantor Superindah, langkah kaki Adit bergerak dengan cepat dan membuat Dinda yang berada dibelakang ketinggalan jauh.Dinda mengusap air mata, Ia berlari mengikuti kecepatan langkah Adit."Pak saya dari swalayan wilayah E ingin melihat data keuangan dari swalayan kami pada hari rabu kemarin." Ucap Adit pada seorang karyawan kantor.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Fake Love   Sahabat yang Selalu Mengerti

    Seperti sinar mentari yang membangunkanku di pagi hari, cerah, indah, nyaman namun setelah aku menghampiri pintu untuk keluar aku mala disambut dengan badai hujan. Ini membuatku kaget. Kenapa di saat aku berfikir inilah waktuku untuk berbahagia dengan sang mentari tapi lagi-lagi dunia tak berpihak padaku. Aku hanya bisa berharap pada diriku sendiri. Tak ingin lagi berharap pada yang belum jelas."Din gimana udah belajar semalam?" Tanya Fina yang duduk di kelas sambil menunggu jam ujian dimulai.Wajah Dinda terlihat pucat tak bersemangat seperti biasanya. Di bawah kelopak matanya ada lingkaran hitam seperti bak mata panda. Fina terkejut mendapati wajah sahabatnya yang sangat aneh. Ia berdiri menatap wajah Dinda."Are you okay?" Tanya Fina lagi."Nanti aku ceritakan Fin, sekarang aku mau belajar sebentar ya? Aku belum sempat membaca apapun tadi malam." Jawab Dinda dengan lesu namun berusaha tegar."Aku gak boleh kehilangan beasiswa ini. Fokus D

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Fake Love   Kebenaran

    Di dalam gudang Desi mencoba menceritakan kebenaran yang terjadi. Dia melihat-lihat sekitar untuk memastikan tidak ada orang di sana. Dengan mata yang sedikit bergenang air, Ia mulai menceritakannya."Din, bukan Pak Adit yang ambil uangnya."Dinda terdiam keheranan tanpa ekspresi."Jadi siapa yang ngambilnya Des?" Tanya Dinda.Desi menunduk sejenak, Ia merasa gugup dan takut untuk mengatakan yang sebenarnya."I...Itu aku yang ambil uangnya, maafin aku Din.. Maaf." Ucap Desi dengan memohon pada Dinda.Ini benar-benar di luar dugaan Dinda, Ia terhuyung ketika mendengar kebenaran itu."Din, maaf.. Aku janji bakal balikin uangnya sama Pak Adit.""Sudahlah Des, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Jadi kamu gantikan shift malamku kalau kamu benar-benar merasa bersalah. Aku pergi dulu." Ucap Dinda lalu pergi meninggalkan Desi.Isi kepala Desi rasanya buyar, Ia belum menceritakan semuanya tapi Dinda sudah pergi b

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Fake Love   Terima Kasih

    "Dinda? Abang kenal dengan kak Dinda?" Tanya Desi penasaran pada Aldy."Hem.. Dia teman satu jurusanku."Desi mengangguk-angguk mengerti sambil scan belanjaan Aldy."Oh.. Ini totalnya Rp.45.500,- Bang. Kak Dinda gak masuk kerja hari ini." Ucap Desi sambil menatap wajah tampan milik Aldy.Keduanya sama-sama tersenyum satu sama lain, hanya saja wajah Aldy terlihat rada kaku."Yaudah saya pergi dulu ya." Ucap Aldy."Iya, Terima kasih.. Silahkan datang kembali." Jawab Desi sambil menatap kepergian Aldy.Desi tersenyum sendiri melamunkan wajah Aldy yang barusan berhadapan dengannya."Kenapa Des, kok senyum-senyum sendiri?" Tanya Hery yang kesal sambil melirik kepergian Aldy."Gak apa-apa Ri, Aku hanya menemukan seseorang yang bisa membukakan kembali pintu hatiku." Jawab Desi yang masih tersenyum.Air muka Hery seketika menjadi lesu mendengar jawaban dari Desi."Des, apa kamu gak sadar aku selalu ada untukm

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Fake Love   Pergi ke Pantai

    "Ternyata Dia masih mencintaiku, maafkan aku Dit.. Aku benar-benar menyesal." Ucap Rinda dalam hati yang masih duduk di taman.Air mata yang jatuh ke pipi kian mengalir dengan deras, hidung yang tengah bernapas seketika memerah dan tersendak seolah merasakan betapa pedihnya relung hati Adit. Namun tangan selalu sedia untuk menghapus cairan bening yang sedang mengalir itu. Ia berjalan dengan kaki yang tak bersemangat sama sekali, tapi ini adalah langkah yang tak ia sadari."Kenapa aku kesini?" Ucap Adit.Dia berdiri di depan danau, dimana tempat ia bertemu dengan Dinda sebelumnya. Bayangan Dinda yang sedang memotret sunset terus bermunculan di hadapan sekarang. Senyumannya yang menawan pun hadir dalam imajinasi Adit. Pria itu berdiri tegap diam tak bergerak. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Kenapa aku memikirkan Dinda? Jelas-jelas hatiku sedang menahan sakit karena Rinda." Ucap Adit dalam kesendirian.Rinda yang masih terduduk di kursi mer

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Fake Love   Melepas Stress

    "Apa si yang mereka bicarakan? kok lama kali." Gerutu Dinda saat menunggu Adit dan Aldi.Kring..Kring..Kring..Bunyi ponsel yang ingin di angkat telponnya. Tangan Dinda segera beralih mencari ponsel yang sedang berbunyi itu. Belanjaan yang di pegang tadi seketika berpindah tempat, dari tangan ke kursi yang ada di depan minimarket."Iya halo Fin, kenapa?" Ucap Dinda yang sudah mengangkat telpon dari Fina."Woi Din.. Lama amat! kamu beli apa aja dah sama Aldy? Diborong semua isi minimarket?" Teriak Fina melalui telpon."Ih.. Aku juga nungguin si Aldi lama amat ngobrolnya sama Pak Adit. Gak tau tu ngapain? Mojok kali ya?" Jawab Dinda yang ikutan kesal."Hah.. Adit? Emang dia ikut?" Tanya Fina."Gak tau tu, diajak juga kagak. Masa dia ikut." Jawab Dinda.Saat teriak-teriak mengeluarkan kekesalan lewat Fina yang kebetulan lagi nelpon, sepasang mata Dinda memandang kedatangan dua pria tampan yang sedang berjalan menghapirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22

Bab terbaru

  • Fake Love   Pertengkaran

    Dinda dan Fina pun menoleh ke arah Adit yang sedang berdiri tegap sambil membawa kantong plastik yang berisikan sate juga.Kini Aldy dan Adit saling berhadapan dengan tatapan yang sama-sama tajam. Keduanya memang temanan tapi ini menyangkut Dinda."Suka-suka sayalah, mau kesini atau tidak." Jawab Adit dengan nada yang ditekan.Aldy menaikkan alisnya sebelah, ini manusia gak tau malu atau gimana? bisa-bisanya dia bilang kalau suka-suka dia? Wah kurang piknik beneran ini si Adit, pikir Aldy."Ya, emang suka-suka kamulah Dit." Teriak Aldy."Tapi kita gak ngajak kamu kesini ya." Sambung Aldy.Mendengar perdebatan Adit dan Aldy, Dinda merasa tak enak. Ini lagi si Adit kenapa harus kesini segala. Ia pun beranjak dari duduknya."Dit, Aldy. Udah, ngapain si kalian dari tadi debat gak jelas. Malu dilihat orang, udah sini duduk." Sahut Dinda menengahi dua pria yang sedang beradu omongan itu.Aldy menatap Dinda tak senang sera

  • Fake Love   Melepas Stress 2

    Sebelumnya__ "Udahlah, gak usah dilihat.. Biarin ajalah! Kita kan kesini untuk melepas stres, ya kan?" Ucap Fina pada Dinda. "Iya.. Ayo kita berenang lagi." Jawab Dinda dengan nada yang agak lesu. ____ Dinda dan Fina melanjutkan main air atau berenangnya. Terlihat sekilas Dinda sama sekali tak memikirkan apa yang Ia lihat barusan. Tapi siapa yang menyangka di dalam pikirannya Ia terus-terusan bertanya siapa perempuan yang bersama Adit itu? "Din? Mau kemana?" Tanya Fina melihat Dinda yang berjalan menuju ke daratan. "Udah yuk, kita makan cemilan dulu. Kasian si Aldy sendirian di sana." Elak Dinda. Raut muka Dinda yang tadinya biasa aja kini menjadi sedikit agak suram. Ia tak lagi bisa menahan sebuah perasaan yang aneh hinggap di hatinya itu. "Kenapa aku jadi gak mood gini ya?" Ucap batin Dinda. "Eh.. kok cepat kali kalian mandinya? Nanti kurang, kesini lagi pula besoknya. Kan bahaya nih?" Ejek Aldy yang sedari tadi

  • Fake Love   Melepas Stress

    "Apa si yang mereka bicarakan? kok lama kali." Gerutu Dinda saat menunggu Adit dan Aldi.Kring..Kring..Kring..Bunyi ponsel yang ingin di angkat telponnya. Tangan Dinda segera beralih mencari ponsel yang sedang berbunyi itu. Belanjaan yang di pegang tadi seketika berpindah tempat, dari tangan ke kursi yang ada di depan minimarket."Iya halo Fin, kenapa?" Ucap Dinda yang sudah mengangkat telpon dari Fina."Woi Din.. Lama amat! kamu beli apa aja dah sama Aldy? Diborong semua isi minimarket?" Teriak Fina melalui telpon."Ih.. Aku juga nungguin si Aldi lama amat ngobrolnya sama Pak Adit. Gak tau tu ngapain? Mojok kali ya?" Jawab Dinda yang ikutan kesal."Hah.. Adit? Emang dia ikut?" Tanya Fina."Gak tau tu, diajak juga kagak. Masa dia ikut." Jawab Dinda.Saat teriak-teriak mengeluarkan kekesalan lewat Fina yang kebetulan lagi nelpon, sepasang mata Dinda memandang kedatangan dua pria tampan yang sedang berjalan menghapirinya.

  • Fake Love   Pergi ke Pantai

    "Ternyata Dia masih mencintaiku, maafkan aku Dit.. Aku benar-benar menyesal." Ucap Rinda dalam hati yang masih duduk di taman.Air mata yang jatuh ke pipi kian mengalir dengan deras, hidung yang tengah bernapas seketika memerah dan tersendak seolah merasakan betapa pedihnya relung hati Adit. Namun tangan selalu sedia untuk menghapus cairan bening yang sedang mengalir itu. Ia berjalan dengan kaki yang tak bersemangat sama sekali, tapi ini adalah langkah yang tak ia sadari."Kenapa aku kesini?" Ucap Adit.Dia berdiri di depan danau, dimana tempat ia bertemu dengan Dinda sebelumnya. Bayangan Dinda yang sedang memotret sunset terus bermunculan di hadapan sekarang. Senyumannya yang menawan pun hadir dalam imajinasi Adit. Pria itu berdiri tegap diam tak bergerak. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Kenapa aku memikirkan Dinda? Jelas-jelas hatiku sedang menahan sakit karena Rinda." Ucap Adit dalam kesendirian.Rinda yang masih terduduk di kursi mer

  • Fake Love   Terima Kasih

    "Dinda? Abang kenal dengan kak Dinda?" Tanya Desi penasaran pada Aldy."Hem.. Dia teman satu jurusanku."Desi mengangguk-angguk mengerti sambil scan belanjaan Aldy."Oh.. Ini totalnya Rp.45.500,- Bang. Kak Dinda gak masuk kerja hari ini." Ucap Desi sambil menatap wajah tampan milik Aldy.Keduanya sama-sama tersenyum satu sama lain, hanya saja wajah Aldy terlihat rada kaku."Yaudah saya pergi dulu ya." Ucap Aldy."Iya, Terima kasih.. Silahkan datang kembali." Jawab Desi sambil menatap kepergian Aldy.Desi tersenyum sendiri melamunkan wajah Aldy yang barusan berhadapan dengannya."Kenapa Des, kok senyum-senyum sendiri?" Tanya Hery yang kesal sambil melirik kepergian Aldy."Gak apa-apa Ri, Aku hanya menemukan seseorang yang bisa membukakan kembali pintu hatiku." Jawab Desi yang masih tersenyum.Air muka Hery seketika menjadi lesu mendengar jawaban dari Desi."Des, apa kamu gak sadar aku selalu ada untukm

  • Fake Love   Kebenaran

    Di dalam gudang Desi mencoba menceritakan kebenaran yang terjadi. Dia melihat-lihat sekitar untuk memastikan tidak ada orang di sana. Dengan mata yang sedikit bergenang air, Ia mulai menceritakannya."Din, bukan Pak Adit yang ambil uangnya."Dinda terdiam keheranan tanpa ekspresi."Jadi siapa yang ngambilnya Des?" Tanya Dinda.Desi menunduk sejenak, Ia merasa gugup dan takut untuk mengatakan yang sebenarnya."I...Itu aku yang ambil uangnya, maafin aku Din.. Maaf." Ucap Desi dengan memohon pada Dinda.Ini benar-benar di luar dugaan Dinda, Ia terhuyung ketika mendengar kebenaran itu."Din, maaf.. Aku janji bakal balikin uangnya sama Pak Adit.""Sudahlah Des, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Jadi kamu gantikan shift malamku kalau kamu benar-benar merasa bersalah. Aku pergi dulu." Ucap Dinda lalu pergi meninggalkan Desi.Isi kepala Desi rasanya buyar, Ia belum menceritakan semuanya tapi Dinda sudah pergi b

  • Fake Love   Sahabat yang Selalu Mengerti

    Seperti sinar mentari yang membangunkanku di pagi hari, cerah, indah, nyaman namun setelah aku menghampiri pintu untuk keluar aku mala disambut dengan badai hujan. Ini membuatku kaget. Kenapa di saat aku berfikir inilah waktuku untuk berbahagia dengan sang mentari tapi lagi-lagi dunia tak berpihak padaku. Aku hanya bisa berharap pada diriku sendiri. Tak ingin lagi berharap pada yang belum jelas."Din gimana udah belajar semalam?" Tanya Fina yang duduk di kelas sambil menunggu jam ujian dimulai.Wajah Dinda terlihat pucat tak bersemangat seperti biasanya. Di bawah kelopak matanya ada lingkaran hitam seperti bak mata panda. Fina terkejut mendapati wajah sahabatnya yang sangat aneh. Ia berdiri menatap wajah Dinda."Are you okay?" Tanya Fina lagi."Nanti aku ceritakan Fin, sekarang aku mau belajar sebentar ya? Aku belum sempat membaca apapun tadi malam." Jawab Dinda dengan lesu namun berusaha tegar."Aku gak boleh kehilangan beasiswa ini. Fokus D

  • Fake Love   Mencurigakan

    Jangankan untuk berbicara rasanya jantung pun seolah berhenti. Napasku tak beraturan lagi hingga darah yang mengalir tak lagi terasa ditubuh. Beban kehidupan yang tadinya mulai ringan namun hanya angan. Mencoba untuk tegar, melerai diri dari perdebatan dalam hati dan pikiran untuk menyadari bahwa kenyataan tak pernah berpihak kepadaku. Namun kenapa rasanya begitu sakit. Aku selalu mempercayai orang namun aku lalai.Kesedihan yang dirasakan Dinda benar-benar membuatnya ambruk. Ia terdiam di atas motor bersama Adit, memikirkan kesialan yang Ia alami. Mereka berdua menuju kantor Superindah untuk mencari tau kebenaran.Tiba di kantor Superindah, langkah kaki Adit bergerak dengan cepat dan membuat Dinda yang berada dibelakang ketinggalan jauh.Dinda mengusap air mata, Ia berlari mengikuti kecepatan langkah Adit."Pak saya dari swalayan wilayah E ingin melihat data keuangan dari swalayan kami pada hari rabu kemarin." Ucap Adit pada seorang karyawan kantor.

  • Fake Love   Kasus Kehilangan Uang

    "Eh Din, semester ini kita langsung ambil mata kuliah metode penelitian yuk?" Tanya Fina.Dinda dan Fina sedang duduk di perpustakaan untuk belajar karena sebentar lagi akan ujian semester."Yakin langsung ambil mata kuliah itu? kita kan baru mau masuk semester 6?" Jawab Dinda."Ya paslah Din, biar sekalian kita tentuin judul untuk skripsi. Biar cepat." Ucap Fina."Kalian tu udah kuliah 2 tahun setengah masih belum tau peraturan kampus kita. Kampus kita gak ada skripsi adanya cuma karyailmiah." Ucap Aldi tiba-tiba menyahut.Dinda dan Fina merasa malu karena gak mencari tau tentang kampusnya."Hehehe sorry lah Al, kami mah gitu. Udah Din ayo kita ke kampus sebelah." Ucap Fina.Aldi mengernyitkan dahinya kenapa dua temannya pergi ke kampus sebelah?Mereka tiba di kampus sebelah yang lebih terkenal itu. Aldi yang penasaran memutuskan untuk mengikuti Dinda dan Fina."Mumpung masih pagi dan gak ada kelas jadi kita

DMCA.com Protection Status